Unanswered Questions

103 3 0
                                    

                  

Getha merebahkan dirinya di atas kasur, sebelum akhirnya seseorang mengetuk pintu kamarnya

"Masuk." Teriak Getha dengan nada santai, masih tidak ingin beranjak dari kasurnya karena Getha terlalu lelah, padahal dirinya masih memakai baju seragam lengkap.

"Ya ampun, Atha! Kenapa belum ganti baju?!" teriak Bunda

Getha mendengus, "Sebentar, Bunda, Getha capek."

"Hush, nggak boleh ngomong gitu, nanti dikasih Tuhan nggak bisa ngapa-ngapain, mau?" Getha menggeleng, "sana ganti baju!" Getha mengangguk malas, tapi tetap melaksanakannya.

"Papa pulang jam berapa?" tanya Getha

Bunda menaikkan bahunya, "Kamu yang nanya dong, kan kamu anaknya." Getha langsung melemparkan tatapan 'terus?'

"Habis ganti baju makan dulu, ya, nak." Getha mengangguk, lalu tak lama kemudian Bunda menutup pintu kamarnya.

Getha mengambil ponselnya, lalu menekan tombol untuk menghubungi papanya.

"Kenapa, Nak?" sahut suara dari seberang sana

"Papa pulang jam berapa?"

"Hem.. Sebentar lagi, paling. Kenapa? Kamu mau dibawain apa?" tanya papa

"Martabak!" ujar Getha dengan riang

"Martabak mulu, gendut nanti!"

Lalu Getha mendengus

"Iya, iya. Nanti Papa bawa, ya."

Getha mengangguk, lalu sadar bahwa Papa tidak akan bisa melihatnya, "Iya. Papa jangan pulang lama-lama." Rengek Getha

"Iya, sayang. Udah dulu, ya. Dahh!" lalu sambungan ponsel terputus

Getha kembali merebahkan dirinya di kasur. Dan kembali lagi memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak ia fikirkan. Getha mengambil foto kedua orangtuanya, lalu tersenyum kecut. Sesaat kemudian, Getha melipat tangannya, dan menceritakan semua kejadian hari ini kepada Tuhannya. Dan tanpa terasa, Getha kembali membicarakan tentang kerinduannya, dan tanpa terasa pula, air mata yang Getha tahan saat ia berbicara dengan Papanya tadi dikeluarkan.

Banyak hal yang tidak Getha mengerti. Banyak pertanyaan yang terus menghantui Getha selama ini, dan rasanya ingin sekali dia tanyakan kepada Papa. Namun, Getha tidak memiliki kekuatan untuk menahan tangisnya di hadapan Papa dan Bunda. Karena bagi Getha saat ini, semuanya lebih dari cukup.

Cinta Tapi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang