Saat ini, dibawah sebuah pohon besar, seorang pria setinggi 185 cm, berambut coklat, sedang berdiri menatap ke sebuah rumah minimalis tak berpagar yang ada diseberangnya. Rumah itu terletak di pemukiman yang lumayan sepi, jarak dari satu rumah ke rumah lainnya cukup jauh dan banyak pepohonan yang tumbuh di sepanjang jalan, memberikan suasana teduh saat siang tapi mencekam saat malam.
Davyan berdiri di posisi yang tak terlalu dekat dan juga tak terlalu jauh dengan rumah itu. Dia berhasil sampai disitu setelah Jenessa memberikan alamat Aerilyn padanya, tapi Jenessa hanya memberi kuasa pada Davyan untuk 'hanya lihat dari jauh'. Jadi disinilah Davyan berada, berdiri di bawah pohon mengintip rumah Aerilyn yang tertutup rapat dan tampak sepi.
Hampir satu jam Davyan berdiri di posisinya tanpa beranjak sedikitpun, mata hazelnya dengan awas mengamati rumah bercat biru muda itu. Kakinya mulai lelah menopang berat tubuhnya, Davyan sesekali memijat betis dan lututnya untuk mengurangi rasa lelahnya. Ia ingin sekali duduk jika saja tanah yang dipijaknya ini layak untuk dijadikan alas untuk duduk, tanah yang basah akibat tersiram hujan semalam membuat Davyan terpaksa harus tetap berdiri.
"Kenapa aku bisa berdiri disini?" tanya Davyan pada dirinya sendiri, dia bahkan tak habis pikir kenapa dia sangat ingin melihat Aerilyn.
Beberapa menit mencoba bertahan, Davyan akhirnya menyerah, ia sudah terlalu lelah, apalagi dia tidak sempat sarapan gara-gara terlalu bersemangat. Davyan mulai bersiap untuk meninggalkan posisinya, tapi seketika diurungkannya saat dia melihat seorang gadis muncul dari gang kecil yang tak jauh dari rumah Aerilyn, dari posisi Davyan sekarang dia hanya bisa melihat punggung gadis itu saat dia berbelok kearah yang berlawanan dengan Davyan, pohon di dekat gang itu menghalangi pandangan Davyan sehingga dia tidak bisa melihat wajah gadis itu sebelum berbelok. Davyan terus mengamati gadis itu, tangannya membawa kantong plastik besar yang berisi sayur mayur, Davyan bisa melihatnya karena plastik itu transparan.
"Apa dia Aerilyn?" tanya Davyan lirih. Dia menajamkan penglihatannya pada gadis itu. Tubuh tinggi ramping dengan rambut coklat panjang, dari ciri-ciri itu dia mirip dengan gambaran Aerilyn yang diberikan Jenessa. Davyan kembali menajamkan penglihatannya untuk memastikan satu hal lagi yang bisa menjawab pertanyaannya tadi. Davyan melihat ke pergelangan tangan kiri gadis itu, Davyan bisa melihat ada gelang yang melingkar di pergelangan tangan gadis itu, tapi sayang Davyan tidak bisa melihat jelas gelang seperti apa yang dikenakannya.
"Dia Aerilyn." ujar Davyan sok yakin.
Benar saja, tidak lama setelah itu, gadis yang diyakini Davyan sebagai Aerilyn berbelok ke rumah yang sedari tadi di awasi oleh Davyan, gadis itu tampak merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan kunci lalu memasukkannya ke lubang kunci di pintu. Davyan kali ini melihat tubuh bagian samping gadis itu, pipi yang tirus dan hidung yang mancung. Davyan terus mengamati gadis itu sampai dia menghilang dibalik pintu.
Davyan menghela nafas kecewa, dia berharap gadis itu keluar lagi sehingga dia bisa melihat wajahnya dengan jelas, tapi beberapa menit berlalu, tak ada tanda-tanda bahwa gadis itu akan keluar rumah. Davyan akhirnya memutuskan untuk mengakhiri pengamatannya, Davyan pergi meninggalkan lokasi itu dengan tekad besok dia harus datang lebih pagi sehingga bisa melihat wajah Aerilyn dengan jelas.
***
"Bagaimana? Sudah bertemu Aerilyn? tanya Jenessa saat Davyan berdiri didepan pintu apartemennya. Jenessa menunggu jawaban Davyan, tapi pria itu malah melewatinya dan masuk kerumah Jenessa tanpa menunggu dipersilahkan.
"Aku lapar, beri aku makan." ujar Davyan saat sudah ada di ruang tamu Jenessa. Jenessa hanya menggelengkan kepala melihat Davyan yang kini sudah merebahkan tubuhnya dengan santai di sofa sambil menyalakan tv melalui remot yang diambilnya dari atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSANE
Mystery / Thriller[HIATUS] Aerilyn Demelza, gadis cantik yang selalu ditinggalkan pacarnya hanya karena selembar surat. Hal itu membuat Aerilyn memutuskan untuk tidak lagi memiliki pacar. Tapi nyatanya surat itu terus datang untuk Aerilyn, kali ini dengan mengatas na...