Part 8 (END)

5K 380 41
                                    

"Ojii-san!!!" Gadis kecil bersurai pirang berlari dengan langkah kecil mendekati pria tengah baya yang saat ini sedang duduk diatas kursi singgasananya sambil menikmati teh hangatnya pagi ini.

Melihat tingkah sigadis kecil tersebut, membuat bibirnya mengembang tersenyum cerah. Diletakkannya gelas yang sedari tadi berada dalam genggamannya keatas meja. Kemudian membentang kedua tangannya mendekap gadis kecil bersurai pirang masuk kedalam pelukkannya nan hangat.

"Aku merindukanmu Ojii-san!" Ungkap Rin kepada Minato.

Minato membalas ungkapan gadis kecil polos dihadapannya dengan mencium puncak kepala Rin dengan lembut, "Begitu juga denganku. Jadi bagaimana harimu selama di Jepang?"

Pertanyaan sang kakek membuat raut wajahnya berubah menjadi sedih. Entah mengapa perasaannya kali ini berubah menjadi sedih setelah meninggalkan Naruto hidup seorang diri.

"Aku merindukan Okaa-chan.." ungkapnya pelan sambil menundukkan wajahnya. Mata kelamnya tiba-tiba mengeluarkan air mata. Membuat Minato merasa serba salah. Ia tau gadis kecil ini pasti akan merindukan ibunya, setelah ia memutuskan Rin untuk tinggal bersama Naruto. Sebagian rencananya memang berhasil, namun ia tidak pernah berfikir akan membuat cucu yang sangat ia cintai berubah muram dan sedih seperti ini.

Minato memasukkan kembali Rin kedalam dekapan pelukkannya, mengusap punggung Rin yang terus bergetar menahan tangis. Menenangkan Rin dan membujuknya dengan kata-kata rayuan yang akan membuat Rin berhenti dari kesedihannya.

.
.

Minato menatap pemuda bersurai raven dengan tatapan tenang dan berwibawa, menantikan apa yang akan dikatakan oleh pemuda yang berada tepat dihadapannya saat ini.

Sebenarnya ia tau maksud kedatangan pemuda raven yang berani menunjukkan batang hidungnya, untuk menemuinya. Hanya seorang diri. Ini kali keduanya mereka bertatapan muka secara langsung, setelah pasca insiden beberapa tahun lamanya, saat pemuda dihadapannya ini masih begitu muda, penuh dengan emosi dan amarah, meraung-raung meminta agar ia dapat bertemu dengan putrinya kembali. Dan pemuda raven ini pula lah, yang berani memukulnya dengan sekuat tenaga tanpa memperdulikan bahwa ia adalah orang tua dari wanita yang ia cintai.

"Aku tidak pernah menyangka bahwa kau akan datang kemari menemuiku." Ungkap Minato, setelah berdiam diri beberapa lamanya melihat pemuda dihadapannya hanya terus diam berdiri tanpa mengucapkan kata-kata, menatapnya sendu.

"Apa yang kau inginkan? Bukankah kau sudah bertemu dengan Naruto dan memilikinya?" Perkataan Minato terdengar mencemoohkan diri Sasuke. Namun Sasuke harus tetap tenang, dan melakukan tindakan positif.

Tanpa berfikir panjang, Sasuke menekukkan lututnya, duduk bersimpuh dihadapan Minato. Membuat surai mata biru milik pria baya tersebut terbelalak menyaksikan apa yang dilakukan oleh pemuda raven ini, sungguh ia tidak bisa mempercayainya.

"Aku meminta maaf kepadamu dengan tulus." Ungkap Sasuke terus menundukkan kepala kebawah, bersimpuh memohon ampunan dari pria tua yang merupakan ayah dari wanita yang sangat ia cintai.

Minato mendengus melihat tindakan Sasuke saat ini. Seolah ia masih belum bisa menerima ketulusan dari ungkapan Sasuke kepadanya.

"Aku tidak pernah menyangka, bungsu Uchiha mau mengakui kesalahannya. Apa kau fikir aku akan memaafkanmu?"

Perkataan Minato terdengar menusuk persaan Sasuke. Memang Sasuke mengetahui bahwa sikapnya dimasa muda telah membuat ia menyesalinya menyakiti ayah wanita yang ia cintai. Namun saat itu, pikirannya benar-benar kacau. Membuat ia terpancing emosi dan melakukan tindakan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Apapun yang kau inginkan. Aku akan melakukannya. Aku hanya meminta Rin untuk tetap berada disisi Naruto." Sasuke akhirnya mengatakan tujuannya untuk datang kemari.

FLASHBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang