Not Our Lucky Day

90 2 0
                                    

                  

Getha, Lika, dan Keyla langsung menemui Kak Dinda di bawah. Mengingat parade teater akan dilaksanakan kurang lebih dua minggu lagi. Mereka diwajibkan untuk cari dana. Kebetulan sekali hari ini semua guru di SMA Teladan sedang rapat, sehingga semua murid-muridnya leluasa untuk melakukan apapun.

Lapangan pun mulai dipenuhi oleh anak kelas sebelas dan kelas dua belas untuk bermain basket dan futsal. Di pinggiran lapangan mulai dipenuhi siswa-siswi untuk menyemaraki pertandingan ini.

"Kalian ke kelas sebelas, ya. Aku ke kelas sepuluh. Inget, harus ludes." Begitu pinta dari Kak Dina sambil menyerahkan dua kardus. Yang satu berisi bakpau, dan yang lainnya berisi donat.

Getha, Lika, Keyla, dan anak-anak teater lainnya satu persatu mulai menawarkan satu persatu anak. Kali ini agak sulit, karena mereka harus menahan gengsi untuk berjualan di kelas sebelas. Faktor lainnya karena mereka adalah junior. Kalau disuruh berjualan untuk kelas sepuluh akan lebih mudah, karena mereka lebih mengenal teman mereka sendiri.

Tidak terasa mereka mulai sampai di depan kelas XI IIS 3. Dan Lika tanpa sadar menahan napasnya.

"Santai aja" seru Getha kepada Lika

"Woi gue mau ikutan mati juga boleh nggak?" seru Keyla, alis Getha berkerut

"Radit kan sekelas sama Rama." Jelas Keyla

Getha terbahak, "Bukan hari keberuntungan lo berdua."

Lalu mereka masuk

Kondisi kelas ini.... Astaga. Tidak terdeskripsikan.

Di depan kelas, sebuah meja pingpong dimasukkan ke dalam kelas mereka. Lalu di pojok sana ada segelintir orang bermain kartu poker. Di pojok lain segerombolan cewek sedang menonton film. Dan sekarang Getha tidak tau harus berbuat apa.

Getha melirik teman-temannya, memohon bantuan.

"Oke. Kita mulai dari yang cewek." Getha menahan napasnya, lalu berjalan masuk mendekati segerombolan cewek-cewek ini.

"Permisi, Kak.." sapa Getha, lalu semua cewek itu melihat Getha

"Ada yang mau beli nggak?" tanya Lika, bodoh.

"Iya, Kak. Kita dari ekskul Teater nih.."

"Iya, beli dong, Kak.."

Belum ada sahutan dari kakak-kakak tersebut. Getha melirik teman-temannya

"Berapaan, Dek?" akhirnya.

"Murah, Kak. Dua ribu satu."

Lalu terjadi transaksi jual beli donat dan bakpau di sana.

Semua berjalan dengan baik sebelum akhirnya mereka ingin menawarkan yang sedang bermain bola pingpong. Lika baru saja ingin kabur kalau Getha tidak menahannya

"Face your fears." Lika menghela napas.

BUG!

Sebuah bola pingpong mengenai kepala Getha. Getha mengerang sakit.

"Mampus lu, Ram!!"

"Rama, noh, Rama!"

Suara cowok-cowok mulai riuh terdengar, sebagian tertawa. Getha menahan agar dirinya tidak meledak sekarang juga. Yang benar saja, Rama lagi?

"Sorry yak." Seru Rama yang entah sejak kapan di depan Getha

"Liat-liat dong!" gerutu Getha kesal yang ternyata Lika sudah menahan napasnya sejak tadi. Untung Lika tidak kehabisan napas saat itu.

"Lah, lagian elu ngapain di sini?!" balas Rama tak kalah sewot. Getha kaget mendengarnya

"Ya ngapain kek, masalah buat lo?" balas Getha tak santai, lalu Rama melihat tangan Getha yang penuh dengan kardus

"Di sini bukan tempat buat jualan."

"Di sini bukan tempat buat main pingpong." Balas Getha sarkasme

Dan tanpa terasa, keadaan kelas menjadi lebih hening. Karena baru kali ini Rama berdebat dengan cewek. Suasana menjadi semakin..... Menarik, mungkin? Atau panas?

Rama jengah, dan akhirnya dia mengambil dua buah donat dan bakpau sekaligus, lalu berlalu meninggalkan Getha yang masih terkaget-kaget dengan perlakuan Rama.

Mata Getha melihat bola pingpong yang tak jauh di dekatnya. Dengan tanpa keraguan, dia melemparkan bola pingpong itu, dan pas sekali, mengenai kepala Rama. Rama mengaduh.

"Bayar dulu." Getha tersenyum tak gentar

Rama menahan kesalnya setengah mati,

"Pake apaan? Pake cinta?" dan, semua orang tersedak mendengar perkataan Rama yang mendadak menjadi modus gini.

"Najis."

"Sok iye lo. Gue tembak paling mati sekarang juga." Balas Rama cuek

"Sok ganteng lo. Kayak semua orang suka sama lo aja."

"Emang semuanya suka kok." Balas Rama santai

Getha melotot, "gue enggak."

"Temen lo iya." Getha menatap Rama aneh

"Perlu bukti?" lalu Rama berjalan mendekat ke Lika yang berada di sisi Getha

Getha panik, takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi kepada Lika. Alhasil Getha mendorong Lika ke belakang dan sepertinya jarak antara Getha dan Rama terbunuh karena saat ini Rama berada benar-benar dekat dari Getha.

"Bego." Gumam Rama tak santai

Getha menarik napas lega karena Rama tidak melakukan sesuatu yang bodoh.

"Bayar." Ujar Getha dengan galaknya

"Nanti, kalau kita ketemu lagi." Jawab Rama sebelum akhirnya meninggalkan Getha yang sedang mendengus kesal.

-----

Teman-teman pembaca lama harus baca dari awal lagi ya, soalnya diganti total hehehehehhe, tq.

Cinta Tapi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang