Hampir semua siswa sudah pulang, yang tersisa hanyalah beberapa siswa yang sedang bermain basket, dan Getha yang masih duduk dan menunggu. Sejam yang lalu Tama menelponnya dan menyuruh Getha untuk tidak pulang terlebih dahulu. Tentu saja Getha menunggu, karena hitung-hitung ini adalah janjinya untuk menebus waktunya yang terlalu sibuk. Tentu saja Getha sudah mengabarkan Bunda terlebih dahulu.
Getha melirik jam tangan, dia masih punya sepuluh menit sebelum Tama tiba di sekolahnya. Akhirnya Getha memutuskan untuk ke toilet dulu untuk mempersiapkan dirinya bertemu Tama. Se-special-itu Tama bagi dirinya. Ngomong soal Tama, sudut bibir Getha terangkat sendiri. Kesenangan yang ditimbulkan saat Getha berada di dekat Tama sangat banyak, sampai membuat Getha seringkali lupa cara bernapas.
Getha keluar dari toilet, kali ini matanya menerawang melihat seorang laki-laki yang berada tidak jauh dari satu meter sedang duduk sambil kewalahan. Getha mendengus, sial sekali dia harus bertemu orang itu.
"Oi" panggilnya, yang membuat mau tidak mau menoleh
"Apaan?" balas Getha galak. Bisa tidak sih cowok ini dimusnahin saja dari dunia?
"Makasih." Balasnya cuek, kali ini alis Getha terangkat, "untuk?"
"Suara lo bagus." Katanya, tanpa menjawab pertanyaan dari Getha.
Tentu saja Getha menggeram kesal, "aneh lo." Desisnya
"Sama-sama." Senyumnya terukir, bukannya terpana Getha malah melayangkan cubitan kepada cowok itu.
"Denger, ya, Rama, kalau lo dihukum jangan bawa-bawa gue lagi!!!" serunya kesal dan malah menambah kekuatan dicubitannya
Bukannya mengerang, Rama malah tertawa. "Lo kesel atau gemes sama gue?" tanyanya dan sontak saja Getha melotot
Rama tersenyum jahil, "mau gue bales nggak?" tanyanya yang membuat Getha menaikkan alisnya. Belum sempat dijawab, tangan Rama terulur untuk mencubit pipi Getha.
Getha kaget setengah mati, dan ia baru sadar bahwa selama itu tangan Getha mencubit pipi Rama. Langsung saja Getha melepaskan tangannya, karena sekali lagi Getha tidak mengerti kenapa malah pipi Rama yang dicubit?
"Diem lo." Bales Getha jutek, dan menahan malu.
Rama tertawa, lalu ia beranjak dari tempat duduknya, "gue mau basket dulu. Hati-hati ya pulangnya." Rama melemparkan senyumnya kepada Getha sebelum ia benar-benar kembali ke lapangan.
Getha merutuki kebodohannya sampai ponselnya berbunyi dan saat itulah Getha berlari menemui Tama.
Melihat Getha berlari dari kejauhan, entah darimana datangnya tetapi Tama malah merentangkan tangannya dan menyambut Getha dengan pelukan hangat.
"I did something stupid." Seru Getha dengan nafas yang terengal-engal ditambah sekarang ia tidak dapat bernafas dengan leluasa karena sedang berada di pelukan Tama saat ini.
"Well, you always did." Seru Tama membuat Getha cemberut
"Kok lo malah bilang gitu?" tanya Getha kesal
"Hahaha. Bukannya emang iya?"
"Tau, ah, Tam. Kzl." Getha cemberut
Tama tertawa dan kembali menarik Getha ke pelukannya.
"Kita kenapa kayak teletubbies, ya?" tanya Getha lalu dengan cepat Rama melepaskannya
"Gak tau." Ujar Rama sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "yaudah, ayuk, naik."
Getha menaikkan alisnya, "motor lo mana?"
"Ada di rumah." Jawabnya simple
"Terus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tapi Beda
Non-Fiction"Orang bilang jodoh itu di tangan Tuhan. Tapi gimana kalau ternyata Tuhan kita itu beda?" Agatha, atau yang sering kali dipanggil Getha hanya mengenal Rama dari sebatas cerita-cerita temannya. Sampai Rama pun akhirnya masuk ke dalam kehidupan Getha...