IX

2.1K 59 0
                                    


Taman Kanak-kanak Pertiwi Bangsa.

Meutia berjalan memasuki tempatnya mengajar. Senyum selalu terlukis diwajahnya, seakan itu adalah tembok kokoh yang melindungi segala macam perasaannya.

"Pagi Mut" sapa Sekar yang merupakan rekan sejawat dan sahabatnya tersebut. "Pagi juga Kar" jawab Meutia.

"Kenapa kamu? Masih pagi kok sudah seperti itu? Tampangmu itu sungguh menyeramkan Kar, muridmu bisa ketakutan bila melihatmu seperti itu" tanya Meutia.

"Aku pusing Mut, rasanya aku ingin hilang ingatan saja" jawab Sekar dengan sedihnya. "Memangnya kamu kenapa sih Kar?" tanya Meutia yang makin penasaran dengan sikap sahabatnya tersebut.

"Aku dijodohkan Mut..." jawab Sekar dengan lirih.

"Dijodohkan?? Kok bisa? Lalu hubungan kamu dengan Aldo??" tanya Meutia.

Sekar nampak menghela nafas sesaat, sebelum menjawab pertanyaan beruntun yang diberikan sahabatnya.

"Kamu kan tau Mut, ibuku tidak pernah setuju hubunganku dengan Aldo. Aku sayang sama Aldo Mut, tapi aku juga sayang sama ibuku. Aku gak mau jadi anak durhaka Mut" jawab Sekar dengan sedihnya.

Meutia mengelus lembut punggung sahabatnya tersebut dan berucap "Aku yakin kamu pasti memilih yang terbaik Kar."

Hanya itu yang mampu Meutia ucapkan kepada sahabatnya Sekar. Karena sesungguhnya kalimat Sekar yang mengatakan bahwa ibunya tidak pernah menyetujui hubungannya dengan Aldo terpatri dengan jelas dalam benaknya. Pun demikian dengan dirinya, hubungannya dengan Rama pun tak pernah disetujui oleh Ibunya.

Memikirkan hal terburuknya pun tak mampu dibayangkan oleh Meutia. Ia hanya mampu menjalani ini semua.

"Mut, kenapa kamu bengong sih?" tanya Sekar. "Ahh, gak kok Kar. Aku gak bengong" jawab Meutia dengan senyumnya.

"Ya sudah jangan terlalu difikirkan, ayo sekarang kita ke kelas. Sudah waktunya kita mengajar" ajak Meutia kepada Sekar.

"Iya Mut, ayoo.." jawab Sekar.

Namun saat Meutia bangkit dari kursinya, ada notifikasi masuk berlambang hijau dari telepon selulernya, yang tak lain merupakan notifikasi dari pria yang dicintainya.

Pagi sayang..
Sepertinya rencana kita malam ini harus diundur.

Dengan cepat Meutia membalas

Pagi juga Ram.
Memangnya kenapa? Kamu lembur??

Tak berselang lama, notifikasi dari aplikasi yang sama pun masuk ke seluler Meutia.

Ibu mengajakku untuk menghadiri acara makan malam bersama rekannya. Kamu gak marah kan?

Lalu Meutia pun membalas kembali pesan dari Rama tersebut.

Ohh ada acara makan malam toh. Gak apa-apa Ram, aku gak marah kok. Toh rencana kita bisa dilakukan lain waktu. Sudah waktunya aku mengajar, aku ke kelas dulu ya Ram.

Telepon seluler milik Meutia kembali bergetar, menandakan adanya balasan dari Rama.

Ya sudah, selamat mengajar Ibu Guru yang cantik.

Meutia hanya tersenyum membaca balasan dari Rama tersebut. Namun Meutia masih memikirkan apa yang diucapkan Sekar kepada dirinya. Bahwa entah kapan dirinya akan mendapatkan restu dari Ibunya Rama.

TERBUANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang