1

13.7K 222 2
                                    


Mobil Alphard hitam yang mewah dan elegan ini melesat cepat melewati jalanan yang terlihat cukup sepi itu.
Mobil yang sepertinya bertujuan ke luar Jakarta ini terus melaju tanpa berhenti.

"Mah, sebenarnya kita itu mau kemana sih mah?" tiba-tiba seorang gadis cantik bermata sipit bertanya bingung akan tujuan perjalanannya kali ini.

"Sudah kamu diam saja. Sebentar lagi juga kita sampai.." wanita paruh baya yang sering disapa tante Femy ini berucap tegas.

Olivia sigadis cantik bermata sipit hanya menghela nafas berat. Ia menatap kearah luar jendela mobilnya. Bibir tipisnya ia kerucutkan. Terlihat sekali kalau ia merasa bosan berada didalam mobil tersebut.

"Perasaan kita udah satu jam lebih disini, tapi belum sampai-sampai juga." Olivia menggerutu kesal. Om Stev selaku papah olivia hanya tersenyum kecil memandang ekspresi wajah gadis kesayangannya itu seraya fokus mengemudikan kendara mobilnya.

"Sebentar lagi gadis kecilku ini akan menjadi sebuah jembatan penghubung antar dua perusahaan besar. Dia akan menyatukan dua keluarga hebat dan sukses ini.
Dua perusahaan besar itu akan bersatu. Gadis kesayanganku ini akan menyatukannya. Mempererat tali persaudaraan antara keluargaku dengan keluarga Harison. Keluarga besar itu akan bersatu. Bersatu dalam ikatan keluarga dan menjadi satu keluarga besar yang sukses dan bahagia. Yah semua impianku dan Harison akan terwujud. Dan semuanya akan terwujud hari ini juga.." om Stev membatin penuh percaya diri dan harap. Dibenaknya semua impian-impian besarnya sudah ada didepan mata. Entah apa maksud dari ucapannya itu. Yang pasti ini adalah keinginan terbesarnya yang sama sekali tidak diketahui oleh Franda putri kesayangannya.

"Kayaknya ini jalan menuju kota Bandung deh. Tapi papah sama mamah mau bawa aku kemana?
Lalu kenapa harus ke Bandung? Bukannya kita gak punya saudara didaerah sini yah?" Olivia masih dibuat bingung akan tujuan perjalanannya ini. Hatinya seolah bertanya-tanya sendiri. Ia berfikir keras siapa yang akan ditemui kedua orang tuanya di kota kembang tersebut.
Olivia memandang wajah tante Femy dan om Stev. Bibir mereka sama-sama tersenyum. Raut wajahnya sangat berbeda. Terlihat sekali kalau mereka berdua lebih fresh dan bahagia.

"Hemm yaudah deh. Mungkin aja papah emang cuma mau nemuin rekan kerjanya aja. Paling mau ngenalin aku sama anak dari rekannya itu. Apa lagi coba? Biasanya kan pebisnis-pebisnis besar kayak papah suka kayak gitu.." Olivia menerka-nerka pasrah. Meski masih bingung tapi ia mencoba berfikiran positif dan membuang semua hal negatif dan muncul dibenaknya.

"Meski usia kamu masih 20tahun. Tapi mama rasa kamu udah siap untuk semuanya.." tante Femy membatin memandang wajah cantik putri kesayangannya yang duduk sendirian dijok belakang.

Sementara itu..

Lelaki muda yang usianya seumuran dengan Olivia rupanya terlihat sangat kesal dan jengkel. Tidur siangnya menjadi terganggu karna tante Casma sang mamah terus saja berusaha membangunkannya. Padahal ia sendiri tahu kalau ini adalah hari libur. Sudah pasti dirinya dibebaskan dari kegiatan kampus yang membosankan itu. Tapi kenyataannya justru sangat menyebalkan.

"Arka bangun!
Kamu itu susah sekali disuruh bangun.
Atau kamu mau mamah panggilkan papah, biar dia aja yang bangunin ka.."

"Aaaa iya mamah iya arka bangun!
Please gak usah pake manggil papah. Bisa-bisa arka diseret kekamar mandi lagi kayak minggu lalu." lelaki bertubuh tidak terlalu besar yang sering disapa Arka ini membuka selimut tebalnya. Ia buru-buru beranjak dari atas tempat tidurnya itu. Berjalan dengan langkah gontai dan malas menuju kamar mandi diruangan kamarnya.

"Jangan terlalu lama. Papah sudah menunggu dibawah. 30menit kamu tidak turun kesana. Mamah akan suruh papah kamu yang kesini nanti." ancam tante casma . Ia kemudian membuka pintu kamar arka dan berlalu meninggalkan putra semata wayangnya itu sendiri.

"Hufh, gila aja 30menit. Itu sih cuma cukup buat gosok gigi sama cuci muka doang. Belum sampoan, sabunan.. Huuh mandi apaan coba 30menit?
Ditambah gue kan perlu waktu buat bengong juga disini.." Arka menggerutu sendiri seraya menatap wajahnya didepan cermin didalam kamar mandinya itu. Mulutnya terus saja mengoceh ria. Ia memang anak laki-laki satu-satunya om Haris dan tante Casma. Tapi dirinya jarang sekali dimanjakan. Terlebih sang papah yang selalu tegas mendidiknya. Meski ia selalu bermalas-malasan. Tapi tetap saja sulit jika sudah sang papah tak pernah henti mengawasinya.

**
Setelah menempuh perjalanan cukup lama. Akhirnya Olivia dan kedua orang tuanya tiba disebuah rumah mewah bernuansa putih. Rumah yang besarnya tak kalah dengan rumah Olivia sendiri. Mereka disambut hangat oleh para pemilik rumah yang memang sudah menunggu kedatangannya sejak tadi.
Olivia diajak tante Femy sang mamah mengikuti seorang wanita paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah orang tua dari Arka tante Casma. Sedangkan om Stev sendiri masih bercakap ria dengan om Harison atau om Haris papah Arka.

"Bagaimana Harison? Semuanya sudah kamu siapkan?" om Stev bertanya seraya berjalan masuk kedalam rumah mewah milik keluarga Harison itu.

"Haha tenang saja Stev. Aku sudah menyiapkan semuanya. Seperti keinginan kita. Siang ini juga kita nikahkan anak-anak kita itu. Aku sudah tidak sabar ingin menyatukan dua keluarga besar kita ini, perusahaan-perusahaan kita akan kita satukan. Dan kelak cucu kita yang akan menjadi pewarisnya. Aku sudah tidak sabar akan itu semua." jelas om Haris ikut berjalan membuntuti langkah om Stev.

"Aku juga sudah tidak sabar Haris. Anak-anak kita pasti akan bahagia nantinya. Aku sangat yakin. Kelak mereka akan berterimakasih terhadap kita.." om Stev berujar yakin. Om Haris menganggukkan kepalanya setuju diiringi senyum.

"15menit lagi penghulunya akan segera datang. Aku rasa tidak perlu banyak orang yang tahu. Cukup keluarga besar kita saja yang mengetahui ini semua. Lagi pula aku tidak bisa terlalu egois. Usia anak-anak kita masih tergolong terlalu muda. Jadi kita harus mengatur semuanya agar mereka juga bisa nyaman. Kita sudah sepakan dengan perjanjian kita Stev.."

"Tentu Haris. Aku pasti akan memikirkan kebahagiaan putri kesayanganku juga. Setahun setelah mereka menikah dan memberi kita cucu. Mereka bisa kembali beraktifitas normal. Meneruskan pendidikannya dan mengejar impian mereka. Tapi tetap dalam pengawasan kita." jelas om Stev.

"Aku setuju. Arka dan Olivia pasti akan bahagia kelak.." om Haris merangkul pundak om Stev dengan ekspresi wajah berbinar bahagia.

Kedua lelaki paruh baya ini kemudian segera masuk menemui yang lain untuk memulai semua rencana besarnya yang sudah disusun sangat rapi. Mereka tidak memikirkan bagaimana perasaan putra dan putri mereka nantinya. Terlebih Arka dan Olivia sendiri belum pernah bertemu satu kali pun. Tidak saling mengenal dan pastinya tidak tahu tentang rencana pernikahannya hari ini.

**
"S..sa saya. Saya te.. Ri terima."

"Ucapkan dengan tegas Arka !"

ARKA langsung menoleh kaget mendengar ucapan papah kandungnya itu.

"Iya, ayo ucapkan yang tegas. Kamu itu laki-laki. Tidak sepantasnya berbicara terbata seperti itu.." om Stev berujar menambahi.

Arka tampak kesal melihat kedua lelaki paruh baya ini. Hatinya serasa terbakar. Ingin sekali ia berteriak. Namun apa daya. Posisinya saat ini memang hanya sebagai seorang anak yang harus menuruti apapun keinginan orang tuanya.

Ayo arka.. Jangan ragu. Ucapkan yang tegas." om Haris berujar kembali.
Begitu pun dengan yang lainnya. Mereka ikut mengangguk setuju meng-iyakan ucapan om Haris.

Arka menarik nafasnya panjang. Kedua kelopak matanya ia pejamkan. Entah apa maksud dari semua ini. Yang pasti ini membuatnya marah dan tak sanggup menahan emosi.

"SAYA Terima NIKAH dan KAWIN-nya Olivia Avariella stevanus binti Steven Darmawan. Dengan maskawin tersebut TUNAI!!" Arka berucap diiringi emosi dan rasa kesal.

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Saahh..." orang tua Arka dan olivia berucap kompak.

"Alhamdulillah..." semuanya berucap syukur dipenuhi rasa haru dan bahagia. Pernikahan yang sangat sederhana dan singkat itu berjalan lancar sesuai rencana.

"Ini benar-benar GAK LUCU pah. Ini ENGGAK LUCU!!" Arka membatin emosi.

"Ternyata ini maksud dari papah dan mamah. oliv gak nyangka mah pah.. Kalian tega. Kalian tega hancurin masa depan Oliv. Kalian berdua tega.." Oliv menjerit dalam hati. Kepalanya menunduk. Ia menyembunyikan bulir bening air mata yang sudah tak bisa ditahannya

promise of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang