Disudut ruang tamu, Eyang Soraya datang menghampiri anaknya Bimo Hardjokusumo."Harus berapa kali ibu katakan kepadamu, ini semua adalah suratan takdir yang harus kamu terima. Sadarlah le, kasian Meutia harus menerima sikapmu yang berlebihan seperti itu. Dan bukan mau Meutia harus berpisah dengan ibunya" ucap eyang.
"Tapi bu, karena anak sialan itu aku kehilangan Kirana bu. Aku kehilangan istriku" sanggah Bimo dengan nada emosi.
"Dengarkan ibu baik baik, Meutia itu anakmu yang harus kamu sayangi. Ibu tau kamu amat kehilangan Kirana, tapi..." belum sempat Eyang melanjutkan, namun Bimo sudah membalas perkataan ibunya dengan nada yang lebih beremosi.
"Andai saat pendarahan hebat itu Kirana tidak mempertaruhkan nyawanya hanya untuk anak sialan itu, tentu saja Kirana masih hidup bu. Masih hidup.. Dan Kirana akan tetap berada disampingku."
Eyang Soraya hanya dapat menghela nafas akan sikap anaknya tersebut. Sudah berulang kali ia mencoba menasehati anaknya, namun Bimo tetap membenci Meutia cucunya tersebut.
Masih teringat jelas dalam benak Eyang Soraya betapa bahagianya Bimo dan Kirana saat mengetahui mereka akan memiliki seorang anak. Namun skenario Sang Ilahi berkendak lain. Disaat proses melahirkan, Kirana kehilangan banyak darah. Dan dokter hanya mampu menyelamatkan salah satu nyawa, nyawa ibunya atau anaknya.
*Flashback
Kirana POV
"Mas aku senang sekali, akhirnya aku menjadi wanita seutuhnya. Sebentar lagi kamu akan menjadi ayah, dan aku akan menjadi ibu" ucap Kirana dengan senyum penuh bahagia.
"Aku juga senang sekali Kirana, akhirnya kita menjadi keluarga yang bahagia. Kira-kira nanti kamu mau anak kita perempuan atau laki-laki? Dan mau kamu mau beri nama siapa sayang?" ucap Bimo dengan sama bahagianya.
"Perempuan atau laki-laki yang penting anak kita lahir dengan sehat dan tidak kekurangan satu apapun mas. Tapi kalau dia perempuan aku ingin memberinya nama Meutia Prameswari, dan kalau dia laki-laki akan kuberi nama Bagas Hardjokusumo mas" ucap Kirana dengan penuh semangat dan bahagia, sambil menyenderkan kepalanya dipundak suaminya Bimo."Mas nanti jika suatu saat, aku dipanggil Sang Ilahi terlebih dahulu, kamu harus menjaga dan memberikan kasih sayang yang tulus untuk anak kita ya mas" pinta Kirana.
"kamu ngomong apa sih sayang, jangan ngawur kalau ngomong" ucap Bimo kepada Kirana.
"Aku gak ngawur mas, lah memang nanti kita semua akan menghadap Sang Ilahi kan? ucap Kirana.
"Iya Kirana, memang benar tapi sudahlah, yang terpenting kamu dan anak kita sehat sayang. Dan mas janji, mas akan jaga kamu dan anak kita" ucap Bimo.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERBUANG
General FictionPernahkah dirimu merasakan sakitnya terabaikan? Tersisih tak dianggap? Penolakan akan kehadiranmu, terlebih oleh orang terdekatmu. Inilah kisahku...