Fey sedang memesan makan sedangkan aku hanya duduk sendiri menunggu Fey sambil memainkan ponsel.
"Boleh duduk sini" ucap seseorang. Tapi tunggu kok kayaknya berasa gerombolan deh.
Aku menoleh ke arah suara dan melihat tujuh cowok. CoGan pula.
Tapi apalah daya, aku tak tertarik. Mereka semua memamerkan senyumannya, gilaa bisa kenyang aku ngeliat CoGan sebanyak ini. Tapi kulangsung sadarkan diriku dan mengalihkan pandanganku ke arah ponsel seakan-akan ponsel lebih menarik."Maaf ya Nay lama—, eh eh itu kan Gerpond" bisik Fey. Dan aku hanya mengangguk dan memainkan ponselku lagi.
"Lo anak baru ya?" Tanya seseorang.
"Hm" hanya itu jawabanku dengan arah pandangan ke ponsel.
"Lo gak laper?" Tanyanya lagi.
Aku berdecak kesal dan mengalihkan pandanganku "berisik banget sih, lo mau numpang makan apa mau arisan" ucapku dingin dan kembali mengacuhkannya.
"Nama gue Arvin Lenzky panggil aja Arvin" ucapnya.
"Gue gak nanya dan gak peduli" ucapku tajam.
"Dek" ucap orang sebrang, sepertinya kenal deh..oh bagus sekali, ada sang kakak yang menyebalkan.
"Iya sorry, najis cuma gitu doang marah" gumamku kesal dan aku masih fokuskan mataku pada ponsel.
"Oke, gue Naysaroh putri panggil Nay, murid baru pindahan" kataku memperkenalkan diri karena jengah melihat tatapan orang-orang sekitar.
Dan serempak mereka tertawa menertawakan namaku. Kecuali cowok yang duduk di samping Kak Lean.
"Nama lo kampungan" cibir salah satu dari mereka. Namanya Mike Ernaldion, menurut kisah yang diberikan oleh kakakku dia pria paling dingin di penjuru sekolah.
"Lo pindah kenapa?" Tanya Mike lagi setelah mencibirku ternyata dia masih berani memberika pertanyan yang sudah umum bagiku.
"Karena gue telat masuk sekolah" ujarku santai, Yang lain tertawa terbahak-bahak dalam artian seluruh siswa/i yang ada di kantin, mungkin mereka rasa itu sudah hal yang umum menurut mereka.
"Sering telat masuk terus merokok di koridor sekolah dan ruang BP, btw ini sekolah ke tiga puluh tiga" ucapku lagi. Dan seketika mulut mereka menganga mungkin kaget atas penyataan ku tadi. Masih sama seperti tadi, pria yang duduk di samping Kak Lean memasang wajah datar, walau nampak kaget tapi dia langsung merubah raut wajah setenang mungkin. 'Akting lo bagus juga' gumamku.
Kuambil ponsel dan kufoto mereka dan share deh di Instagram, We Heart It, Path, Facebook, Snapchat, dll.
"Kompak sekali kalian. Menganga bersama suatu awkward moment yaa" cibirku diselingi tawaan datar.
"Kenapa lo bisa dikeluarin dari sekolah sebanyak itu?" Tanya Zee.
"Baiklah susu Zee, gue akan jawab pertanyaan lo. Gue tawuran, telat masuk sekolah, bolos, ngerokok, sering adu bacok sama orang" ucapku santai.
"Gue kakak kelas lo, kelas 12. Jadi gue harap lo takut atau tunduk gitu sama kita hormatin dong!" ucap Zee sambil membentak.
"Yaa..lo pikir, lo itu tuhan harus segala takut terus tunduk" ucapku, aku tak takut padanya, dia saja bukan penguasa di sini jadi untuk apa aku hormat padanya tak guna bagiku.
"Seenggaknya lo hormatin dong yang lebih dari lo" ucap Kak Lean.
"Ribet banget sih, dasar tua bangka" gerutuku kesal.
Arvin menahan tawa disampingku. "Napa lo mesam mesem gak jelas? Sawan?" Tanyaku sinis.
"Gapapa"

KAMU SEDANG MEMBACA
TroubleMaker
Ficção AdolescenteGadis trouble yang menjalani hari-harinya dengan membuat onar di sepenjuru sekolah. Sampai ketika, dia bertemu laki-laki yang membuatnya berubah. "Kenapa di saat gue udah berubah, lo malah kembali seenak jidat lo. Dan gue ucapkan selamat karena lo '...