10

7.6K 228 8
                                    

Empat bulan kini telah berlalu. 
Kandungan Olivia sudah menginjak usia 5bulan. 
Perut perempuan cantik bermata sipit itu pun semakin terlihat membesar layaknya ibu hamil pada umumnya. 

"Aduhh.. Ko baju-baju gue jadi kecil semua kayak gini sih? 
Issh mana perutnya jadi gak ketutup lagi. Aaahh pake baju yang mana dong..? aldi mau ngajakin ketemuan lagi. Aahh gue kan kangen sama Aldi. Terakhir ketemu dua bulan lalu. 
Dia pasti makin ganteng. Issshh tapi perutnyaa?
Olivia terlihat begitu panik. Ia mencoba menutupi perutnya yang mulai membuncit. Ia mencoba menarik nafasnya dalam agar perutnya bisa mengecil, namun tetap saja tidak bisa, karna bayi didalam perutnya sudah semakin tumbuh dan tumbuh. 

"Hiks.. Gak bisaa. Aaahh ko jadi kayak gini sih? 
Isssh gak enak banget. 
Arka aja bisa maen sama pacarnya tiap hari, tapi gue gak bisa. Dan ini gara-gara anak ini. 
Lama-lama gue gugurin juga, ngeselin! Isssh!!" Olivia memukul-mukul perutnya kesal. Ia membiarkan perutnya itu tidak tertutupi bajunya yang memang menjadi semakin kecil saat ia pakai. 

Olivia terduduk lemas. Ia memandang perut buncitnya itu. 

"Kenapa harus kayak gini coba? 
Kamu seneng yah lihat bunda kayak gini? 
Bunda juga pingin bebas tau gak kayak ayah kamu. 
Hiks.. Mamaah.. Kenapa oliv harus jadi kayak gini sih? 
Oliv gak mau maah.. Oliv gak mau hamil.. Hiks.. Oliv gak mau, Oliv gak mauu.." Olivia menangis terisak. Perutnya sesekali ia pukul kesal. Ia juga menekannya meski tidak terlalu kuat. Mungkin emosinya tengah tinggi, hingga ia bisa berbuat seperti itu. 
"Lo curang ka.
Lo bilang kalau perut gue makin besar, lo bakalan pergi keluar sama gue. 
Tapi lo gak ngajak-ngajak gue. 
Lo malah asik sendiri sama pacar lo itu. 
Gue juga pengen main Arka gue pengen main keluaar.. Hiks mamaah..Oliv bosen disini. Oliv gak mau hamil kayak gini maah. Oliv gak mau.. Hiks.." Olivia semakin terisak. 

"Pokoknya. Kalau lo pulang, gue gak bakalan kasih lo ampun. 
Ini semua gara-gara lo tau gak ar. 
Gue benci sama lo, gue bencii.. Hiks.. 
Gue bencii.." Olivia mencengkram perutnya kesal. Ia marah pada Arka, tapi yang menjadi pemuas kekesalannya adalah calon anaknya sendiri. Padahal anaknya itu tidak tahu apa-apa dan tidak salah apa-apa. 

"Haha, iya sayang. Iya sama-sama. 
Aku ngelakuin itu juga kan karna aku sayang sama kamu. 
Iya cinta. Apa sih yang enggak buat kamu. 
Iya, bye. Mmuuach, love you to.." tiba-tiba Sosok Arka berjalan masuk seraya berbicara sendiri dengan handphone yang dipegangnya. 

Olivia buru-buru membalikkan tubuhnya membelakangi pintu dan tentunya membelakangi Arka. Ia memejamkan matanya pura-pura tidur. 

"Waah.. Istri yang baik. Jam segini udah tidur. Lo bener-bener udah berubah liv, gue salut sama lo." Arka tersenyum kagum tanpa merasa bersalah sedikit pun. 

Namun Olivia tetap diam. Ia tidak mau membalikkan posisinya, kedua matanya pun terus ia pejamkan seraya memeluk guling didepannya. 

"Anaknya ayah lagi apa ya? 
Dia udah tidur juga atauu.." 

"GAK USAH deh lo sentuh-sentuh gue!" 

Tiba-tiba mata Ark melonjak kaget karna Olivia langsung membentaknya saat ia hendak menyentuh perut Olivia

"K..ko elo?" 

"APA? Mau MARAH LO? 
Lo mau ngungkit soal perjanjian itu lagi IYA?
Lo mau bilang kalau lo berhak ngasih kasih sayang sama anak ini IYA HAH?" Olivia bangkit dan tampak emosi. 

"O..liv, l..lo kenapa sih? 
K..ko elo?" 

"APA? Lo gak terima HAH? 
Gue tuh capek tau gak kayak gini terus! 
Gue tuh CAPEK hidup kesiksa kayak gini. 
Lo enak, bisa pergi keluar sama cewek-cewek lo, tanpa mikirin perasaan gue disini! 
Lo enak ar, tapi GUE? 
Gue mau pergi aja gak bisa. Dan itu gara-gara LO!! 
Gara-gara perut gue yang jadi segede ini karna ulah lo! 
Ini semua gara-gara lo tau gak. Hiks..." jelas Olivia emosi. Ia menunduk lirih dan menangis. 

"K..ko elo jadi kayak gini sih? 
O.. Liv, gue tuh gak.." 

"APA? Udah deh ar. 
Gue tuh udah MUAK tau gak sama semua ini. 
Gue benci sama lo! Gue bencii.." Olivia menepis kasar lengan Arka. Ia kemudian beranjak dan berlalu Meninggalkan Arka keluar dari kamarnya. 

"Dia kenapa sih? 
Ko malah marah-marah gini? 
Gak kayak biasanya. 
Apa dia gak suka? Ataau..? 
Apa mungkin Olivia cemburu. 
T..tapi?" 

"Liv! oliv  tunggu liv !" tanpa menunggu lama Arka langsung mengejar Olivia keluar dari kamarnya. 

"Oliv! Olivia.." panggilnya seraya terus berlari mengejar Olivia.Namun Olivia sama sekali tidak menghiraukan. Ia tetap terus berlari menuruni anak tangga rumahnya. Olivia bahkan sampai tidak peduli akan perut buncitnya itu, ia tetap berlari dan berlari menjauhi Arka. 

Olivia keluar membuka pintu utama rumah mewahnya. Ia menghampiri mobil Alphard hitam miliknya yang sudah terparkir didepan rumah. 

"Liv!" panggil BArka. 

Oliviaa menghentikan langkahnya. Ia berbalik arah dan mendekat kearah suaminya itu. 

"O..liv.." 

"Mana kuncinya?" 

"T..tapi?" 

"MANA kuncinya gue bilang!" 

"I..ini" Arka memberikan kunci mobilnya.

Olivia langsung mengambil kunci tersebut. Ia masuk kedalam mobil Alphard hitam itu dan mulai melajukannya keluar meninggalkan Olivia. 

"Haduuh kenapa gue biarin dia pergi sih? 
Bisa gawat nih.. 
Kalau papah sama mamah tau, bisa diamuk gue. 
Haduhh. Ngejar pake apaan coba?" Arkaa berfikir panik. 

"Arrrgh! Naik taksi aja deh. 
Dari pada entar dimarahin nyokap bokap. 
Lagian gue gak mau kalau nanti anak gue kenapa-napa. 
Oliv ko jadi nekat gini sih? Gak biasanya dia kayak gitu." Arka mengunci pintu rumanya. Ia berjalan cepat keluar area rumahnya. Mencari taksi adalah cara satu-satunya untuk mengejar Olivia. Karna dirumah itu memang sengaja hanya disediakan satu mobil saja oleh kedua orang tuanya juga orang tua Olivia.

Kalo vote udh sampai 100 bakal gue next secepatnya

promise of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang