First Day

3.6K 240 8
                                    






"Sayang, bangunkan Jisook. Kau tahu 'kan ini hari paling bersejarah." Aku tersenyum dan menoleh ke arah samping, mendapati priaku tengah memakai kemeja putihnya.

"Kau tak perlu berdandan, sayang. Kau hanya mengantar Jisook, bukan menghadiri arisan." Aku mendengus kesal. Dia selalu seperti ini, jika dia melihatku memoles sedikit saja bedak di wajahku bisa dipastikan dia akan berkata seperti itu.

"Kau ini bawel sekali." Aku keluar dari kamar ku-dengan Jimin tentu saja, melangkah dengan santainya ke salah satu pintu berwarna hitam.

Menekan kenop pintu dan sedikit mendorongnya. Ku dapati buah cintaku tengah mematut tubuh mungilnya di depan cermin yang hampir menyamai tingginya.

"Kenapa ini sulit sekali. Issh ... aku menyerah. Eomm-" ucapannya terhenti saat mata sipit yang indah itu melihat diriku yang tersenyum geli melihatnya.

"Eomma, bantu Jisook. Jisook tak bisa menyatukan kancing dengan lubang yang kecil ini." lelaki kecilku melangkah maju, menghampiriku dengan wajah memelasnya. Uuu ... kasian sekali anakku ini.

Aku berjongkok seraya menautkan kancing seragam birunya dengan lubangnya satu persatu. "Eomma, eomma antar Jisook ke sekolah, 'kan?" Aku mengangguk lalu tersenyum manis kearahnya.

"Eomma antar, kok, tapi ... nanti eomma pulang lagi." Aku mendongakkan kepala ku, memandang jiplakan wajah suamiku. Iya ... dia memang sangat mirip dengan ayahnya, padahal aku yang mengandung.

Hari ini adalah hari pertama putra pertamaku memasuki dunia pendidikan, sekolah. Taman kanak-kanak. Usianya enam tahun dan siap untuk menerima pelajaran-pelajaran yang diberi ibu bapak guru di sekolah.

"Cha, selesai." Jisook tersenyum, tapi yang dia tampakan bukanlah senyum senang ataupun bahagia. Melainkan senyum yang emm ... sedih?

Aku menyentuh pipi kanannya, mengusapnya lembut, "Sook-ah, wae? Kau tak suka sekolah?" Dia menggeleng.

"Aku takut nanti aku tak punya teman atau teman-temanku tidak menyukaiku, eomma."

"Tak perlu takut. Kau akan mempunyai banyak teman nanti. Percayalah, sekolah itu menyenangkan."

"Chagi, neo eodiya?" Teriakan menggelgar priaku menginterupsiku. Aku berdiri tegak lalu berbalik, di ambang pintu kamarku dia berdiri. Dengan kemeja putih, dasi belang-belang abu-abu dan hitam yang menggantung di leher jenjangnya, jas hitam kerjanya, celana yang senada dengan jasnya, dan satu lagi kacamata berbingkai kotak lebar bertengger di hidung mancungnya. Best style.

Priaku menghampiriku, "Jisook, sudah siap?"

"Sudah appa. Tinggal pakai sepatu." Jisook berlari ke arah depan, dimana rak sepatu diletakan.

"Kau ..., kenapa kau masih disini?"

"A-aku aku mau ke meja makan menyiapkan roti." Kenapa harus gagap seperti ini? Menyebalkan.

Aku melangkah maju dan sedetik kemudian ku rasakan tanganku di tarik seseorang dan berhasil membuatku masuk kedekapannya.

Oh, Jimin ini kenapa?

"Aku tahu kau terpesona padaku." Dia berbisik tepat di telinga kananku. Ugh, jangan lagi!

Alih-alih menjawab aku berkata, "Jim, tolong. Aku ingin menyiapkan roti untukmu dan Jisook. Aku tidak ingin Jisook terlambat sekolah di hari pertamanya."

"Aku tidak butuh roti aku hanya butuh ini."































Chu~~


































Jimin mulai lagi. Kurang ajar.

"Aku hanya ingin itu." Jimin melenggang pergi, mengayunkan tungkainya ke arah meja makan.

"Eomma, cepat. Aku lapar." Jisook berlari dengan sepatu hitamnya ke arah yang sama, meja makan.

Aku menghela napas berat sebelum kakiku membawaku ke meja makan juga.

Kulihat Jimin dan anaknya tengah duduk di kursi masing-masing dengan tatapan mereka yang mengarah ke arahku, seakan babi yang kelaparan. Oh apa aku baru saja mengatai mereka babi?

"Aku mau selai kacang, sayang." Aku mengoleskan selai yang ia mau ke roti tawar lalu menaruhnya di piring kosong di hadapan suamiku.

"Kau mau apa, Sook-ah?"

"Biasa." Aku kembali mengoleskan roti tawar itu dengan selai, bedanya ini selai nanas.

Setelah selesai oles-mengoles roti, kududukan diriku di kursi samping namja yang sebentar lagi akan menginjak usia dua puluh enam tahun ini.

"Kau tidak makan?" Jimin kembali bersuara.

"Tidak. Nanti saja." Jimin nampak tak acuh dan dengan santainya menggigit roti berselai kacang itu. Aku mendengus. Dia memang tidak peka.

-CcC-

"Jisook, kau duduk di sebelah sini ya? Di sampingmu nanti ada Jiyun." Aku mendudukan putra pertamaku di salah satu kursi yang memutari meja bundar berwarna biru di barisan paling depan.

Banyak orang tua dan anaknya yang mengantar dan memberitahu anaknya duduk dimana, sama seperti apa yang ku lakukan sekarang.

"Jiyun? Nugu, eomma?" Baru saja aku ingin menjawab, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku.

"Oh, Dayun eonnie," ucapku setelah mengetahui siapa yang memanggilku.

Dayun eonnie, sahabatku dari sekolah dulu. Suaminya pun kenal dengan Jimin, Kim Jiwon. Seangkatan dengan Jimin semasa SMA dulu. Kita sudah lama sekali tak bertemu, mungkin terakhir kali aku menemuinya saat reuni sekolah, saat Jisook belum lahir.

"Jiyun-ah, kau duduk di samping Jisook, ne?" Bocah yang sedari tadi berada di samping ibunya pun kini beringsut duduk di samping pria kecilku.

"Apa kau sudah lama disini, (y/n)-ah?"

"Eoh? Aku baru saja datang, eonnie."

"Jisook, kenalkan aku Jiyun. Itu eomma-ku." Aku menengok kebelakang mendapati dua bocah yang tengah berkenalan.

"Semoga kita bisa jadi teman yang baik." Jiyun tersenyum manis ke arah Jisook. Sementara Jisook hanya tersenyum kikuk di tambah dengan pipinya yang memerah.

Ku rasakan bahuku di tepuk oleh seseorang. Aku menoleh dan ternyata Dayun eonnie.

"Lihatlah, anakmu menggemaskan sekali. Pipinya bersemu," ujarnya dengan menahan tawanya dengan tangan yang ia taruh di depan bibirnya.

"Dia malu, eonnie. Dia baru pertama kali berkenalan dengan orang asing, apalagi seorang gadis. Kekekeke~"

"A-aku aku Jisook. Ak-"

"Aku sudah tahu."

"Hahahahaha ...." Tawa kami pecah, tapi aku bisa menahan tawaku dengan telapak tanganku di depan bibir. Tidak untuk partner tawaku, dia tertawa dengan kerasnya. Tidak memperdulikan orang-orang disekitarnya yang memandang aneh dirinya.

"Eomma!"

-OoO-

Heyyoh, readers!
Min kembali egen, setelah berminggu-minggu ngilang, yakan. Ku bawa ini untuk kambek. Wakakak.

Okeh, stay vomment, guys.😉

Don't forget read my new story Banglyz spam. :)

Jimin And You [PRIVATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang