Buku pertama [Zaphrentis]
Abad 22, jauh setelah teknologi berkembang dengan pesat. Penemuan demi penemuan menghasilkan benda-benda penginstan segala hal. Merasa masih kurang, tidak cukup puas, manusia mencari cara untuk menjadi kuat. Untuk bisa menj...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
We have the power
to imagine better.
(J.K. Rowling)
° ° ° °
Uxolo, 11 Juli IL-2119.
Murid-murid sudah berbaur di seluruh penjuru sekolah. Acelyn baru tahu bahwa akan ada jam istirahat terlebih dahulu sebelum kegiatan masa orientasi akan benar-benar dilakukan. Acelyn jadi membayangkan seperti apa kegiatan yang akan dilakukan sampai murid-murid disarankan untuk beristirahat dan mengisi perut terlebih dahulu.
Sekarang ini Matahari tepat berada di atas kepala. Membuat kepala Acelyn terasa panas. Acelyn menengok, lalu melangkah melewati perkarangan belakang sekolah untuk pergi ke kantin melalui jalan tikus. Namun jalannya tiba-tiba terhenti begitu dia melihat seorang pemuda dengan tinggi jauh di atasnya tengah memandang ikan-ikan mas di kolam ikan taman belakang sekolah dengan tatapan takjub. "Apa yang kau lakukan?" tanya Acelyn penasaran.
Pemuda itu tersentak, lalu tiba-tiba menoleh dan menyiram wajah Acelyn dengan air kolam ikan. "Acelyn?!" tanya pemuda itu kaget, membuat Acelyn yang kesal karena telah disiram air kolam ikan menjadi semakin kesal.
"Beraninya kau menyiramku dengan air itu," gertak Acelyn dengan kesal seraya mengelap wajahnya, setelahnya dia kembali berjalan, hendak meninggalkan pemuda asing yang sepertinya seniornya di sekolah itu. Namun belum juga melangkah lebih dari lima kali, pemuda itu menghadang jalannya.
Kalau Acelyn akui, pemuda dengan rambut cokelat terang yang terlihat sangat halus dan mata teduh dengan manik hazel itu terlihat sangat manis. Kulit cokelat keemasannya yang terlihat sangat eksotis membuat Acelyn iri, terlebih bibir tipisnya yang merah alami. Astaga, Tuan Ray bukanlah apa-apa. Namun jika dia sudah membuat Acelyn kesal, wajahnya yang tampanpun dianggap Acelyn sebagai kotoran kambing. "Acelyn Zehava Foc," panggil pemuda itu, membuat Acelyn menggeram.
"KAU! Siapa kau?!" teriak Acelyn tiba-tiba, membuat perhatian murid-murid yang berada di dalam kelas teralihkan kepadanya. "Kenapa kau menyiramku dengan air kolam ikan?! Kenapa kau bisa mengetahui nama lengkapku?!" gertak Acelyn.
Pemuda itu memandang Acelyn seolah kepala perempuan itu terbelah menjadi dua, lalu menjawab dengan ketus. "Badge."
Acelyn melirik badge nama di jasnya, tepat di dada kanan, lalu mengernyit. "Di sini hanya tertulis Acelyn Z. F." Acelyn mulai mengeluarkan kuda-kudanya secara asal, sejujurnya dia sama sekali tidak bisa bela diri. "Siapa kau?!" gertak Acelyn lagi membuat murid-murid tak bisa melepas pandangan darinya.
Pemuda asing itu mulai menatap murid-murid yang tengah menengok dari jendela kelas. "Jangan melihat!" serunya, memerintah pada murid-murid lain agar tidak memandang ke arahnya dengan tatapan penasaran.
"Heh, kau ini bagaimana sih. Mata digunakan untuk melihat, suka-suka mereka jika mereka ingin melihatmu," kata Acelyn kesal. "ARGH! Jelaskan padaku siapa kau ini!" jeritnya penuh emosi.