Part 5 : Roses for Aerilyn

31 4 1
                                    

Jenessa sedang berbaring tengkurap di atas kasur dalam sebuah kamar bernuansa biru, tangannya sesekali membalik lembaran novel yang diambilnya dari meja belajar Aerilyn. Iya, saat ini Jenessa sedang berada di rumah Aerilyn, mengunjungi serta menemani gadis itu di hari libur.

Ting... Tong...

"Paket..."

Jenessa beranjak dari kasurnya saat mendengar suara bel disertai suara seorang pria dari luar.

"Tunggu... Aku kesana..." teriak Jenessa sambil berlari ke arah pintu.

"Aerilyn Demelza?" tanya pria berseragam itu saat Jenessa sudah membuka pintu, Jenessa mengangguk sambil mengamati sebuket bunga mawar merah yang di sodorkan pria itu padanya.

"Dari siapa?" tanya Jenessa masih mengamati bunga yang kini sudah ada di tangannya, pria itu hanya menggeleng.

"Tidak ada nama pengirimnya." jawab pria itu menyesal.

"Tolong tanda tangan di sini." pinta pria itu sambil menyerahkan sebuah kertas pada Jenessa.

"Terima kasih." ucap pria itu setelah Jenessa mengembalikan kertas tadi padanya, kemudian segera berpamitan untuk pergi.

Jenessa menghirup aroma bunga itu dan tersenyum.

"Wangi." ujarnya sambil meneliti tumpukan bunga itu dan menemukan sebuah kertas berwarna merah terselip jauh di dalam tumpukan bunga itu, nyaris tak terlihat.

"Bunga dari siapa?" tanya Aerilyn saat sudah berada di depan Jenessa yang masih berdiri di ambang pintu. Jenessa mengangkat wajahnya melihat Aerilyn yang berdiri di depannya dengan kantong belanjaan di tangannya.

"Untukmu." Jenessa menyodorkan bunga itu pada Aerilyn, gadis itu dengan ragu menerimanya, menukar bunga itu dengan kantong belanjaannya.

"Dari siapa?" tanya Aerilyn lagi.

"Entahlah... Ada surat di dalamnya." ujar Jenessa sambil memeriksa isi kantong belanjaan yang dibawa Aerilyn.

"Mana susu strawberryku?" tanya Jenessa saat tak menemukannya di kantong.

"Tidak ada." jawab Aerilyn lalu meninggalkan Jenessa masuk sambil mengamati kertas di tangannya.

"Toko itu benar-benar..." kesal Jenessa.

Jenessa dengan malas membawa kantong belanjaan Aerilyn ke dapur dan menyusunnya di sana. Setelah selesai menyusun barang belanjaan Aerilyn gadis itu kemudian meninggalkan dapur, tapi kemudian berbalik lagi dan mengambil sebuah apel dari dalam kulkas.

"Dari siapa? apa isinya?" tanya Jenessa menyusul Aerilyn yang sudah duduk di atas kasur sambil membaca surat yang didapatnya tadi ditemani sebuket bunga mawar merah di pangkuannya.

Aerilyn menatap Jenessa kesal membuat gadis itu menggigit apelnya bingung.

"Apa?" Tanya Jenessa tidak mengerti dengan arti tatapan Aerilyn.

"Siapa lagi kalau bukan orang gila itu." Jawab Aerilyn mengenyahkan bunga dan kertas itu menjauh darinya.

Jenessa mengambil kertas itu dan mulai membaca isinya.

"Hei cantik... bunga mawar ini untukmu, semoga kau menyukainya... selamat hari minggu."
-Your Secret Admirer-

Jenessa menatap Aerilyn yang tampak kesal kemudian beralih menatap bunga yang tergeletak di atas kasur. "Aku terkadang iri denganmu."

Aerilyn menatap Jenessa tidak mengerti. "Apa yang kau iri kan? Selalu diawasi orang gila? atau mendapatkan surat dari orang yang mengaku pengagum rahasiamu?" tanyanya kesal.

INSANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang