Song for this chapt :
Fix you - Coldplay
---
Ketika kau telah lelah melalui semuanya, seakan semua ini benar-benar menyakitkan, kau akan merasa sendirian.
Dikala tidak ada yang tahu, dan sama sekali tidak ada yang peduli, disitulah titik jenuhmu. Melihat dunia yang sama sekali tidak berpihak padamu, rasanya pahit namun terselip rasa ingin merubahnya walau kau tahu kau tidak bisa.
Dan memang kenyataannya aku tidak bisa mengubah apapun.
Mengubah diriku menjadi kembali sehat, misalnya. Atau mungkin merubah diriku menjadi seperti Megan agar Niall tertarik padaku. Atau mungkin merubah perasaan Niall menjadi sama dengan perasaanku. Sayangnya itu tidak semudah mengedipkan mata.
Perlahan waktu mulai membuktikan bila kadaanku memang menyedihkan. Tak ada sisa waktu lagi untuk menerima kebahagiaan. Tak ada sisa 'kemungkinan' untuk menjalin kasih bersamanya.
Karena memang dia tidak mencintaiku. Tidak sama sekali.
Lantas disinilah aku. Rerumputan hijau tempatku berpijak kini terasa begitu dingin. Namun menyejukkan dalam sekali waktu. Setidaknya aku bisa merasakan sejuk walau bukan lewat perasaan Niall.
Disini aku benar-benar sendirian. Tak ada Ibu, atau Megan, atau Niall, bahkan tak ada rasa sakit itu. Aku sendirian diantara alam yang membentang. Tapi itu lebih baik. Setidaknya tidak ada yang mengkhianatiku, atau mungkin menyakitiku.
Aliran sungai di seberangku terlihat begitu tenang. Ku coba untuk menjulurkan tanganku padanya, dan rasanya hangat. Lebih hangat dari pelukan Ibu.
Kurasa aku betah disini.
Hanya berdua. Aku dan alam. Dan alam tidak akan mengkhianatiku, atau menyakitiku.
***
"Clara!" Sentak seseorang diiringi setrum pada dadaku membuatku terbangun dan tersadar. Mataku terbuka tepat pada seseorang dengan masker menutupi wajahnya. Juga ada beberapa orang di sekelilingnya. Mereka mengenakan baju serba hijau.
"Dia sadarkan diri! Dia sadarkan diri! Jantungnya bekerja!"
Aku merasa tidak berdaya. Mataku kubuka dengan susah payah, namun hanya pemandangan langit-langit kamar rumah sakit yang dapat ku pandang. Tubuhku lemas, semuanya terasa sakit dan melelahkan dalam sekali waktu. Mulutku pun terasa terkunci, sama sekali tidak bisa bergerak.
"Bagaimana keadaannya?!" Itu Ibu. Suara khasnya ketika menangis begitu familiar di telingaku. Sudah berapa lama ia menangis? Sampai-sampai suaranya menjadi seperti itu.
"Dia baik-baik saja. Tapi dia masih butuh istirahat."
Tidak, Bu. Aku tidak baik-baik saja.
"Uhm, apakah disini ada yang bernama Niall? Karena sedari tadi ia menggumamkan nama itu."
Oh, benarkah?
"Saya sendiri." Aku memejamkan mataku sambil menikmati suaranya yang begitu tegas. Ya Tuhan, aku mencintanya.
Tiba-tiba telingaku berdengung. Aku tak dapat mendengar apapun lagi selain dengungan ini. Kepalaku pun terasa pening. Rasa sakit menghujaniku dalam sekali waktu. Secara fisik maupun batin.
Sulit rasanya menerima kenyataan jika usahamu selama ini sia-sia. Sulit rasanya menerima kenyataan jika dirinya lebih memilih yang lain yang bahkan sama sekali belum pernah berusaha mati-matian mendapatkan perhatianmu seperti aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper of You // N.H
Fanfiction"The sunset is beautiful, isn't?" *** Copyright © by Annisa Nanda