VI

2.9K 81 0
                                    


Rumah Keluarga Baskoro.

   Tampak seorang ibu dengan pakaian kebaya dan rambut yang disanggul memasuki ruang tamu.

Ia masih menjunjung tinggi silsilah keluarganya yang kental dengan keningratan. Ia berjalan dengan anggun, namun raut wajahnya tak terbaca. Dia adalah Ratih Prayunda Baskoro, ibu dari Rama Baskoro. 

"Mbok, Rama sudah pulang?" tanya Ratih.

"Durung ndoro". 

"Ya sudah kalau begitu, Mbok lanjutkan kembali pekerjaan di dapur." perintah Ratih sambil menghela nafas. 

"Rama sepertinya masih berhubungan dengan perempuan itu" ucap Ratih dalam fikirnya.

Ratih berjalan memasuki ruang kerja suaminya, Pramoedi Baskoro.  

"Mas Pram, aku ingin bicara masalah Rama" ucap Ratih kepada Pram.

"Ada masalah apa dengan Rama?" tanya Pram, yang masih sibuk dengan tumpukan pekerjaannya. 

"Rama masih berhubungan dengan perempuan itu mas. Padahal sudah sering kali aku beritahu Rama, bahwa aku tidak setuju kalau dia berhubungan dengan perempuan itu" ucap Ratih. 

Pram kemudian menghentikan pekerjaannya, ia melepas kacamatanya kemudian memandang lembut istrinya.

"Rama itu sudah dewasa Ratih, biarkan dia memilih pilihannya sendiri. Dan soal hubungan Rama dengan perempuan itu, biarkanlah dia yang menjalaninya. Jangan kau paksa dia Ratih" ucap Pram kepada istrinya.

Namun Ratih langsung menyanggah perkataan suaminya, "Aku tau kalau Rama itu sudah dewasa, aku cuma gak mau Rama melakukan kesalahan dengan memilih perempuan itu" ucap Ratih yang sedikit kesal. 

"Lalu mau kamu apa Ratih?" tanya Pram. 

"Aku ingin menjodohkan Rama dengan perempuan yang jelas bibit bebet bobotnya" jawab Ratih. 

"Lalu apakah Meutia tidak baik bibit bebet bobotnya?  Janganlah kau terlalu menilai Meutia seperti itu Ratih" ucap Pram. 

"Ahh sudahlah Mas, kamu itu terlalu membela hubungan Rama. Keputusanku sudah bulat, Rama akan kujodohkan dengan Anjani anak sahabatku Rima, Keluarga Pranoto Widjaja" ucap Ratih sambil berjalan meninggalkan Pram seorang diri diruang kerjanya. 

Pram hanya menggelengkan pelan kepalanya, menilai keputusan yang diambil oleh istrinya dan kembali tenggelam dalam kesibukan pekerjaannya.

***

Dilain tempat, disebuah restoran ternama di ibukota. Tengah duduk sepasang kekasih yang tengah merayakan kelulusan sang kekasih. 

"Ram, ini tuh terlalu berlebihan. Ngapain kamu ajak aku makan direstoran mahal kayak gini? Buang-buang uang aja sih kamu. Pake acara ada lilinnya segala lagi, sok romantis banget sih kamu Ram" ucap Meutia sambil diselingi dengan tawanya. 

"Gapapa dong, sekali-kali kita makan di restoran kayak gini, kan itung-itung ngerayain kelulusan kamu" balas Rama dengan senyum yang tersungging dibibirnya. 

"Oiya Ram, minggu depan aku udah mulai ngajar loh" ucap Meutia kepada Rama.

"Kamu ngajar dimana?"

"Aku akan mengajar ditaman kanak-kanak Pertiwi Bangsa Ram" ucap Meutia dengan senang.

Rama yang melihat senyum mengembang dari paras ayu Meutia pun ikut tersenyum dengan bahagia.

Mereka berdua  belum menyadari akan munculnya  rintangan atas hubungan yang mereka jalin. Entah mereka akan sanggup bertahan melaluinya atau tidak.

   

TERBUANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang