Keyna bersenandung mengikuti irama musik yang menggema di kamarnya. Saat ini, Keyna sedang membantu Renata membuat kerajinan tangan dari benang wol.
Sebentar lagi adalah hari ulang tahun kekasih Renata, untuk itu Renata berniat memberikan topi rajut untuk kekasihnya.
Memang, harganya tidak seberapa, tapi kalau itu dibuat dengan jerih payah sendiri, siapa yang tidak akan senang? Ya, memang benar Keyna menolong Renata dalam proses pembuatannya, tapi tetap saja kekasih Renata pasti akan menghargai pemberian Renata.
Renata tampak sangat serius menyelesaikan rajutannya, sedangkan Keyna tampak sangat santai sehingga ia tertinggal jauh dari Renata.
"Ren, tungguin gue dong.. lo istirahat dulu gih, biar tangan lo gak pegel."
"Bawel amat.. Gue harus cepet buat topi ini. Banyak hal yang harus gue persiapkan untuk ultahnya Farrel."
"Ya elah, padahal cuma ngedekorasi kamarnya doang, dibilang banyak," Keyna melihat rajutan Renata. "Pelan-pelan kali, Ren. Jangan kaya orang kesambet gitu buatnya. Kaya gue dong, ngebuatnya pakai cinta."
Renata mendadak menatap Keyna dengan wajah garang. "Pakai cinta? Lo jatuh cinta sama Farrel? Wahh.. gue gak habis pikir," ujarnya dramatis.
"Alay lo ah. Males gue jadinya. Gue kan cuma bercanda."
Renata tertawa kecil, "Yang alay itu elo. Gue juga cuma bercanda kali. Lo aja yang baperan gak bisa bedain mana yang serius, mana yang nggak."
"Tau ah, gelap." Keyna melemparkan topi rajut yang masih setengah jadi itu ke pangkuan Renata, kemudian ia membaringkan tubuhnya ke kasur.
"Yahh, malah ngambek dia. Maaf deh, maaf."
Keyna mendesah pelan. "Gue gak ngambek, Ren, santai aja.. gue cuma capek. Maklumi gue, oke?"
Renata mengangkat bahu, ada seulas senyum di bibirnya. "Sipp deh, gue maklumi. Kalau lo ngantuk, lo tidur aja. Lagian ini tinggal dikit jadi kok."
Keyna terdiam, pikirannya menerawang jauh pada satu hal.
"Kira-kira dia lagi ngapain di Paris ya, Ren? Dia kangen gak sama gue?"
Renata menghentikan kegiatan merajutnya. Ia menatap Keyna sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aduhh Keyna yang cuantik jelita. Pacar mana sih yang gak bakalan kangen sama pacarnya? Norak lo ah, kaya baru pertama kali pacaran aja."
"Tapi kalau dia kangen, seharusnya dia ngabarin gue. Udah seminggu gak ada kabar. Alasan dia pergi mau jengukin grandmanya, tapi masa iya gak sempat ngabarin gue? Apa mungkin dia terpikat bule cabe-cabean di sana?"
"Haduh, capek gue ngomong sama elo. Elo tuh ya, suka banget ngelantur. Omongannya kesana-kemari. Ckckck, mending lo tidur gih. Biar kepala lo bisa jernih."
"Gue mau tidur, tapi gak bisa. Gue tiba-tiba aja kangen sama dia. Gimana nih?"
"Jangan baper, please. Beberapa hari lagi dia pasti pulang kok. Baca novel sana," ujar Renata menyarankan.
"Gue gak mood baca," ujar Keyna. "Gue gak mood ngapa-ngapain. Gue diem di sini aja deh. Sambil ngelamun pastinya."
Renata menghela napas berat. Pasti kambuh gilanya ini orang, pikirnya.
Keyna menutup matanya. "Tolong jangan ganggu gue, Ren. Gue gak kuat. Tolong jangan ajak gue ngomong."
Yang ngajak lo ngomong siapa, Neng? Batin Renata.
"Cukup, Ren, cukup. Gue emang cinta banget sama dia. Tapi dia gak boleh seenaknya buat gue kangen."
Keyna mendadak berdiri sehingga menimbulkan suara berisik, dan Renata sedikit terperanjat karena gerakan Keyna yang tiba-tiba.
"Lo ngerti kan maksud gue?"
Renata diam. Bener-bener keluar deh lebaynya sekarang.
"Lo kok nggak ngerespon gue sih? Sakit, Ren! Sakit!"
Renata menatap Keyna dengan pandangan tak percaya, tapi ia tak membalas ucapan Keyna.
"Eh, Ren.. kalau gue ikut teater, kira-kira bisa jadi tokoh utama gak ya?"
Renata menganggkat bahu, ia malas menanggapi Keyna yang sedang kambuh seperti saat ini.
"Gue pergi bentar ya, Ren. Gue ke dapur dulu, cari camilan," ujar Keyna, kemudian dengan setengah berlari menuju dapurnya.
"Mimpi apa gue bisa temenan sama dia? Kok punya temen aneh binti alay ya? Ya Tuhan, ampunilah dosa-dosa hamba.." Renata berucap sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
^(^_^)^
Sepulang Renata dari rumah Keyna, Keyna menyibukkan dirinya dengan menonton pertunjukan komedi. Keyna sedikit terhibur dan beberapa kali tertawa lepas, namun belum sampai tiga puluh menit menonton, ia langsung menghubungi Renata.
"Ren, besok dateng lebih pagi ya, ada yang mau gue lakuin. Penting!"
"Kalau bisa ya, Key. Lo kan tau sendiri, gue suka bangun kesiangan," ujar Renata di seberang sana.
"Kali ini ajaaa, Ren. Bisa ya? Bisa??"
"Hhh... gue gak janji, tapi gue usahain, oke? Emang lo mau ngapain, Key?"
"Rahasia. Gue kasih tau besok aja. Bye, Ren. Sleep well."
Klik.
Setelah menghubungi Renata, Keyna langsung melanjutkan aktivitasnya. Beberapa kali ia tertawa seperti orang gila, namun beberapa kali ia tampak sedih mengingat kekasihnya. Keyna benar-benar merindukan kekasihnya.
Keyna berpikir, apa yang sedang dilakukan kekasihnya saat ini? Mengapa ia belum menghubungi Keyna? Apakah ia tidak merindukan Keyna?
Cukup lama ia terlarut dalam pikirannya, hingga rasa kantuk mulai menyerangnya. Akhirnya Keyna tertidur.
######
Jujur, agak jenuh nulis part ini. Ga punya ide, ga punya inspirasi. Kalau ga suka, maaf yak! Maklum, masih pemula.
See u soon! ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Call You Love?
Teen FictionKeyna Asrumi tidak pernah membayangkan kisah cintanya akan menjadi rumit seperti ini. Semula, semuanya baik-baik saja. Keyna menjalin hubungan dengan Malvin, dan hubungan mereka berjalan sangat bahagia. Namun semuanya beubah ketika seorang laki-laki...