Chapter 9

117 5 0
                                    

Happy reading..
Vote dan coment yaa..

~

Nay pov

Saat ku tau tentang Olimpiade itu, kesalnya bukan main. Bukannya aku tidak mengizinkan dia untuk pergi Olimpiade tetapi waktu penyampaian saja yang sangat mendadak walau empat hari lagi pasti waktu akan cepat berlalu.

Aku merenung sekaligus bertapa di dalam kamar (mandi). Sekarang aku berada di kamar mandi, posisinya menaiki wastafel dan cermin besar, kamar mandinya seperti kamar mandi hotel lah pokoknya. Aku bertapa, menyilangkan kedua kaki ku, memejamkan mataku dan kedua tangan ku di atas sisi lutut ku.

Aku tak bisa konsentrasi, omegaaatt mengapa engkau menciptakan kakak yang sangat bawel dan berisik terlebih lagi dia seorang laki-laki yang perfect. Dia kakakk, Lean Putra.

'Argggghhh, berisik tau gak! Gue lagu bertapa nih mencari jalan keluar, gue sumpel pake kaos kaki Pak gembrot juga ya!' Batinku kesal.

Aku melanjutkan ritual ku yang jika di lihat oleh semua orang berasa menjadi orang idiot sedunia.

"Nay , gue laper" ucapan apa itu, makan tinggal makan susah amat sih, kiranya harus lapor dua kali dua puluh empat jam apa!.

Aku penasaran, mending keluar deh. Dan aku seperti nya ingat sesuatu deh....omegat, oon atau goblok sih si Lean, dia tuh punya penyakit maag akut jadi gak boleh makan telat.

Karena aku adalah adik yang baik maka aku membuka pintu kamarku dan yang paling kagetnya setelah aku membukakan pintu kamar Kak Lean terjungkal kebelakang. Oh begitu bodohnya dia, maagnya sudah parah sampai-sampai badannya lemes dan mukanya pucat kalau sampai ketahuan Eyang, mams dan paps aku jamin seratus persen dia akan terkena marah 4 hari 3 malam dan ujung-ujungnya aku yang kena semprotnya

Aku membantunya untuk berjalan sampai ke kamar. Ini mah sama saja aku menjadi big baby sitter. Aku memberi wejangan-wejangan untuknya serta memberitahukannya bahwa aku sudah izinkan dia untuk terus berprestasi dan berkarya di dunia sains.

"Berarti gue gak ada bodyguard yang selalu rese sama gue dong, ahaaayy. Gue bebas" ucapku gembira, haha suatu hikmah yang luar biasa indah.

"Eeiitss, gue udah siapin bodyguard baru, siapa tau entar jodoh" goda Kak Lean, andai dia sedang tidak sakit sudah kucubit perutnya.

"Siapa?" Aku berjanji siapapun orang yang telah sedia menjadi calon bodyguard ku akan kujahili dia, ahar dia jengah terhadapku lalu pergi deh nyungsep ke jurang.

"Mike Ernaldion, sahabat gue sejak SD dan pria paling cuek, datar dan fingun melebihi AC sepuluh peka" katanya, APAA!! Dia yang menjadi pengganti kakakku, mimpi apa aku semalam. Kutarik ucapan 'hikmah yang begitu luar biasa indah' tadi.

Aku merengut kesal, menggerutu atas takdirnya yang selalu sial bertemu dengan Mike setiap saat. Sepertinya Kak Lean sedang menahan tawa. Lihat saja pembalasanku wahai anak muda. Aku mengeluarkan jurus seringaian paling ampuh, hahaha.

Demi apapun aku akan melakukan yang membuat Mike jengah padaku, aku membencinya sangat membencinya. Dia itu menyebalkan, tukang komentar, kritikkannya pedas, cuek, dingin seperti AC sepuluh peka, kenapa dia gak hidup bersama spesiesnya di Kutub Utara sana(?). Selagi masih ada kesempatan kucibir dia dengan berbagai jenis ucapan.

~

"Haduhh, pak gembrot tolongin saya dong bukakan pintu pagar yang bejat ini. Jalan menuju kesuksesan saya terhalangi oleh benda besar didepan saya dan tujuan saya disini adalah menuntut ilmu atau mencari ilmu sebanyak-banyaknya agar masa depan saya tertata rapi, saya tidak mau hidup saya terkekang dan terbelenggu atas kemiskinan" waahh bicaraku sudah mulai ngaco. Aku memohon kepada bapak gendut didepanku.

Dia menatapku dengan tatapan nanar dan tangan berkacak pinggang tak lupa perutnya yang menjulang ke depan, samping kanan, samping kiri dan belakang membuatnya terlihat seperti 'Bumil mau senam'.

"Lebih baik kamu pulang" ketus pak Parno.

Tin...tiinn..

Suara klakson motor menyeruak di telingaku. Pak Parno segera membukakan pintu pagarnya, aku menatap Pak Parno dengan tatapan 'gue gak sudi nganggep lo satpam, gembrot'. Daripada aku mempermasalahkan itu, lebih baik aku lari masuk saja, hahaha.

Aku berlari secepat mungkin, bodo amat dah aku nyelonong masuk yang penting aku dapat masuk jam pertama. Karena hari ini ulangan bahasa.

Saat aku sampai di depan kelas, aku mengintip dari jendela situasi sekarang kelas rame bertanda sang guru belum masuk. Dengan santai aku membuka pintu kelas.

"ASSALAMUALAIKUM" teriakku sambil berjalan santai.

Semua mengarahkan pandangan padaku, tapi mengapa mereka semua menjadi bungkam.

"Napa pada diem sih? Ucap salam gue dong" ucapku santai yang masih setia berdiri didepan kelas.

"Wa'alaikumsalam, Nay itu tuh" ucap Metta, orang yang duduk di depan dan dia mengarahkan matanya ke sisi kiriku.

"Lo ngode apaan sih Met? Yang jelas dong, gak usah pake kode-kode segala kira lo GTA" ucapku yang tak mengerti.

"Eheeem" ucap seseorang di belakang kiri ku" aku menengok ke arah sumber mata air..eh salah maksudnya sumber suara.

Dan taaaa—daaaa, guru bahasa ku yang bernama Bu Laras telah berdiri ria di belakang ku.

"Eeh ada ibu, apa kabar bu? Ibu mau ngapain ya?" Ucapku, masyaallah aku terlalu polos, tapi lebih tepatnya polos dan bego karena polos dan bego itu hanya dibatasi oleh seutas benang jadi beda tipis bangetlah, kembali ke cerita.

"Saya mau ngajar dan pasti kamu telat?" Tebak Bu Laras.

Aku tersenyum sumringah menampilkan deretan gigi putih ku yang rapi. "Ibu tau saja" ucapku asal ceplos.

Mampus Nay, mulut lo ember banget sih, batinku.

"Aihh Ibu saya keceplosan lagi" gumamku yang pastinya terdengar oleh Bu Laras.

"Seba—" belum selesai ucapan Bu Laras. Seorang perempuan berdiri, kalau tak salah namanya Nicole.

"Bu, orang yang telat seperti dia seharusnya di hukum saja dan di beri pelajaran agar jera" ujar Nicole, He'eleh kayak dia tidak pernah telat saja.

Bu Laras baru ingin Berbicara lagi mangap tiba-tiba Daris berdiri "saya tidak setuju karena itu bisa membuang-buang waktu ulangan dan Nicole, apa lo gak pernah telat?" Ucap Daris. Oh tengkyuu Daris, seenggaknya si Paprika Nicole bisa diam sesaat.

"Saya setuju apa yang dikatakan Nicole, untuk melatih kedisiplinan" ucap Jens, halah nih orang ikut-ikutan aja dasar terong busuk.

"Tidak bisa, saya setuju dengan Daris. Apa yang dikatakannya adalah benar dan untuk lo Jens, emang lo pernah ngikutin aturan atau disiplin bahkan gaya lo aja urakan begitu" ucap Permai, Oh teman... ini debat kapan selese, udah pegel nih kaki gue, batinku dongkol.

Dan terjadilah ribut antara mereka, helloww aku yang kena hukum kenapa yang ribet jadi situ.

"STOOP, duduk semua!" Perintah Bu Laras. Yang tadi diri pada duduk semua, kemudian aku berlari ke arah bangku ku untuk duduk.

Tiba-tiba....

~

Vomment

TroubleMakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang