Rama menghisap rokoknya dalam-dalam, sambil menyesap kopi buatan Mang Karjo. Perpaduan terindah yang pernah ia rasakan. Sesekali matanya melirik ke arah jam tangan yang berada di tangan kirinya. Sedikit lagi, pikirnya.
Temannya yang lain sedang bermain kartu poker, sementara Rama lebih memilih menikmati sepuntung rokok yang entah sejak kapan membuat Rama kecanduan. Warung Mang Karjo dipenuhi dengan suara tawa segerombolan anak yang suka menghabiskan waktunya di sana dibandingkan di sekolah, termasuk Rama.
"Sepuluh menit lagi, ya." Ujar Radit, salah satu sahabat Rama sejak di bangku SMP, Rama membalas anggukan, seperti biasa.
Saat ini Rama pukul dua belas kurang sepuluh, sudah hampir dua jam Rama berada di tempat itu, karena pelajaran Bu Titik – dan karena Rama tidak mengerjakan tugas yang diberikannya, maka Rama diusir keluar kelas oleh Bu Titik. Namun bagi Rama ini adalah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.
"Yuk, Dit, udah waktunya." Ajak Rama sambil mengeluarkan uang dari kantung baju seragamnya. "Nih, Mang." Ujarnya seraya memberikan selembar uang kertas berwarna biru
"Kembaliannya, Ram." Mang Karjo menyerahkan beberapa uang kembalian, Rama menggeleng
"Buat jajan si Udin."
"Ya Allah, Ram, si Udin disuruh jajan mulu, malah kesenengan itu anak." Ujar Mang Karjo sambil menggeleng
"Nggak apa-apa, sekalian Rama dapet pahala ngasih orang jajan." Celetuk Rama sambil berpamitan untuk kembali ke sekolahnya untuk menunaikan sholat lima waktunya.
Hanya Radit dan Rama yang berjalan menuju mushola, sementara yang lainnya masih berada di warung Mang Karjo untuk melanjutkan permainannya. Rama memberikan senyumnya ke Babeh, penjaga sekolahnya itu, yang sudah akrab sejak Rama menjadi murid SMA Teladan.
Sudah waktunya untuk sholat dzuhur, pantas saja koridor sekolan dari lantai satu sampai lantai tiga dipenuhi anak-anak yang ingin menunaikan ibadahnya. Rama melewati gerombolan putri, dan kebanyakan dari mereka tidak mengerjapkan matanya saat Rama melewatinya. Sebagian lagi ada yang langsung teriak histeris. Radit lantas tanpa sengaja mengeluarkan tawanya yang membuat Rama menaikkan alisnya
"Kenapa lo?" tanya Rama
"Lo sama gue gantengan siapa sih, Ram?" tanya Radit tiba-tiba
Rama menahan tawanya, "gue lah, pake nanya segala."
Radit menahan tangan Rama sebentar karena melewati kaca, yang membuat Rama ikut berhenti. Sejenak mereka berdua mengamati pantulan diri mereka di kaca itu, Rama menahan tawanya
"Mau ngapain lo? Mirror-mirror in the wall, who's the most handsome one?" sindir Rama karena perlakuan Radit seperti biasanya, aneh.
"Masa banyak yang bilang gue mirip Aliando sih, Ram?" kontan saja, tawa Rama terlepas.
"Siapa? Emak lo?" yang membuat Radit mendengus
"Serius. Fans-fans gue. Kita kan perpaduan yang maha dewa." Ucap Radit asal, masih memamerkan kegantengannya. Rama menggelengkan kepalanya pasrah.
Radit memang seperti itu, pamer kegantengan. Padahal, kalau memang dari sananya udah ganteng, nggak usah dipamerin semua orang juga tahu. Bagi Radit melihat cewek-cewek yang suka Radit adalah hal-hal menyenangkan baginya. Apalagi kalau bukan menjahili mereka. Tapi emang iya sih, kalau dilihat-lihat Radit memang mirip sedikit dengan Aliando.
Berbanding terbalik dengan Rama. Cowok berkulit putih dengan tinggi sekitar 170cm – atau lebih dengan rambut yang urak-rakan, tidak rapih tapi tidak berantakan, dan mata hazelnya yang memiliki bulu mata lentik – yang seringkali dicurigai jangan-jangan Rama perempuan karena sangat cantik untuk ukuran seorang cowok, tapi juga sangat gentle. Rama sedikit risih kalau melihat segelintir perempuan mencoba untuk menarik perhatiannya. Bagi Rama, cewek itu kodratnya dikejar, bukan mengejar. Makanya kalau ia melihat cewek-cewek sedang mencari perhatiannya, bukannya tertarik seringkali Rama malahan ilfeel. Murahan. Hanya itu kata yang pas untuk mewakili ciri-ciri cewek seperti itu.
Suara adzan langsung membuat mereka berlari, dan refleks tangan Rama menoyor kepala Radit karena membuat mereka telat.
----
HOLA!
Maaf sebelumnya tapi harus direvisi dari awal lagi karena makin ke sini kok makin susah ngebangun ceritanya.... lalu gue sadar ternyata ada beberapa hal yang perlu untuk dispesifikan (ANJAYYYY UDAH KAYAK PRO AJA Y KAN)
yaudah gini aja selamat membaca luvs
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tapi Beda
Non-Fiction"Orang bilang jodoh itu di tangan Tuhan. Tapi gimana kalau ternyata Tuhan kita itu beda?" Agatha, atau yang sering kali dipanggil Getha hanya mengenal Rama dari sebatas cerita-cerita temannya. Sampai Rama pun akhirnya masuk ke dalam kehidupan Getha...