Chapter #3 - The Newcomer/Invasion

207 15 4
                                    

Part 1

Peter berjalan menuju sekolah. Kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celana. Badannya sedikit membungkuk. Sorot matanya tampak lesu. Mulutnya sedikit ditekuk ke atas, cemberut.

Semenjak suara-suara dari langit menghilang, Peter merasa kesepian. Tidak ada lagi yang benar-benar bisa dia ajak bicara mengenai hal-hal yang dia sukai: mesin ataupun langit. Tidak ada lagi yang memberinya ide, saran, dan dorongan untuk melakukan sesuatu yang baru.

Tanpa suara-suara tersebut pula, Peter merasa kehidupannya menjadi membosankan.

Akan tetapi, semenjak kemarin semuanya berubah total.

Dalam artian baik dan buruk.

Seorang gadis berambut pirang tiba-tiba muncul di kamarnya. Gadis itu mengaku sebagai seorang Constellar—alien. Dia sangat suka sekali minum teh dan sepertinya mulai mendalami 'hobi'-nya yang baru: menampar pipi Peter.

Singkat cerita, gadis itu ternyata adalah seorang kriminal yang kabur dari penjara kerajaan. Untuk memperkeruh suasana, dia juga mencuri sesuatu dari kerajaan. Lalu, munculah seorang utusan kerajaan yang datang untuk menangkap si gadis.

Utusan kerajaan ini bernama Ellie, dan tampaknya dia adalah kakak kandung gadis itu.

Peter pun bertarung dengan Ellie menggunakan ArtS berbentuk pedang bernama Gaia Fang, dan mengalahkan gadis tersebut.

Anak laki-laki itu telah menampung seorang kriminal dan menghajar seorang utusan kerajaan.

Kesimpulannya: Peter kini menjadi musuh kerajaan—kerajaan alien!

Memang, kehidupan Peter menjadi tidak biasa dan tidak membosankan. Akan tetapi, dilihat dari sudut pandang manapun, menjadi musuh seseorang atau kelompok tertentu bukanlah hal yang baik. Apalagi, menjadi musuh dari sebuah kerajaan alien yang mungkin menguasai sebuah galaksi.

Peter menghembuskan nafas panjang seakan-akan berusaha untuk mengeluarkan semua uneg-uneg yang ada di dalam pikiranya melalui hembusan tersebut. Anak laki-laki itu kemudian mendongakkan kepala, menatap langit. Bola matanya bergerak mengikuti kumpulan awan kumulus berbentuk kapas yang bergerak pelan.

(Sekarang bagaimana? Haruskah aku sembunyi?)

Peter bertanya-tanya dalam hati. Anak itu berharap langit akan berbisik, memberikan jawaban kepadanya seperti yang biasanya.

Akan tetapi, bukan sebuah jawaban yang Peter dapat, melainkan sebuah senandung kecil—dan sumbernya berasal dari belakang Peter.

Seorang gadis berambut pirang berjalan tidak jauh di belakang Peter. Setiap kali melangkah, kedua tangan gadis itu berayun-ayun dengan riang ke depan dan belakang secara bergantian. Gadis itu bersenandung dengan tempo yang sangat asing bagi telinga manusia bumi.

Peter kembali menghela nafas lewat mulutnya. Merasa kesal karena langit tak menjawabnya. Tapi, jika dia pikir-pikir kembali, mungkin sudah saatnya bagi dia untuk memikirkan segala sesuatunya sendiri. Sudah saatnya bagi Peter untuk mengambil keputusan seorang diri dalam setiap permasalahan yang dia hadapi.

(Mungkin aku harus meminta perlindungan pada seseorang yang memiliki kekuatan: presiden, menteri, atau TNI misalnya? Ah, sepertinya terlalu sulit kalau meminta perlindungan dari mereka. Mungkin aku harus minta tolong STANDS)

Senandung kecil gadis di belakang Peter kembali terdengar.

(Tapi, minta dilindungi dari alien?)

Peter terkekeh pelan.

(Siapa yang bakalan percaya?)

Senandung itu kini terdengar makin keras.

Constellation #1 - PreludeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang