Empat

252 57 7
                                    

-Kim Sae Ra-
Kelopak mataku terbuka perlahan. Aku menatap langit-langit berwarna putih di hadapanku.Aku bangkit dari posisi tidurku.Dahiku berkerut. Aku merasakan kepalaku berdenyut.

Dimana aku?
Aku mendapati telapak tangan kananku yang dibalut perban.Siapa yang membawaku kemari? Apakah Jung Han Yeong, kekasihku?

Aku memalingkan wajahku setelah mendengar suara pintu terbuka. Seorang laki-laki berdiri diambang pintu. Ia tersenyum kemudian memudar setelah pandangan kami bertemu.

“Siapa kau?” ia bergumam, namun aku dapat mendengarnya dengan jelas. Sebelah alisku terangkat.

“Harusnya aku yang bertanya padamu,” ucapaku.“Siapa kau?” apa mungkin orang asing ini salah memasuki ruangan? Wajahnya  nampak bingung.

“Aku menemukanmu pingsan di lantai club, jadi aku membawamu kemari.”Jawabnya setelah itu.
Deg. Pikiranku meracau kemana-mana. Bagaimana ada laki-laki asing sebaik ini? Apa dia memiliki maksud tertentu? Ataukah laki-laki itu adalah orang suruhan Han Yeong. Ya, pasti dia juga sama seperti Han Yeong. Laki-laki itu pasti menginginkan uangku juga.

“Lalu apa yang kau inginkan?” aku menatapnya tajam. “Apa yang kau inginkan dariku?! Apa kau ingin uangku! Pergilah! Jangan datang ke hadapanku lagi!!” aku berteriak seperti orang gila pada laki-laki itu. Aku tak peduli dengan argumennya tentangku.

Wajahnya sedikit terkejut namun tetap tenang.“Apa ini perlakuan untuk orang yang sudah menolongmu? Seharusnya aku tidak menolong orang asing dan tidak tahu terimakasih sepertimu.”

Air mataku berhasil lolos. Tiba-tiba saja aku teringat saat Han Yeong menyeretku lalu mendorongku ke lantai.

“Kenapa semua ini terjadi padaku?” gumamku masih tak percaya. Wajahku basah, aku tak dapat menahannya lagi. Aku lelah dengan semua ini. Aku tak tahu mengapa Jung Han Yeong, kekasihku yang selama ini sangat baik dan menyayangiku dengan cepat menjadi laki-laki berhati dingin, kasar, selalu mengingkari janjinya, dan mencelakaiku seperti ini.

“Kau bisa pulang besok.”Ucapnya.

“Tunggu!” cegahku, saat ia hampir menutup pintu.

“Apa yang harus kulakukan sebagai tanda terimakasih?”

Tubuhnya berbalik menghadapku.Ia nampak berpikir sebentar namun tak lama kemudian datang menghampiriku. Selama beberapa detik ia belum mengatakan apapun. Dahinya berkerut dan tiba-tiba saja wajahnya menjadi pucat. Aku mengikuti arah pandangannya.

Laki-laki itu menatap tanganku yang terbalut perb, kemudian memasukkan kedua tangannya pada saku celana.

“Cari sebuah memori kamera di sekitar tempatmu pingsan.”
Aku mendengus tak percaya.

“Apa kau sudah gila? Bagaimana aku bisa tahu dimana aku pingsan,” lidahku berdecak.

“Dan benda sekecil itu, apa kau pikir itu mudah bagiku untuk mencarinya?”

“Jika mudah aku tidak akan memintamu untuk melakukannya. Oh–aku tidak memintamu, kau yang memintanya sebagai tanda terima kasih,”

Laki-laki itu mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya. “Segera hubungi aku jika kau sudah menemukannya.”

Aku membaca degan jelas nama yang tercetak tebal pada kartu itu. ‘Choi Myung Soo’.

“Kau?” aku menatapnya dengan mata memicing.

“Mengapa tidak mengatakan jika kau orang Korea, ha?” aku mengubah bahasa yang kugunakan dari Catalan menjadi Korea setelah membaca namanya.

***

Rewind [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang