♣ Mesra

50.7K 5.5K 779
                                    

"Situasi dan kondisi adalah kunci utama untuk mendapatkanmu."

***

Kemah.

(Hari ke-1)
Galang dan semua anggota pramuka SMA nya mengadakan kegiatan kemah 3 hari di kaki gunung yang terkenal di kota mereka.

"Kalian bisa gak, diam dan makan? Mataku katarak lihat tingkah kekanakan kalian," ucap Nisrina dengan wajah terganggu. Pertengkaran lempar krupuk antara Dias dan Galang terus saja berlangsung dan membuat dia gerah, gak habis pikir. Udah tua gak sadar tuanya.

"Dia tuh kak!" balas Dias marah sambil melempar krupuk ke arah Galang sekuat tenaga.

"Kamu kenapa sih dek? Aneh banget, udah tau Galang orangnya gitu. Kok masih diladenin? Kenapa kamu gampang marah sekarang?" tanya Nisrina heran. Beneran kok, beberapa hari ini Dias berubah jadi tipikal orang temperamental, gampang marah. Dan marahnya itu makin parah kalau ada Galang.

Dias mendengus tak menjawab. Galang berhenti melempar krupuk, "Lagian ini kemah anak pramuka. Ngapain lo ikut segala? Ganggu aja," protes Galang.

Dias tersinggung. Dia langsung berdiri, mengambil jaket dari dalam tenda, dan pergi tanpa mengucap apapun lagi. Nisrina dan Galang cuma bisa bengong. Lha? Dias mau kemana?

***

[Dias]

Oke, gue emang bukan anak pramuka. Trus apa gue gak boleh ikut kemah? Siapa yang buat peraturan kayak gitu?!

Boden Powell? Pak Hatta?

Gak ada kan! Gila tuh si dinosaurus. Dia siapa ngelarang gue? Sok berkuasa banget. Dasar. Lagian gue kan juga butuh refreshing. Males ngabisin libur semester di rumah.

Hp gue bunyi. Gak heran sih. Disini kan emang area perkemahan, jadi meski di kaki gunung tetep ada sinyal (dikit tapi).

Sms dari Kak Nisrina.

"Dek, cepet balik ke tenda. Ini udah mau maghrib lho. Kamu dimana?"

Biarin deh, males juga balik kesana. Gue baru jalan 2 jam yang lalu. Masa iya disuruh balik? Apalagi ada Galang yang ngajakin ribut mulu. Ugh! Pengen gue lempar ke kawah merapi tuh anak.

Gak usah dibales lah.

***

[Galang]

Si monyet mau ngejauhin gue? Dia gak tau apa kakaknya lagi khawatir mencari dimana gerangan dia berada. Menyusahkan aja.

"Udah dibales, Nis?" tanya gue ke Nisrina, yang sialnya dibalas gelengan. Dengan wajah ingin menangis dia duduk di atas rumput, "Lang, Dek Dias gimana? Apa daerah sini bahaya?"

Gue ikutan duduk di sampingnya, "Yaelah, udahlah. Ntar juga pasti balik. Si monyet kan emang gitu, suka gondok."

"Tapi kamu ngerasa gak dia agak aneh akhir-akhir ini," ucap Nisrina beralih menatap gue.

Gue menelan ludah, gugup. "Nis, gue pengen jujur." Oke, keep calm, "gue nembak Dias waktu dia nginep di rumah gue."

Nisrina membelalakkan matanya kaget, "apa?! Nembak? Kamu suka Dias? Ya Tuhan, pantes ajaa.."

Ganti gue yang bengong, "maksud lo? Apanya yang pantes?"

"Ya Dias lah! Aku tebak, pasti kamu kan yang ngusir Dias tengah malem habis nonton bola?"

"Ngaco lo!" Bantah gue. Iya lah, gue gak ngelakuin itu sumpah.

"Alah ngaku, Dias bilang sendiri kalau dia diusir dari rumahmu. Aku pikir mamamu yang ngusir karena Dias berisik. Eh ternyata.." ucap Nisrina menggantung.

Gay CodeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang