Modus!#2

4.9K 339 14
                                    

Pagi ini.Bukan.Pagi menjelang siang ini aku tengah bergulat dengan kompor, pan, spatula, dan bumbu-bumbu masak, sementara suamiku masih bermimpi basah *Eh? Indah maksudku.

Ku tumis bawang putih dan daun salam bersamaan lalu kumasukan bumbu putih.Ehhmm.. makanannya belum jadi namun aromanya sudah sedap bagaimana sudah masak?

"Pagiii sayang.."
Suara cempreng suamiku menyapa gendang telinga, membuatku harus menolehkan kepalaku kearahnya.

Jimin. Suamiku. Masih dengan rambut basahnya, kaos oblong putih polos, celana pendek selutut, dan senyum yang mampu menghilangkan kedua mata sipitnya itu tengah berdiri di ambang pintu dapur yang menghubungkan dengan ruang keluarga.

"Ini sudah jam 10 Jim. Kau melewatkan roti dan susumu," sahutku seraya memasukan potongan daging ayam kedalam tumisan ku tadi dan mengacaknya menggunakan spatula.

"Benarkah? Mianhae chagiya ...."
Aku hanya mengangguk tidak peduli. Toh memang sudah biasa bukan Jimin seperti itu?

"Mau apa kau kesini?"

"Aku akan membantumu"

Aku kaget. Terkejut. Cengo. Rasanya seperti ada yang menginjak gelas aqua kosong tepat disampingmu dan berbunyi BOOM! Disaat kau sedang melamun.

Seorang Park Jimin. Park-Jimin. Membantu istrinya memasak? Tuhan … ini berita yang menggeparkan dunia. Lebih menggemparkan dari perang dunia II, perang antara Indonesia dan Jepang.

"Kesambet setan apa kau Jim?"

"Aku juga tidak tahu. Aku hanya ingin. Jadi apa yang bisa ku lakukan?" ujarnya saat ia tengah berdiri tepat disampingku.

"Em … kau iris bawang bombainya. Kau ambil dulu di dalam kulkas, ne?"

Jimin menuruti apa yang kusuruh sementara aku masih sibuk dengan masakanku.





Sampai..








"Aarrrgghh …," teriakan Jimin menghentikan aktivitasku.

Bahkan aku matikan kompor dan berlari kearahnya.

"Kau kenapa?" tanyaku dengan nada khawatir.

"Jariku sshh … aargghh appoyo."
Kulihat jari telunjuk kirinya yang ia pegang di sela-sela ibu jari dan jari telunjuknya.

Oh Gosh!
Jarinya berdarah. Ah Jimin babo!
Ku raih jari telunjuknya dan kuhisap darah yang berada disana.

"Sshh … aw … sakit," rintihnya dan aku tak peduli kuhisap terus darah yang keluar dari jarinya.

Jimin babo! Mengiris bawang bombai saja jarinya ikut teriris, Dan kenapa darahnya tidak mau berhenti?

Disaat aku sedang menghisap darah yang keluar dari telunjuknya. Jimin menarik jarinya dan langsung menangkup kedua pipiku. Menatap mataku lembut.

Kepalanya ia miringkan dan wajahnya mendekati wajahku. Aarggh aku harus apa?

Tanpa menunggu lama lagi bibir kenyal Jimin sudah menyentuh bibir tipisku. Mengecupnya, menjilatnya, menghisapnya, mengigitnya. Meminta akses untuk lidahnya. Aku hanya bisa menurutinya.

Dua menit waktu memasakku terpotong hanya untuk permainan lidahnya. Ini tidak bisa dibiarkan!

Kudorong pelan tubuh Jimin dan dengan mudah pagutan kami terlepas begitu saja.

Dia tersenyum, senyum jalang lebih tepatnya. Ewh~ menjijikan!

"Bibirmu manis, kenapa kau lepas?"

Apa ini?!
Tadi dia merintih kesakitan karena jarinya. Tapi sekarang?dia sudah seperti jalang di club malam milik Namjoon oppa!

"Kau modus hah?!" bentakku dengan melipat kedua tanganku didada.

"Sedikit."

"Yak! Dasar Modus! Dasar jalang! Tak punya otak! Baboyaaa …,"
teriakku sambil memukul-mukul dada bidang suamiku, yang dipukul malah tertawa keras.

SUDAH DUA KALI AKU DIMODUSI SUAMIKU SENDIRI!!!

Jimin And You [PRIVATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang