Part 12: Good Conversation

20 3 0
                                    

Aerilyn baru saja keluar dari kelasnya dengan ponsel yang menempel di telinga kirinya.

"Kapan kau kembali?.... Oh ayolah Jess, tidak bisakah kau segera kembali? Apa kau tidak merindukanku?.... Apa maksudmu dengan bersenang-senang? Aku bahkan tidak bisa tidur dengan tenang.... Tidak ada, hanya mimpi buruk.... Hmmm, baiklah baiklah.... Semoga tantemu cepat sembuh... Oke, bye."

Aerilyn menatap ponselnya sedih. Tidak ada harapan. Dia hanya harus menunggu 2 minggu lagi sampai musim panas berakhir dan Jenessa kembali padanya.

Aerilyn melajukan mobilnya keluar kampus. Ini hari terakhir kelas musim panas, yang harus dia lakukan berikutnya adalah menyusun jadwal kuliah reguler. Tapi itu satu minggu sebelum kelas kembali di mulai, jadi seminggu ke depan, Aerilyn hanya harus berdiam diri di rumah sampai dia benar-benar bosan.

Aerilyn memarkirkan mobilnya di depan sebuah supermarket. Dia berniat membeli perlengkapan mandinya yang habis dan beberapa cemilan untuk menemani hari-hari kesepiannya.

Aerilyn berjalan menyusuri rak-rak tinggi sambil menenteng keranjang belanja yang sudah berisi beberapa perlengkapan mandinya, kini dia menuju ke rak bagian makanan ringan yang sedaritadi berteriak meminta untuk dibeli. Setelah mengambil beberapa bungkus snack, biskuit, dan beberapa kaleng cola, gadis itu memutuskan untuk mengakhiri sesi belanjanya. Dia bergegas menuju meja kasir dan menyelesaikan pembayarannya.

Aerilyn keluar dari supermarket bersama dengan dua kantong plastik di kanan kirinya. Gadis itu berjalan menuju mobilnya. Dia menuju pintu kemudi setelah meletakkan kantong belanjaannya di kursi belakang. Tangan gadis itu terhenti di pegangan pintu mobil saat matanya menangkap sesuatu yang menempel di kaca depan mobilnya. Aerilyn mengambil kertas yang dikiranya hanya selebaran iklan dan membawanya masuk ke dalam mobil tanpa sempat dibaca. Walaupun dia tidak tertarik, tapi dia tidak tega membuangnya begitu saja. Bagaimana kalau yang membagikan selebaran itu masih ada dan melihatnya. Seseorang itu pasti merasa kesal.

Aerilyn melajukan mobilnya dengan tangan yang masih menggenggam selebaran iklan tadi. Dengan iseng Aerilyn membalik kertas itu dan membacanya, tapi sedetik kemudian darahnya berdesir, jantungnya berdetak kencang.

Gubrak

Aerilyn membuka matanya dan mengernyit saat menyadari mobilnya menabrak mobil di depannya.

"Sial!" maki Aerilyn karena tidak sadar dengan lampu merah di depannya dan malah menabrak mobil. Dia menggigit bibir bawahnya saat pintu kemudi mobil didepannya terbuka.

"Apa yang harus aku lakukan?" Aerilyn menutup matanya frustasi. Dia tidak pernah berada di situasi seperti ini. Apa dia akan berakhir di kantor polisi?

"Aerilyn?"

Gadis itu spontan mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah seorang pria yang berdiri di samping pintu mobilnya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya pria itu tampak khawatir.

"D-davyan?" ucap Aerilyn tanpa sadar. Entah sejak kapan dia mengingat nama itu, bahkan bibirnya menyebutkan nama itu tanpa diperintah.

"Kau mengingatku... Kau baik-baik saja?"

Aerilyn bergegas keluar dari mobilnya dan menatap pria itu menyesal. "Maafkan aku, aku tidak sengaja. Maafkan aku."

"Tidak apa-apa."

"Aku akan mengganti rugi kerusakannya. Sekali lagi maafkan aku." Aerilyn terus mengatupkan kedua telapak tangannya dengan wajah bersalahnya.

Davyan menggeleng tenang. "Tidak usah, aku bisa menghubungi asuransi. Biar mereka yang mengurusnya."

Aerilyn hanya menunduk malu. Dia berfikir keras apa yang harus dia lakukan lagi. langsung pergi? Atau terus-terusan meminta maaf?

INSANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang