Chapter 10

128 3 0
                                    

Happy reading

Vote dan Comment
~

Tiba-tiba...

"Siapa yang nyuruh kamu untuk duduk Nay?" Tanya Bu Laras. Oh yaampun masa dia yang bicara dia yang lupa.

"Tadikan Ibu bilang 'Stop! Duduk semua!' Yaudah deh saya duduk karena Ibu yang nyuruh" ucapku santai. Semua menahan tawa mendengarkan ucapanku, apa yang salah dariku.

Bu Laras menggelengkan kepalany mungkin pusing melihat tingkah konyolku. Kemudia Bu Laras memulai pembelajarannya.

~

"Nay sorry gue gak bisa jemput lo, perut gue masih sakit"

Itu isi pesan Kak Lean, siapa juga yang mengharapkan jemputan dia walau frekuensi harapannya hanya 5persen saja sih. Tapi yasudahlah berhubung dia sedang sakit lebih baik kubelikan dia makanan kesukaannya saja sebagai tanda kasih sayang seorang adik kepada sang kakak tercinta yang sedang mengalami musibah yang berupa penyakit maag. Lebaynya kalimatmu.

"Ayoo semangaaat" gumam diriku menyemangati diri sendiri. Saat aku ingin berjalan ada seseorang yang menepuk pundakku.

"Hai Nay, mau pulang bareng gak?" Oh ternyata si Fey toh.

"Lah Fey? Kira gue lo udah pulang" ucapku antara bingung dan heran.

Dia tersenyum padaku menampilkan deretan gigi putihnya dan itu membuatnya lebih...manis.

"Gue tadi ke kamar mandi karena gue naber dan mungkin salah makan jadi gue diare" ucap Fey, yaampun perempuan secantik dia bicara secara blak-blakkan.

"Omongan lo Fey, Astagfirullah. Blak-blakkan banget" ucapku sambil menangkup mataku ceritanya mendramatis gitu.

"Bodo amatlah, gimana nih mau pulang bareng atau pulang bersama?" Tanyanya.

"Aduh lo rada bego yah ternyata, keduanya sama saja Fey. Gue pulang sendiri aja deh, mau mampir dulu ke toko kue" ucapku, Fey memang anaknya rada tomboy dan tak lupa sifatnya yang abstrak.

"Yaudahlah gue duluan yaa, babaayy" pamitnya setelah itu ia masuk ke dalam mobilnya.

Aku melambaikan tanganku "hati-hati nyungsep di gorong-gorong" aku berteriak, tak tau malu saja diriku. Bodo amat.

Mobil Fey pergi dari halaman sekolah kemudian aku melanjutkan jalan tapi tiba-tiba ada yang menarik tanganku kasar sambil berjalan cepat. Aku terlonjak kaget, yaiyalah bagaimana tidak ada seseorang yang tiba-tiba menggandeng tanganku tak ada angin tak ada hujan di kejutkan kedatangan seseorang yang tidak diinginkan, siapa lagi kalau bukan Mike Ernaldion.

Para murid yang melihat kejadian ini berhenti sebentar untuk melihat adegan yang tak berguna ini, ada yang menatapku benci, iri, kagum dan ada yang tak peduli.

"Lepasin, sakit Ion" ucapku, pergelanganku sakit akibat ditarik kasar belum lagi aku harus menjajari langkahnya yang besar dan cepat, sungguh menyusahkan sekali.

Aku baru berhenti di tempat parkir sekolah, aku melepaskan tanganku paksa dan telepas. Tanganku merah perih.

"Lo ngapain sih narik tangan gue, sakit tangan gue tuh liat jadi merah gegara elo" ucapku sambil meringis.

"Nih" bukannya minta maaf Mike malah memberikannya helm, somplak emang nih anak. Aku diam tak mengambilnya tanganku masih setia memegang tanganku yang sakit.

"Pegang" ucapnya jengah, aku tetap diam dan menatapnya datar. Dasar sawan bukannya minta maaf malah dia yang mau kesal.

Mike memutar bolanya kesal, lalu dia memakaikan helmnya ke kepalaku. Yap...KE KEPALAKU, oh teman jantungku aduh kayaknya besok harus check up deh takut punya riwayat penyakit jantung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TroubleMakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang