Part 2
Harapan Pahit Itu Kini Terasa Manis
Dari awal, mencintai Terra adalah sebuah kesalahan yang manis bagi gue. Gue hadir ditengah-tengah mereka yang sudah mulai memupukkan cinta. Waktu itu masa kuliah, gue dan Terra adalah teman sejurusan, manajemen. Sementara, Nera duduk di jurusan akuntansi. Zaman itu, tak ada satu pun orang tak tahu kisah antara Terra dan Nera, sang raja dan ratu fakultas. Gue adalah gadis yang beruntung, bisa memasuki lingkaran mereka berdua. Saat itu, tak ada rasa sedikit pun untuk Terra. Hingga waktu berlalu, ribuan jam telah kami habiskan bersama, lebih banyaknya berdua tanpa Nera dan gue mulai merasakan sesuatu yang aneh di dalam hati.
Berbagai mekanisme pertahanan diri gue jalani demi menyangkal rasa itu. sampai akhirnya gue menyerah, dan dengan yakin mengangguk: gue mencintai Terra. Layaknya Nera mencintai Terra, gue pun begitu. Layaknya Nera ingin membahagian Terra, semua akan gue lakukan demi Terra. Bahkan dengan naifnya gue percaya, gue bisa lebih unggul dari Nera dalam mengerti Terra. Namun, realita tetap menyadarkan gue, bahwa gue hanya akan menjadi peramai dalam hidup Terra. Gue tak akan pernah bisa menjadi pemeran utamanya.
Kini, lima tahun sudah gue mencintai dia dalam diam. Lima tahun sudah gue jatuh cinta sendirian. Tanpa ada seorang pun yang tahu begitu dalamnya rasa ini sudah tertanam untuknya. Pahitnya cinta gue telan sendirian bersama harapan yang semakin pupus setiap harinya. Pedihnya luka-luka kecil yang tanpa sadar telah dia torehkan gue nikmati seorang diri. Hanya kelamnya airmata yang menemani saat diri mendekam dalam kesepian.
Semua gue jalani, tanpa sedikit pun rasa untuk menyerah. Walau sedari awal gue sadari, bahwa gadis berparas ayu dengan rambut panjang berwarna hitam legam itu akan jadi satu-satunya sumber kebahagian Terra. Wanita ambisius dan keras kepala yang entah bagaimana juga ramah dan bersahabat itu begitu padu disandingkan dengan Terra. Mereka saling melengkapi hingga menjadi begitu sempurna. Tak pernah terlintas dibenak gue, Nera akan menyakiti Terra sedalam ini, menghancurkannya separah ini. Nera membuat Terra tak berdaya, bagai hidupnya runtuh tak meninggalkan puing.
Namun bolehkah, kesempatan emas ini gue gunakan sebaik mungkin? Bolehkah gue menyelamatkannya dari keterpurukan dengan pamrih? Bolehkah gue manfaatkan rasa sakit hati Terra ini untuk memilikinya? Bisakah gue gunakan momentum ini agar gue bisa menjebol dinding tak kasat mata itu? Agar Terra sadar ada orang lain yang siap menyokongnya. Ada orang lain yang siap menyambutnya dengan hangat kapan saja. Ada orang lain yang pasti tidak akan menyia-nyiakan dirinya. Apakah gue akan menjadi wanita antagonis jika berpikiran sepicik itu?
~ ~ ~ ~ ~
Gue menggeleng melihat Terra tertidur bersama tumpukan kertas di ruang keluargat rumahnya. Laki-laki yang ada di hadapan gue sekarang ini bukanlah Terra yang gue kenal. Seorang Terra, meski pekerja keras, dia tak akan hanyut dalam pekerjaan tanpa tujuan. Namun, sejak pertemuan keluarga dua bulan yang lalu, Terra berubah. Dirinya yang dulu hampir tak bersisa.
"Terra!" Gue melemparkan bantal sofa ke kepalanya. Terra mengangkat tangan kiri dan mengusap-usap kepalanya. Matanya membuka setengah. Begitu menemukanku dia hanya mendecih dan memutar posisinya membelakangi gue, melanjutkan tidurnya.
"Woi, Terra, bangun! Kafe lo kebanjiran."
Terra tersentak. Dalam sekejap dia sudah duduk tegak menghadap gue. Gue hanya terbahak melihat ekspresi kagetnya. Dia hanya membuang muka pertanda kesal. Setelah mencepol rambut, gue duduk di sampingnya. "Mau sampe kapan lo kaya gini, Ter? Ini saatnya lo bangkit, Terra."
Tangan gue terulur merapikan rambut ikalnya yang kian memanjang. "Gue tahu lo sebenarnya lebih kuat dari ini." Mata kami kini beradu, saling menatap dalam. Entah apa yang kami cari di dalamnya tetapi mampu membuat gue dan Terra membeku. Cukup lama sampai akhirnya Terra memecah hening. "Kamu beresin aja berkas-berkas itu. Aku mandi dulu. Entar aku bikinin kopi yang mau kamu tes." ujarnya sambil ngacir menuju lantai dua. Ada senyum di wajahnya, senyum yang sudah lama gue rindukan.
![](https://img.wattpad.com/cover/65387347-288-k502778.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SETIA
Cerita PendekMereka terjebak dalam satu kontinum cinta Dengan tiga sudut pandang yang berbeda Dengan tiga cerita yang berbeda Dengan alasan yang berbeda pula Pada satu waktu, ada sebuah kisah yang berakhir tetapi sesungguhnya sebuah cerita baru menunggu Apabila...