Akan selalu datang masanya setiap hubungan mendapatkan ujiannya masing-masing, akhir ujian tersebut hanyalah tetap bertahan atau harus berakhir.Ratih berjalan menghampiri Rama yang tengah menikmati acara televisi diruang keluarga. "Le besok kamu libur toh?" tanya Ratih sambil memberikan secangkir teh hangat kepada Rama.
"Iya bu, kan besok hari sabtu"
"Besok temani Ibu yah le, Ibu ada sedikit keperluan" pinta Ratih kepada anaknya.
Rama yang tidak menaruh curiga apapun terhadap Ibunya, hanya menganggukkan kepalanya dan kembali fokus menatap layar televisi.
Ratih yang melihat sikap Rama, menerbitkan senyum simpul dan berharap apa yang direncanakannya berjalan dengan lancar.
***
Keesokan harinya, Rama mengendarai mobil untuk menemani Ibunya.
"Oiya le nanti kita makan dulu ya, soalnya Ibu belum sempat makan tadi" pinta Ratih.
"Iya bu, kita mau makan dimana?"
"Ditempat biasa saja Ram, di Saung Gurame Bakar yang biasa kita datangi sama ayahmu itu loh"
Rama menganggukkan kepalanya dan mengemudikan mobilnya menuju tempat yang diminta oleh Ibunya. Disaat itu pula handphone miliknya bergetar menandakan adanya notifikasi dari aplikasi berlambang hitam. Rama langsung membuka notifikasi tersebut, dan senyuman pun terbit diwajah tampannya saat mengetahui notifikasi tersebut berasal dari kekasih hatinya.
Kamu lagi dimana? Nanti kamu jadi kesini kan mas?
Tak butuh waktu lama bagi Rama untuk membalas chat kekasihnya tersebut.
Aku lagi dijalan, lagi temani Ibu ada urusan. Sepulang temani Ibu, aku langsung kerumahmu ya.
Handphone milik Rama kembali bergetar, menandakan adanya balasan chat dari Meutia kekasihnya.
Oke, hati-hati dijalan yah mas. Dan salam untuk Ibumu.
Semua yang dilakukan Rama tak luput dari ekor mata Ratih, ada raut ketidaksukaan yang terlihat jelas dimatanya, namun Ratih tetap menatap kedepan kearah jalan yang sedang macet.
"Kamu itu kebiasaan toh Ram, kalo dimobil jangan suka maenan handphone" tegur Ratih kepada Rama, yang curiga bila tadi yang bertukar pesan kepada anaknya adalah perempuan yang tidak disukainya.
"Iya bu, kan lagi macet. Toh kalo lagi lancar, aku gak maenan handphone juga. Oiya tadi Ibu dapat salam dari Meutia"
Ratih hanya menaikkan sebelah alisnya keatas, saat mendengar bahwa perempuan yang tidak disukainya tersebut menitipkan salam kepada dirinya. Ratih hanya diam tak berkomentar apapun.
Rama sebenarnya sadar betul bahwa Ibunya tidak menyukai wanita pilihan hatinya tersebut. Ia hanya menghela nafas pelan melihat Ibunya tidak menanggapi salam yang dititipkan oleh Meutia.
Sesampainya ditempat makan, Ratih masuk terlebih dahulu dan Rama memarkirkan mobilnya. Rama masih belum mengetahui, bahwa Ibunya hanya mengarang alasan untuk menemani dirinya saja. Padahal didalam tempat makan tersebut, telah duduk menanti sepasang Ibu dan anak.
"Aduh maaf ya Jeng Rima, aku telat. Tadi jalanan macet banget soalnya" ucap Ratih dengan senyumnya dan kemudian mengecup pipi kiri dan kanan milik Rima.
"Gak apa-apa kok Jeng, kami juga belum lama datangnya. Rama mana toh Jeng?" tanya Rima sambil mencari sosok Rama. Anjani yang duduk disamping Ibunya pun melakukan hal yang sama seperti apa yg dilakukan oleh Ibunya tersebut, ia menengok kekanan dan kekiri, mencari sosok pria yang sudah mencuri hatinya tersebut.
"Rama sedang memarkirkan mobil Jeng, sebentar lagi juga kemari. Anjani sudah ndak sabar yah pengen ketemu Rama?" goda Ratih kepada Anjani, yang sukses membuat pipi wanita itu bersemu merah.
"Nahh itu Rama, sedang kemari" ucap Ratih saat melihat kedatangan putranya tersebut.
Sontak membuat Rima dan Anjani menoleh kearah Rama, dan membuat senyum Anjani semakin lebar.
"Apa kabar tante?" ucap Rama yang telah berdiri tepat dimeja yang telah ditempati Ibunya, Rima, dan Anjani, sambil menjabat hangat tangan Rima.
"Tante baik kok Ram" balas Rima dengan senyum diwajahnya.
Rama kemudian duduk didepan Anjani, karena hanya kursi itu yang tersisa. Kemudian memberikan senyumnya kepada Anjani.
Rama agak heran kenapa tiba-tiba ada tante Rima dan Anjani disini. Mungkin hanya kebetulan belaka saja pikirnya.
"Ram nanti temani Anjani berkeliling Jakarta yah, maklum kan sudah lama Anjani tidak melihat perkembangan Jakarta sekarang ini" pinta Ratih dan sukses membuat Rama mengernyitkan dahinya. Rama ingin sekali menolak permintaan Ibunya mengingat ia memiliki janji terhadap Meutia. Namun melihat ekspresi Ibunya yang seperti tidak bisa dibantah, mau tidak mau akhirnya Rama mengangguk lemah. Dan Ratih pun terlihat senang melihat putra semata wayangnya patuh terhadap dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERBUANG
General FictionPernahkah dirimu merasakan sakitnya terabaikan? Tersisih tak dianggap? Penolakan akan kehadiranmu, terlebih oleh orang terdekatmu. Inilah kisahku...