Chapter 6

101 6 0
                                    

Saat kubuka kantong plastik yang telah diserahkan oleh Dino, dan ternyata begitu mengejutkan, alah lebay sekali. Pokoknya ketika aku buka aku langsung melotot

Melotot..

Melotot..

Dan melotot lagi..

Karena didalamnya terdapat pecahan beling "makasih lo Dinomokurus, ini sih namanya gue suruh main puzzle pecahan beling, baru dapet piring" ucapku gondok.

Dino tertawa "ekspresi lo harus nya gue abadikan" ucapnya.

"Girang lo, dasar om-om girang" hardikku.

"Tapi lo dapet pecahan ini dari mana?" Tanyaku penasaran.

"Gue tadi marah-marah dan piring jadi korbannya gue ngebanting terus pecah dan tamat" ucapnya santai.

"Lo Pms?" Tanyaku, anak aneh.

Pleetaaak..

"Aiihhhss, sakit idiot" ucapku meringis.

"Gue kan laki mana bisa Pms"

"Siapa tau 'aja lo bisa" ucapku lagi memasang watados.

Kulihat Dino bergidik ngeri melihatku "tenang gue bukan kanibal" ucapku yang menyadari perubahaan raut wajah Dino.

Drrtttt..drrttt

From : Kak Leanedan

Gue udah nyampe, buruan lo ke parkiran, jan ngaret, cepeett.

Aku membaca isi pesan Kak Lean, dan pamit dengan Dino.
Aku berjalan santai menuju tempat parkir sekolah, memang lumayan jauh tapi bodo lah EGP.

~

"Lemot amat sih dek, gue sampe bangkotan nih nungguin elo" kata Kak Lean kesal.

"Bukannya dari dulu emang udah bangkotan yaa" cibirku.

"Hanya perumpamaan"

"Sarap" hardikku, kalo dia bukan kakakku sudah kudorong dia ke jurang biar mati dan tamat.
Tapi jangan deng, dia tetep Kakakku yang imutnya amit-amit.

"Gue pengen ke rumah temen gue dulu bentar doang" ucapnya lagi.

"Siapa?" Tanyaku.

"Orang" jawab Kak Lean asal.

"Bukan manusia?" Tanyaku.

"Sama aja"

"Bedalah" elakku.

"Beda?" Kak Lean membeo dan mengerutkan keningnya heran.

"Beda huruf" jawabku.

"Ga usah ngomong"

"Mulut-mulut gue pemberian dari YME harus digunakan jangan cuma jadi pajangan" ujarku.

Kau pintar sekali Nay, dengan senjata berjuta alasanmu.

Kak Lean mendengus kesal.

Setelah beberapa menit, kami sampai diperumahan Boungfill. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memiliki rumah diperumahan tersebut.

Kak Lean menghentikan laju mobilnya, tepat didepan rymah bergaya klasik Eropa yang memberikan kesan glamour pada rumah tersebut. Aku hanya menganga saat melihat rumah besar tersebut, aku bukannya norak tapi hanya katrok, enggak deng.
Karena rumahku tak jauh dari adat Jawa. Dilarang oleh sang Kakek Legendarisku katanya sih 'kita ini orang Indonesia jadi kita harus melestarikan kebudayaan Indonesia serta tradisi-tradisinya' tepuk tangan untuk sang Kakek Legendarisku. (Prok..prok..prok)

TroubleMakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang