BAB 4: Bukan Akhir Dari Segalanya.

1.2K 72 0
                                    

Ali sebenarnya mengerti. Sangat mengerti dengan ke adaan ini. Namun dia seolah-olah tidak mengerti. Acuh. Lebih baik tidak tahu dari pada dia tahu. Walau pada akhirnya Ali benar-benar tahu apa tujuanya dia berada di sini.

Sudah lama Ali menempati tempat indah nan wangi di atas langit. Ia ingin kembali tapi tidak tau gimana caranya.

Ali terus berjalan-berjalan, sampai ia menjatuhkan dirinya dibawah pohon cemara. Dengan seksama matanya meneliti tempat yang sangat menyejukan. Tempat yang sedang ia tempati.

Ali memejamkan mata menikmati angin sejuk yang senang tiasa memberikan ia udara-udara melodi. Desiran sepoi angin membuatnya tersenyum. Senyuman yang selama ini Ali sembunyikan.

Ali ingin mengenang dan mengerti. Dimana ini adalah atas kehendaknya. Dunia kegelapan telah nenuntunya untuk melakukan hal-hal diluar akal sehat manusia.

Ali Memang salah. Harusnya ia menerima takdir, dimana dia harus merelakan semua yang tak harus dia miliki. Ali menyesal telah melakukan hal Hina seperti ini. Andan saja waktu bisa di ulang. Ali ingin kembali. Kembali ingin menjadi Normal.

Ali bukan mengangap Andara tidak ada. Ini bukan keputusan tepat waktu. Justru Ali sangat berterimakasih pada Andara. Karna sosok dia-lah Ali menjadi kuat. Ali tidak kuat tanpa Andara. - . Andara tidak akan bisa tabah tampa Ali. Mereka sama-sama saling melengkapi.

Berbagi sakit yang Ali rasakan kepada Andara. Andara berbagi kekuatan pada Ali. Memang mereka sangat kelop.

Kadang Ali berpikir dimana waktu terus mempermainkanya sampai ia terperosok kedalam. Dalamnya Rasa sakit, yang membuat semua orang menyerah. Ingin menjerit mengatakan bahwa dia sudah tidak mampu mengikuti dentingan waktu yang kejam. Ali ingin merubah dirinya menjadi Andara yang kejam, supaya ia ditakuti dan di segani. Memang itu sangat mustahil.

Adakah yang kuat menahan luka?
Berdiri tegak menaha beban?
Tampa orang yang mendampingi?
Setelah William dan Helena menghianatinya. Ali hidup seperti sebatang kara. Hidupnya di penuhi kemungkinan dan andai saja.

Otaknya berputar ketika ia tak sengaja mengenang memories yang sangat membuat ia bahagia.

*
Awalnya Ali dan William hanya teman sebangku. Kuliah. Semua akan senang dengan prestasi itu

"Aku ikut bahagia. Kau sangat membangakan. Aku bangga menjadi sahabatmu" Kata William tulus.

Ali tersenyum. "Siapa yang menganggap mu sahabatku? "

William kaget. Itu jawaban yang sangat tidak terduga.

"Benarkah? " tanya William lirih.

"Iya itu benar. "Sungut Ali ketus.

"Baiklah akan ku terima. Tapi sekali lagi. Selamat atas Prestasimu. Kau memang pantas mendapatkanya. Oke bro kalo begitu semangatt" Ali mengangukan kepala sebagai jawaban.

William mundur 2 langkah, berbalik untuk pergi. Jangan pernah bertahan disisi dia ketika dia tak lagi mengharapkanmu ada pikir Willi. Langkah William terhenti saat Ali mengatakan sesuatu. Ia berlari dan berbalik mengejar Ali.

"iihhh Anak bandel. Kunyuk!! Ngerjain aku yah!!! " William menjitak kepala Ali menghimpitkan'ya diketiak. Senyuman bahagia terpancar di keduanya.

Ali memandang William dengan senang. Mereka saling merangkul satu sama lain. Tawa mengiringi mereka.

"Tapi kau adalah kaka ku. Kaka yang sangat aku sayangi William. Aku sangat menyanyangimu brother.! "
Itu adalah sebuah pengakuan yang sangat maniz.

Ke isengan tak luput dari Ali. Sekali-kali Ali meninju pundak William. Ia hanya tertawa dengan kelakuan Ali.

"Wil. Tau gak? "

Just YourselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang