Part 4

2.1K 238 1
                                    

Sasuke masih diam membeku ditempat. Seolah sedang memikirkan sesuatu. Sesuatu yang ia rasa menjanggal dalam dirinya. Sesuatu yang hilang seolah datang kembali. Tapi apakah yang dilihatnya adalah orang yang ia cari selama ini?

.
.

Didalan lift, Naruto mengenggam tangan Rin sekuat tenaga, membuat sang gadis kecil meringis kesakitan. Menyadari bahwa ia sedikit melukai Rin, Naruto menatap Rin dengan penuh kecemasan, "Rin, kau tidak apa-apakan?" Naruto menyingkap seluruh pakaian Rin untuk melihat kondisi Rin saat ini, seolah ia takut sesuatu terjadi pada gadis kecil ini.

Rin bingung dengan reaksi berlebihan yang diberikan Naruto padanya. Tidak terjadi apa-apa padanya, ia tidak terjatuh atau apalah itu yang membuat ia terluka. Ia baik-baik saja sungguh. Tapi Naruto terlihat begitu ketakutan seolah menyimpan sesuatu hal yang tak dapat diucapkan.

"Kaasan aku tidak apa-apa" ucapnya dengan nada lembut sambil tangan kecilnya memeluk leher Naruto seolah mencoba menenangkan pemikiran buruk Naruto tentangnya saat ini. Naruto menghela nafas sambil membalas pelukan Rin mesra.

.
.

Sesampainya Sasuke didalam appartementnya. Sasuke berdacak pinggang, mencoba menyadarkan dirinya dari pemikiran yang rumit. Sungguh ia tidak salah lihat. Rambut pirang keemasan dengan mata biru cerah secerah langit. Ia tidak salah lihat. Bahwa yang dilihatnya adalah sosok Naruto. Wanita yang ia cari. Wanita yang ia cintai sampai saat ini.

Namun kemudian kening Sasuke mengkerut. Gadis kecil bersama Naruto siapa? Apakah anaknya? Apakah Naruto sudah menikah? Pemikiran Sasuke terus berkecambuk tentang Naruto. Membuat ia mengacak rambut kelamnya dengan kasar. Saat ini ia sangat frustasi. Pemikirannya kacau. Hingga akhirnya pusat pemikirannya mengatakan bahwa Naruto tinggal disekitar appartement ini. Tapi dimana?

Sasuke terus meronta-ronta seorang diri. Kesal dengan sifat bodohnya yang melepaskan genggaman tangannya dari tangan Naruto tanpa pikir panjang yang membuat wanita itu pergi meninggalkannya. Ia sungguh benar-benar menyesal. Jika sampai ia tau bahwa saat ini wanita yang ia cintai sudah menikah. Sedikit egois Sasuke akan melakukannya. Ia akan menghancurkan pernikahan wanita itu. Dan akan membuat Naruto kembali kesisinya lagi.

Sasuke mengeluarkan ponsel pintarnya dari dalam saku celananya, kemudian menghubungi petugas keamanan appartement.

"Maaf tuan. Nama nona yang tuan cari tidak ada dalam nama-nama penghuni appartement ini. Mungkin anda salah lihat? Tapi-"

Sasuke menutup kesal telpone genggamnya sebelum mendengar sambungan ucapan dari petugas tersebut. Dilemparnya ponsel pintarnya keatas sofha, kemudian duduk ke sofha tersebut menyadarkan diri. Mencoba menenangkan diri sambil mengurut pelipis keningnya. Pemikirannya terus tertuju bahwa ia tidak salah lihat dengan penglihatannya.

.
.

Disisi lain, Naruto terus menatap Rin. Seolah ia takut bahwa Rin terluka. Karena pemikiran Naruto saat ia bertemu pria berambut kelam tersebut secara tidak langsung, Naruto teringat kembali kejadian dimana ia menolong pemuda tersebut yang beberapa hari lalu mabuk berat. Seolah Naruto berfikir bahwa lelaki itu adalah pedofil?

Naruto ingat betul saat ia mencoba menidurkan pria tersebut keranjang, pria itu memeluknya erat dan menghembuskan nafasnya seperti mengendus-endus atau mencium tengkuk lehernya. Membuat Naruto merinding jika mengingatnya. Sungguh Naruto belum pernah merasakan hal intim seperti itu. Membuat wajah putihnya merona merah. Naruto memukul-mukul pipinya untuk menyadarkan diri.

Saat mata biru cerahnya menatap mata kelam milik gadis yang saat ini sedang mewarnai buku gambar tepat didepannya menatap bingung. Dari tatapannya Naruto daopat mengetahui bahwa Rin menanyakan tentangnya, 'Apakah ia baik-baik saja?'.

FLASHBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang