♣ Pacar

53.2K 5.6K 591
                                    

"Mendahulukan pacar melupakan sahabat itu sudah biasa."

***

"Lo ngapain senyam-senyum sendiri, kak?" tanya Dias heran. Dia baru aja masuk setelah 1 minggu vakum. Ceritanya siang itu mereka kumpul di taman. Selama mereka duduk bersama, Dias melihat Nisrina terus sibuk dengan hpnya. Bahkan, roti kesukaannya dia biarkan lapuk dimakan rayap.

"Kepo kamu dek," Jawab Nisrina sok asyik. Dia lagi chatting sama pacar barunya. Yup, dia baru jadian 3 hari yang lalu. Sama anak kelas sebelah, Yosi. Tapi Nisrina memilih menyembunyikan statusnya yang gak jomblo lagi dari 2 cowok di sampingnya. Dia mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya pada mereka, anyway.

Galang yang lagi baca buku catetan kimia akhirnya males juga, gatal untuk tak menanggapi pertanyaan polos Dias. "Dia punya pacar," ucap Galang.

Mereka berdua langsung menoleh ke Galang. "Kok kamu bisa tau?!" Itu Nisrina yang ngomong, dia merasa rahasianya bisa terbongkar dengan sangat mudah di hadapan Galang. Padahal dia nggak pernah ngasih tau siapapun lho! Suwer. "Sok tau lo!" Kalau ini Dias, keliatan kan ketusnya. Dia iri karena Galang yang tau lebih dulu, bukan dirinya. Yayaya, dia udah kembali ke Dias yang dulu. Kekanakan dan suka marah-marah gak jelas.

Galang menghendikkan bahu tidak peduli. "Lo pikir gue gak pernah pacaran apa," balasnya sombong.

"Idih, emang ada yang mau sama lo? Bala' banget ya tuh cewek..ops, cowok maksudnya. Eh, ah, tau deh, susah emang mengidentifikasi seksualitas seorang hemaprodit kayak lo." Sambar Dias sambil tertawa.

Galang tersenyum kecut, "emang lo pikir gue cacing? Gue juga pernah suka cewek kali nyet."

Dias langsung diam. Pura-pura meminum es jeruknya. Entah kenapa dia rada kecewa. Galang  pernah suka cewek. Terus apa? Dia kecewa gara-gara Galang gak 100% gay? Terus, dia mau apa?

Gak tau, pikirnya menyerah. Dias tau kapasitas otaknya dikit, jadi sebisa mungkin dia gak terlalu mikirin masalah yang sepele. Apalagi seputar Galang. Bah! Gak penting.

Nanti otak gue cepet aus lagi.

***

"Dek, aku nggak bisa dateng. Pacarku ngajak ketemuan." Penjelasan Nisrina udah kayak topan upil di tengah hari.

"Apa?? Lho kok gitu sih kak? Kan kita udah janjian ketemu di Perpus daerah jam 4 sore." Balas Dias sedikit kesal. Pasalnya, dia sama si Dinosaurus (Galang) udah nunggu Nisrina dari sejam yang lalu. Dan sekarang apa? Nisrina menghianati janji mereka untuk belajar bareng. Bener-bener parah nih cewek.

"Sorry banget. Aku gak bisa pending acara ini, takutnya si Yosi marah lagi. Udah ah, kan masih ada Galang. Kalian belajar berdua aja ya. Baik-baik disana, jangan bertengkar. Bye."

Tut...tut...tut...

Nisrina menutup telponnya sepihak.

***

[Galang]

Gue tau, Nisrina emang bazeng sekali. Keliatan dari raut wajah si Dias yang terlipat jadi segi8 presisi setelah meletakkan hpnya. Jelek.

"Yosi lagi, Yosi lagi! Heran, kakak gue kok bisa kepincut dia sih?! Bocah sialan itu.. Arrrgh..!!!" Dias menjambak rambutnya gemas.

Gue bosen. Ini kapan mulai belajarnya? "Udahlah, nyet. Terima aja kalau cinta itu buta. Mendahulukan pacar daripada teman itu biasa. Lagian, ngapain lo ngatain Yosi? Kayak lo lebih ganteng dari dia aja. Sadar, nyet." Balas gue santai. Si monyet gak akan sadar kalau belum disindir pakai kata-kata cabe.

"LO TUH YA–" Dias tiba-tiba mendorong kursinya ke belakang, berdiri. Bernapsu nunjuk gue pakai jari telunjuknya.

Sayangnya, dia lupa. Ini perpustakaan bukan pasar. "Ssssstttt!!!" Pengunjung yang lain mengisyaratkan Dian untuk diam dengan memotong ucapannya. Dias mulai waras dan kembali duduk. Tersenyum kikuk bercampur malu.

Syukur lo!

"Tau deh ah, gue tidur aja kalau gini. Males banget belajar sama lo!" kata Dias sambil menselonjorkan tangannya di atas meja. Sekalian menaruh kepalanya menindih lengannya sendiri.

Meja dan kursi perpustakaan daerah ini emang disusun di tengah rak-rak buku yang berjajar rapi. Dengan masing-masing set terdiri atas single table dan 4 kursi plastik. Membuat suasana membaca lebih personal, gak kayak perpus sekolah yang menekankan meja dan kursi berjamaah.

Gue suka berlama-lama disini. Karena selain tempatnya yang adem, gue juga bisa tidur nyenyak. See? Apa cuma gue satu-satunya orang Indonesia yang nganggep perpus cuma tempat buat tidur yang nyaman, tentram, dan tanpa gangguan?

Belajar? Itu urusan belakang. Yang penting tidur dulu..

Sayangnya seperti peraturan kebanyakan, perpustakaan selalu melarang pengunjungnya untuk tidur. Demi menyiasati larangan tidur ini, gue biasanya milih meja yang jauh dari pandangan orang atau minimal sama petugas perpus. Dan untungnya tempatnya itu selalu di daerah yang agak remang-remang. Bonus ekstra buat tidur gue makin nyenyak.

Beberapa menit kemudian...

Entah setan homo darimana yang datang, tiba-tiba aja gue tertarik ngelakuin sesuatu begitu liat rambut Dias yang bergerak gara-gara tertiup kipas angin.

"Nyet," panggil gue.

"..apa.."

"Gue boleh pegang rambut lo?"

Asli, gue pengen jungkir balik sekarang. Kenapa gue lembek banget gini sih? Sok-sok'an malu segala lagi. Kampret.

"Kenapa?" Tanyanya.

Mampus. Gue harus jawab apa? "Ehm..nyari kutu di rambut lo(?)"

"Sialan, lo kali yang kutuan. Gausah!" Jawab Dias ketus. Oke, gue salah ngomong. Bodo amat, sikat aja lah.

Gue nekat menaruh telapak tangan gue ke puncak kepala Dias. Si monyet diam gak bereaksi. Say something, please. Gue awkward banget, sumpah.

Gue lepas aja deh. Memalukan.

Begitu tangan gue menjauh sekitar 5 sentimeter dari kepala Dias, tangan tuh bocah langsung mencekal pergelangan tangan gue. "Jangan dilepas, terusin." Ucap Dias pelan.

Gue salting, ini anak maksudnya apa coba? Ambigu banget.

"Jangan berhenti, lo nggak ngerti kalimat gue?" sambung Dias.

Oh? Oke. Gue gak bakal berhenti.

Gue pegang kepala Dias seperti memegang bola basket. Sebelum dia protes, gue udah mengacak kepalanya cepat. Membuat Dias mengerang marah dan balik memerintahkan gue buat berhenti.

Gue menolak.

Sorry, nyet. Lo yang minta tadi.

Puas?

Ya, gue puas. Karena setidaknya gue udah pernah ngerasain rambut lembut Dias.

Apa? Gue mulai suka dia?

***

Selamat pagi. Jangan lupa vote dan comment ya. Makasih~

Gay CodeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang