-26-

206 41 10
                                    

Sori, pendek.
Enjoy !

---

Bungkam.

Bagaimana bisa ia tahu? batinnya.

Pikirannya melayang, berusaha menebak-nebak, bagaimana bisa dia tahu? Selama ini hanya Megan yang tahu.

Tidak. Clara tidak ingin menuduh yang bukan-bukan pada Megan. Ia pun menghembuskan nafasnya dengan berat sebelum menjawab pertanyaan Niall dengan sebuah pertanyaan lain.

"B-bagaimana-"

"Megan memberitahuku."

Seketika detak jantung Clara berdegub hebat. Ia tidak habis pikir jika rahasia terbesarnya selama ini telah di kupas begitu saja oleh orang yang paling ia percaya.

"Kau tahu apa penyebab aku putus dengan Felyn?"

BAM!

Clara bak dihujam oleh baja besar tepat pada kepalanya. Ia menelan ludah, berusaha menjelaskan. Tapi nyatanya, ia tidak menemukan alasan apapun.

"A-aku.."

"Katakan saja, apa itu benar." Clara memejamkan matanya begitu erat. Menahan puing-puing airmata itu untuk keluar. Penyesalan itu kembali hadir. Tepat saat ini, bersamaan dengan bahagianya ia melihat Niall yang datang mengunjunginya.

"Aku tidak bermaksud-"

"Jadi itu benar?" nada yang cukup datar memang. Tapi dengan Niall yang enggan menatapnya, membuat hati Clara remuk keseluruhan.

"M-maafkan aku, Ni." Niall pun mengangkat kepalanya. Menatap Clara tepat di manik matanya. Senyum tipis terukir di wajah laki-laki itu. Sebelum ia kembali menunduk dan berbicara.

"Sejak kapan kau menyukaiku?"

DEG!

Hujaman-hujaman pada akalnya bagai tak ada henti. Pertanyaan apalagi nanti? Batin Clara saling beradu. Mengumpati nama sahabatnya itu dalam hati.

"Kau tahu dari Megan?" tanyanya tanpa bisa membendung airmata itu.

"Bukan itu permasalahannya. Aku hanya ingin tahu sebesar apa kau mencintaiku."

"Kau membaca diary itu?"

"Ya." sontak, Clara yang awalnya menunduk, segera mengangkat kepalanya dengan mata yang melebar sempurna.

"Megan mem-"

"Ya." tegas Niall.

Clara memejamkan matanya secara kasar. Ia tahu, Niall mencintai Felyn melebihi apapun. Dan soal putusnya ia dengan Felyn adalah karena kesalah pahaman pada muffin-muffin yang selalu ia berikan itu.

"Niall, aku tidak bermaksud untuk membuat hubunganmu dengan Felyn lenyap. Maafkan aku, karena jawabannya adalah ya! Aku mencintaimu. Dan bila kau tanya sejak kapan, aku bahkan tidak dapat memastikan. Yang pasti sudah sejak lama." Clara mengubah posisinya menjadi duduk di pinggiran kasur. Tepat di hadapan Niall yang duduk di kursi.

"Niall, kumohon jangan membenciku." lirihnya.

"Bukan disitu letak permasalahannya!" serunya seraya bangkit dari posisinya. Mata Clara yang berair otomatis melebar melihat perubahan sikap Niall. Kemarahan terlihat jelas disana, membuat Clara tidak sanggup berucap apa-apa.

"Kau selalu menjadi dinding, Cla." satu kalimat lirih yang sangat menusuk setelah beberapa saat terdiam di ambang keheningan.

"M-maksudmu.."

"Aku tahu niatmu baik. Tapi ketahuilah belum tentu aku mencintaimu balik. Jangan paksakan perasaanku." ucap Niall tak kalah lirihnya. Ia maju beberapa langkah untuk merengkuh tubuh rapuh Clara.

"Maafkan aku," Clara diam tak bergeming. Harusnya perkataan itu keluar dari mulutnya, bukannya Niall. "Maafkan aku yang tidak bisa mencintaimu."

Tubuh Clara lemas seketika mendengar ucapan Niall yang terakhir. Ia tidak sanggup lagi berkata apa-apa. Airmata itu keluar dengan halusnya pada wajah Clara yang tampak datar, tapi dari dalam, ia benar-benar hancur.

"Aku tahu." akhirnya ia berbicara setelah beberapa saat ia bungkam. Clara mendorong tubuh Niall perlahan untuk melepas pelukan mereka.

"Aku bisa mengerti." ucapnya lagi. Tanpa ia tahu ada yang lebih buruk daripada ini.

"Tapi bukan ini permasalahannya." lagi-lagi Clara mengerutkan keningnya mendengar ucapan Niall yang kembali sama. Lalu dimana letak masalahnya?

"Aku mencintai orang lain."

Clara tertawa renyah sambil membiarkan airmata itu berjatuhan. Niall tahu, ia tidak benar-benar tertawa. Ada kehancuran di baliknya.

"Aku bahkan sudah mencintaimu semenjak kau bersama Nicole. Ingat? Cinta pertamamu." Niall tahu akan itu. Ia sudah membaca diary itu, tentu saja dia tahu. Hanya saja kali ini berbeda. Karena Niall mencintai sosok yang benar-benar dianggap orang yang paling setia oleh Clara.

"Kau tidak sedih?"

"Tidak." bohong. Airmata itu jatuh bersamaan dengan perkataannya.

"Bagaimana bila aku mencintai orang yang dekat dengamu?" tanya Niall lagi sambil menaruh kepalanya di bahu Clara. Ia mencengkram kedua lengan Clara dengan lembut.

"Aku tak apa Niall. Jangan pikirkan aku. Pikirkan apa yang akan membuatmu bahagia kedepannya." Niall cukup tersentuh akan hal itu. Ia kembali merengkuh tubuh rapuh Clara dengan erat. Namun anehnya, Clara tak membalas pelukan itu.

Clara tidak masalah.

Batin Niall.





A/n :

gue kira abis UN beban gue selesai,
eh ternyata masih ada tes

dan gue gak lolos😭

tapi gapapa, gue tetep masuk smafav kok. walhamdulillah

dan parahnya, kita masih di tes lagi nanti di sma gw yg baru:" parah gak tuh:3

udah double update ya hari ini.
update terakhirnya masih on going.

ily guys😘

Paper of You // N.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang