You say you're not special
because the world doesn't know about you,
but that's an insult to me.
I know about you.
(John Green)
° ° ° °
Uxolo, 11 Juli IL-2119.
"Ingat janjimu, Ace," peringat ayahnya.
Acelyn mengangguk dengan senyuman miring. "Tidak memberitahu nama lengkap dan tidak mengikat rambut atau memperlihatkan tengkuk," katanya sembari mencium pipi ayahnya.
Hari pertama sebagai calon murid Pasirose School. Acelyn pun melangkah keluar dari driverless car milik Thomas, lalu melambai dengan senyuman lebar pada ayahnya itu. "Dah Ayah!" sapanya lalu berbalik, melangkah mendekati gerbang besar Pasirose School.
Langkah Acelyn memelan. Kepalanya mendongak, menatap gerbang Pasirose School yang bahkan lebih megah dari yang ada di pikirannya. Dua tiang besar yang terbuat dari beton terukir indah, di tengah-tengahnya dibuat seolah burung feniks yang juga ada di seragamnya tengah menahan beban yang ada di atap. Atap gerbang tersebut juga terbuat dari beton, di atasnya ada patung-patung manusia tanpa wajah yang mengangkat kedua tangannya, seolah telah sukses dan mencapai kebahagiaan.
Sekarang Acelyn mengerti apa makna di balik logo sekolahnya itu. Sekolah yang akan menerima harapan dan impian para murid, mengusahakannya, mengembannya, dan bertanggung jawab akannya. Demi kesuksesan.
Acelyn tersenyum senang, mengangguk lalu kembali melangkah. Tak berapa lama, langkahnya kembali memelan. Dalam hati Acelyn berharap, semoga hari ini tidak seburuk aroma kotoran anjing yang baru saja dia injak.
Ah, menyebalkan.
° ° ° °
Pengeras suara dengan kekuatan tingginya terdengar memekakkan telinga, dengan cepat murid-murid baru Pasirose School berkumpul memasuki aula. Sekolah dengan struktur bangunan yang mengitari lapangan besar hingga membentuk persegi itu pasti terlihat sangat indah dari atas langit, Acelyn bisa membayangkannya, mungkin seorang gadis berambut pirang keemasan yang berdiri di atas atap bangunan sekolah bagian sayap kiri itu bisa memberitahu bagaimana keadaan Pasirose School dari atas sana. Entah gadis itu tidak mengikuti masa orientasi untuk penerimaan murid baru atau dia telah menjadi murid di sekolah itu, tetapi yang jelas, Acelyn bisa melihat caranya berpakaian sangat beda dari yang lainnya, gadis itu terlihat lebih urakan dan kesan melawan aturannya terasa begitu lekat hanya melalui caranya mengusap rambut pirang lurusnya dan matanya yang tajam.
Acelyn mengabaikan tatapan gadis itu yang seolah menghujamnya, lalu melangkah mengikuti murid-murid lainnya untuk memasuki aula. Aula besar yang dindingnya diberi ukiran-ukiran indah serta banyaknya patung burung feniks itu membuat Acelyn berdecak kagum, lampu besar yang menggantung di tengah-tengah semakin memperindah ruangan, membawa Acelyn ke abad pertengahan. Acelyn jadi merasa hidup di masa lalu, di mana semuanya masih sangat indah dengan ke-apa-ada-annya. Murid-murid dengan segera duduk di bangku-bangku yang telah disediakan, Acelyn memilih untuk duduk di paling belakang dan paling terpojokkan, merasa tak enak jika duduk di tengah-tengah, karena sepatunya yang tadi terinjak kotoran anjing belum dia bersihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] ZAPHRENTIS
Science FictionBuku pertama [Zaphrentis] Abad 22, jauh setelah teknologi berkembang dengan pesat. Penemuan demi penemuan menghasilkan benda-benda penginstan segala hal. Merasa masih kurang, tidak cukup puas, manusia mencari cara untuk menjadi kuat. Untuk bisa menj...