Chapter 1 : Terra
Part 2
Dan Kita Bertemu Lagi
=================================
Mungkin benar, kata orang-orang kalau obat patah hati, ya ... jatuh cinta lagi. Mungkin benar ucapan semua orang, yang istimewa akan kalah dengan yang selalu ada.
Maka pada tiga bulan setelah kepergianmu, aku telah bisa menata hidupku kembali. Hatiku pun mulai kembali berbunga semenjak Diandra mengisinya. Aku bersyukur dia juga bisa menerimaku, tak peduli masa laluku. Tak peduli dengan kenyataan bahwa dia tahu persis hancurnya aku dulu. Yang selalu dikatakannya hanyalah, dia yang akan menjadi masa depanku, untuk apa peduli dengan yang lampau?
Sejujurnya, aku bingung dengan sikapmu saat ini. Setelah tiga bulan belakangan aku tertatih bangkit dari keterpurukan, tetapi mengapa sekarang aku yang disalahkan? Mengapa aku yang dikatakan tak setia? Kenapa cintaku dulu diragukan? Mengapa kamu dan teman-temanmu mengatakan aku tak sungguh-sungguh padamu hanya karena aku telah memilih melanjutkan hidup bersama sosok baru disampingku?
Bukankah dulu kamu yang ingin pergi dariku? Bukankah kamu yang berkata aku pantas mendapat yang lebih baik? Bukankah kamu yang menyatakan bahwa kita mungkin bukan diciptakan untuk satu sama lain? Lalu, kenapa aku yang dikatakan tak punya cinta untukmu?
Mungkin kau terlalu buta untuk melihat keterpurukanku. Mungkin hidupmu terlalu bahagia, sehingga kau disilaukan untuk melihat kesakitanku. Hey, jangan egois. Aku seorang lelaki, dan lelaki tak akan berduka lebih lama dari itu. Aku punya akal sehat. Akal yang membimbingku keluar dari kebodohan itu. Akal yang tak mengizinkan aku meratapi seseorang yang jelas-jelas tak menginginkanku. Akal juga yang menyadarkanku bahwa ada seseorang yang lebih layak untuk dicintai dan dia mencintaiku. Jadi jangan menyesali perbuatanmu sendiri, Ner. Karena kita pun tak akan menjadi seperti ini jika kamu tak melepasku lebih dahulu.
~ ~ ~ ~ ~
"Terraaaaa, kamu dengerin gak sih?!" Aku tersentak mendengar ucapan nada tinggi dari Diandra. Aku menutup laptop di hadapanku yang menampilkan laman ask.fm Nera. Sementara, Diandra yang duduk di seberang meja, menatapku dengan bibir mengerucut.
"Kamu lagi baca apa sih? Dari tadi aku tanyain tentang kebijakan baru ini gak direspon!"
Aku hanya tertawa kecil memintanya memaklumi ketidakfokusanku. "Ngg... gak itu tadi aku baca email dari pemasok kopi gitu, tawarannya menarik," elakku. "Sini aku coba baca kebijakan barunya."
Diandra baru akan menyerahkan kertas hasil pemikirannya ketika terdengar ketukan pintu. Seorang pegawaiku melongok masuk dan menyerahkan paket yang ditujukan padaku. Aku menerima paket seukuran kotak pizza medium berwarna biru muda itu dengan tatapan bingung. Namun, begitu aku melihat asal pengirimnya aku tertegun. Niatku untuk membuka kiriman itu pun pupus.
Aku hendak menyimpan paket itu ke laci ketika tangan halus Diandra menahanku. "Itu apa?" ujarnya lembut. Aku menggeleng dan tetap menyimpan kotak coklat itu di dalam laci. Diandra menatapku intens, meminta penjelasan.
"Di, kamu kerja di ruanganmu dulu ya. Aku mau ngelarin kerjaanku abis itu ke distro. Nanti abis makan siang, kita ngomong lagi."
Diandra menunduk, matanya meredup. Namun, sesaat kemudian dia kembali tersenyum. Satu kelebihan Diandra di antara sejuta kelebihannya adalah dia begitu pandai menguasai emosi. Dia bangkit dan melangkah keluar. Tepat di ambang pintu, dia berbalik menghadapku. "Besok ulang tahunmu, kita jadi dinner 'kan?" Aku mengangguk mengiyakan. "Kalau begitu, aku akan reservasi tempat dan menyiapkan segalanya. Mungkin nanti siang aku bakalan keluar," tukasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SETIA
Kısa HikayeMereka terjebak dalam satu kontinum cinta Dengan tiga sudut pandang yang berbeda Dengan tiga cerita yang berbeda Dengan alasan yang berbeda pula Pada satu waktu, ada sebuah kisah yang berakhir tetapi sesungguhnya sebuah cerita baru menunggu Apabila...