-Choi Myung Soo-
Aku berjalan dengan tergesa menuju ruang kelasku. Aku baru ingat jika meninggalkan sesuatu di kelas setelah setengah perjalan ke rumah. "Bagaimana aku bisa melupakan benda sepenting itu? Semoga saja sudah tidak ada murid di kelas. " Batinku, sambil terus berjalan dan merutuki kebodohanku.Kakiku berjalan melamban saat hampir mendekati ruang kelas. Ekor mataku melirik ke dalam kelas lewat jendela kaca. Perasaanku tidak enak, sepertinya ada murid yang masih berada di dalam kelas. Pintunya sedikit terbuka, sontak aku berhenti di depan pintu. Tanganku meraih knop pintu dan mendorongnya. Kepalaku melongok ke dalam untuk mamastikan. Napasku tertahan.
Aku memasuki ruang kelas dengan memasang wajah seperti biasa. "Kau belum pulang?" tanyaku. Perempuan itu mendongak, lalu menatapku. Sepertinya ia terkejut melihat perubahan raut wajahnya.
"Kau belum pulang?" tanyaku sekali lagi, karena ia tidak menjawab pertanyaan serupa beberapa detik yang lalu.
Perempuan itu kembali menunduk dan menyembunyikan tangannya di bawah meja. Untuk kedua kalinya ia mengabaikana pertanyaanku. "Baiklah, aku hanya ingin mengambil buku di bawah mejaku," ucapku.
"Bisakah kau berdiri sebentar? Ini mejaku." Perempuan itu tetap diam seolah tak mendengar perkataanku.
Aku menghembuskan napas berat. "Tolong singkirkan tanganmu lalu aku akan mengambil bukuku dan pergi, apa masih tidak bisa?" rasanya aku ingin menarik kembali ucapanku saat itu juga. Bagaimana aku hanya mengambil buku dan pergi setelah melihat perempuan itu seperti ini? Ada banyak hal yang ingin kukatakan, namun tak satupun berhasil kuucapkan dengan baik.
Ia meremas roknya setelah mengeluarkan tangannya dari bawah meja. Dahiku berkerut samar. "Ada apa dengan tanganmu?" tanyaku.
Ia menggeleng. "Ambil bukumu dan pergilah." Ucapnya datar.
"Tetap diam." Ucapku sebelum keluar kelas.
Tak lama kemuadian aku kembali dengan membawa kotak P3K yang kuambil dari ruang kesehatan. Aku menghembuskan napas lega karena ia masih tetap duduk pada posisi yang sama. Aku membuka kotak P3K dan mengeluarkan obat yang kubutuhkan.
"Letakkan tanganmu di atas meja." Perintahku. Perempuan itu tetap meletakkan tangannya di atas pangkuannya. Oh-tuhan.
Aku meraih tangannya dan melihat luka di punggung tangannya. "Jadi?" aku memberinya kesempatan untuk mengatakan penyebab luka itu, namun sepertinya ia tidak mengerti maksudku karena ia hanya menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ada apa dengan tanganmu?" tanyaku lagi.
"Apa aku harus bertanya sampai tiga kali untuk mendengar jawabanmu?" batinku.
Aku mulai mengobati lukanya tanpa menunggu jawaban atas apapun darinya."Bukan urusanmu." Suaranya lirih namun sangat jelas di telingaku.
"Hm?" mataku beralih menatapnya.
"Apa aku tidak pulang dan ada apa dengan tanganku itu bukan urusanmu." Ucapnya tanpa melihatku.Aku tersenyum remeh. "Apa aku pernah mengatakan bahwa ini urusanku?"
Kepalanya tegak, namun ia tak menatapku. "Dengan kau bertanya dan duduk di sini...."
"Aku telah mencampuri urusanmu?" aku memotong perkataanya. Ia menarik tangannya, namun dengan cepat aku berhasil menariknya kembali lantas mengobati lukanya lagi.
Aku memasukkan obat-obatan kembali ke dalam kotak P3K setelah selesai membalut lukanya dengan perban. "Sudah selesai, kau bisa pulang sekarang." Pintaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewind [On Editing]
Romance[WATTYS AWARD 2016 KATEGORI PENDATANG BARU] If we can rewind time. You and I never meant to be us. Cover by @oldmixtape