Annyeong^^ aku datang bersamna cover baru untuk Rewind. Gimana menurut kalian? Lebih suka cover baru atau yang lama?
Haha..
Langsung ke cerita aja deh ya..
Selamat membaca 😊***
-Choi Myung Soo-
Awan gelap mendominasi langit sore ini. Bus yang kutumpangi berhenti di sebuah pemakaman yang sudah nampak sepi. Setelah menuruni bus itu, aku berjalan memasuki pemakaman untuk mencari seorang gadis yang hari ini melewatkan pelajaran di kelas juga klub melukisnya. Min Hye, adik dari sahabatku Min Jae yang sekaligus telah Ji An anggap sebagai adiknya sendiri itu mengatakan.
"Ibunya meninggal dunia.” Kalimat itu sungguh menusukku.
Aku menemukannya terduduk di tepi makam yang bertuliskan ‘Joo Ah Ra’ ibunya.
“Ji An-a,” ucapku lirih. Ia menoleh menatapku. Ia tidak menangis, fakta yang malah membuat hatiku tersayat. ”Ku antar pulang.” Lanjutku sembari menjulurkan tanganku.
Ia tersenyum tipis lalu menerima uluran tanganku.
Selama di bus tak ada percakapan yang timbul di antara kami. Begitu pula saat kami telah menuruni bus, hanya derap kaki yang terdengar selama perjalan yang terasa panjang. Aku mengeluarkan sebuah kunci setelah sampai di depan pintu sebuah studio di daerah Hongdae. Ji An masuk terlebih dahulu, kemudian aku menutup pintu dan duduk di sebuah sofa di tengah ruangan.
Studio ini adalah rumah kedua bagi Ji An. Sama halnya denganku. Studio ini adalah tempat kami untuk pulang. Sejak ibuku meninggal saat aku baru saja menginjakkan kakiku di sekolah menengah atas, aku memutuskan untuk tinggal di studio ini. Menghabiskan waktuku untuk menggambar dan mengolah beberapa foto yang berhasil ku abadikan dalam kamera. Ayahku? Ia terlalu sibuk untuk sekedar mengetahui dimana dan bagaimana keadaan anaknya.Setahun kemudian aku memiliki Ji An. Sejak kejadian aku mengobati tangannya waktu itu. Keesokan harinya ia membawakanku bekal makan siang sebagai tanda terimakasih. Mulai hari itu aku dan Ji An sering mengobrol, pulang bersama, mengerjakan tugas, belajar bersama, dan makan siang di atap sekolah bersama. Beberapa bulan kemudian aku berkencan dengannya, dan pada saat itu aku memaksa Ji An agar tinggal di studio milikku. Aku tahu jika tempat itu tidak layak untuk dijadikan sebagai tempat tinggal, namun aku tidak ingin kakaknya itu terus menyakitinya.
Ji An pernah berkata “Akan lebih baik jika aku yang menanggung beban ibuku.”
Ia adalah gadis yang sederhana dan sangat sulit untuk ditebak. Ia cenderung tidak banyak bicara seolah banyak sekali hal yang harus ia pikirkan. Namun, bagiku saat ia tersenyum, maka tak ada lagi alasan untuk dapat melepaskannya.
Aku beranjak menuju dapur kecil di sudut ruangan, lalu mengambil dua mug di dekat coffee maker. Tak lama kemudian aku kembali menuju sofa yang sekarang telah di ambil oleh Ji An. Kakinya bersila di atas sofa, dan punggungnya menyandar.
Aku mengambil tempat di sampingnya.
“Mengapa tak menghubungiku jika ada berita sepenting itu?” aku menyodorkan sebuah mug yang mengepulkan aroma berbau coklat.Ia menerima mug bertuliskan ‘최 명 수 (Choi Myung Soo) ’ kemudian menghirup aroma coklat panasnya sembari memejamkan mata.
“Sejak perceraian ibuku dengan ayah kandungku ia sudah mengidap depresi. Ibuku pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya dengan berdiri di tengah jalan, namun seorang pria menyelamatkannya dan beberapa bulan kemudian ibuku menikah dengannya,” matanya menerawang ke depan. Aku mengematinya lekat-lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewind [On Editing]
Romance[WATTYS AWARD 2016 KATEGORI PENDATANG BARU] If we can rewind time. You and I never meant to be us. Cover by @oldmixtape