-23-

260 52 4
                                    

Matanya terpejam. Aku yakin, kini ia sudah berkelana dalam mimpinya. Entah bagaimana, tapi rasanya aku melihat sebuah ketulusan dalam kilatan wajahnya. Kurasa dia benar-benar mencintaiku.

Untuk sesaat, aku sedikit tersesat dalam tubuh Clara yang kini tengah berada dalam tidur. Tidak buruk. Maksudku, lihatlah dirinya. Dia cantik. Rambutnya berkilauan, tubuhnya indah. Tapi entah mengapa perasaan itu sama sekali tidak tumbuh. Aku benar-benar tidak memiliki perasaan apapun padanya.

"Niall." Suara familiar memanggilku dari arah pintu. Ketika aku mengikuti arah suara itu, aku melihat seseorang sedang bersandar dengan tangan yang dilipat di depan dada.

"Bisa kita bicara?" Aku tak memberi jawaban. Namun aku tetap mengikuti Megan dari belakang menuju keluar ruangan. Aku tahu, ia ingin membicarakan sesuatu yang serius.

"Ada apa?" Tanyaku ketika kami sudah berada tepat di depan kamar Clara.

"Aku.. Aku hanya ingin memberitahumu jika," Kepalanya menunduk. Ia mengucapkan kata demi kata dengan ragu-ragu. Kurasa aku mengerti apa yang akan ia katakan.

"Kau tidak bisa menerimaku?"

"Uh?" Seketika dia tersentak. Matanya sedikit memancarkan keterkejutan. Seakan-akan terkejut karena aku mengetahui apa yang akan dia bicarakan.

"Y-ya.." Jawabnya, lemah. "Kau tahu-kan alasannya?" Ia menatapku nanar.

"Aku tahu." Jawabku sambil menyunggingkan senyum. Lagi, dia menunduk lemah. Seakan menyesali apa yang ia katakan.

"Meg." Panggilku, membuatnya mendongak untuk yang kesekian kalinya.

"Bagaimana jika Clara tidak mencintaiku? Apa kau tetap menerimaku?"

***

Clara's POV

Sayup-sayup aku mendengar suara dua orang berbicara dengan nada yang cukup lantang. Seperti pertengkaran. Membuatku terbangun dan mencari segelas air.

"Kumohon, hentikan, Niall! Aku tidak bisa melakukannya!"

Kukira itu suara Megan. Tapi entah berbicara dengan siapa. Aku pun mengedarkan pandanganku ketika merasa ada sesuatu yang ganjal.

Seingatku, tadi Niall disini.

Hingga mataku menangkap segelas air yang berada di meja. Dengan mata yang berbinar, aku pun beranjak dari tempatku untuk mengambilnya.

"Aku bisa membuatnya berhenti mencintaiku! Akan kubuat dia seperti itu bila memang kau mencintaiku!"

Astaga!

Sial, aku tersandung selimutku sendiri mendengar pekikan yang kurasa berasal dari mulut Niall. Alhasil, kini lututku pun bertemu dengan lantai. Menimbulkan suara dentuman yang kurasa cukup keras.

"Aduh!" pekikku. Ketika aku hampir bangkit lagi, aku mendengar suara pintu yang beradu dengan lantai. Hingga terdengar suara gebrakan.

"Apa yang terjadi?!" Tanya Niall buru-buru sambil mendekatiku dan memegangi kedua tanganku. Lalu ia berusaha membantuku untuk bangkit dan mendudukkanku dipinggiran kasur.

"Aku hanya.. haus." Ucapku ragu-ragu ketika melihat wajahnya yang sedikit merah padam. Tanpa pikir panjang, Niall pun mengambil segelas air yang berada di atas meja tepat di samping kasurku. Setelah itu ia menyodorkannya padaku yang dengan sergap aku terima.

Aku meneguk air dalam gelas ini hingga sama sekali tak tersisa. Dapat kulihat dari balik bulu mataku, Niall menatapku dengan sendu. Selayaknya merasa bersalah.

"Ada apa?" Tanyaku sambil menyodorkan gelas yang telah kosong itu pada Niall.

Ia menggelengkan kepalanya sesaat sambil tersenyum kecil. Lalu ia menerima gelas yang berada dalam genggamanku dan menaruhnya kembali diatas meja.

Paper of You // N.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang