Part 14

2.7K 161 10
                                    

Pov Maren.
Sehabis latihan akustik tadi,gue yang ditemani Dirda,pergi ke supermarket buat nyari minuman dingin sambil merhatiin cewek-cewek cantik lewat yang mungkin aja kecantol kami berdua.

Gue berjalan dengan kedua tangan yang gue masukin ke kantong jaket gue sambil bersiul sesekali. Biar kesannya keren gitu.

"Ren,ren,ada cewek tuh pakai rok pendek" senggol Dirda sambil ngelirik cewek yang lagi mendorong kereta belanjaan tepat di depan kami itu.

"Gila kakinya mulus dir. Sono minta nomer telponnya!" ujar gue yang mulai ngedorong Dirda ke dekat cewek itu.

Dirda mulai ngambil hpnya lalu berjalan mendekat ke perempuan yang barusan kami bincangkan dan mulai membuka mulutnya untuk berbicara,"Ce-" tiba-tiba seorang anak kecil datang dan langsung menggenggam tangan cewek itu dan ngebuat Dirda kembali jalan di samping gue. "Pfftt udah ada anaknya dir" ujar gue pelan dan dengan sekuat tenaga nahan tawa liat Dirda pura-pura nggak terjadi apa-apa.

"Sungguh sayang seribu sayang" balas Dirda sambil mengambil minuman dingin yang tersusun rapi di sampingnya. Gue pun ikut ngambil salah satu minuman.

"Renn itu kayaknya ke-"

"Keikoo??!" ucap gue kaget dan langsung digampar Dirda gara-gara motong omongannya. Sakit loh,tapi nggak sesakit tamparan-tamparan mantan gue dulu. Gue berjalan agak cepat buat sejajarin langkah kaki Keiko tapi,

Bugh
Dirda nyenggol gue. "Ishhh" Keiko mendengus kesal karena ikut tersenggol gue. Tapi,gue tetep jalan lurus ngelewatin Keiko.

"Ah kurang keras lo dorongnya dir. Maunya sampai Keiko jatuh,terus nanti tangan Keiko langsung gue pegang. Kayak adegan di FTV itu loh dir" omel gue ke Dirda.

"Woi minta maaf dulu,jangan langsung kabur!" teriak Keiko yang masih terdiam dibelakang kami berdua. Gue ngelirik dia sekilas sambil sedikit tersenyum. Aduh sebenernya gue kasian sama lo kei. Tapi,maafkan diriku. Terlihat Keiko membungkam mulutnya saat mata kami bertatapan. Eyak. Mungkin dia baru sadar kalau ini gue.

"Cepat dirr!" ujar gue yang berlari ke arah kasir yang disusul Dirda.

Gue duduk di depan meja makan dengan handphone ditangan kiri dan seiris roti ditangan kanan.

"Gila. Dari kemaren belum dibalas Akira!" gumam gue sambil mengunyah roti dimulut.
"Kalau makan itu nggak usah ngomong" samber Ryu yang sedang mencuci tangannya di wastafel.
"Suka-suka gue dong" balas gue ketus.

Ryu berjalan ke arah gue dan langsung mencipratkan air yang masih tersisa ditangannya,"Aku tuh cuma ngasih tau yang bener bang!" balasnya dan langsung pergi menghindar.

Gue cuma merhatiin Ryu pergi sambil ngedumel sendiri. Ntar gue gantung di pohon tu anak.

Tapi,beneran dah gue heran. Dari kemaren belum ada balasan sms gue dari Akira.

Mama yang berjalan dibelakang gue tiba-tiba ngambil hp yang ada di tangan gue,"Hayo ngapain sih? Wah,siapa Akira,ren?" goda mama sambil memperhatikan hp gue.

"Ish mama ngapainn sih?? Balikin ma" rengek gue sambil ngunyah roti. Mama duduk dikursi tepat didepan gue dan langsung menampakkan selembar kertas dengan nilai merah,"Nilai apa ini?! Kamu sebentar lagi UN tapi masih ada aja nilai seukuran sepatu!" bentak mama yang sukses membuat gue membatu.

"Em gini ma,itu tuh karena gurunya ngasih ulangan mendadak" ujar gue yang berusaha meyakinkan mama.
Mama menatap mata gue tajam seperti ingin mencari kebenaran dari dalam sana,"Oke mama percaya. Tapi,hp ini mama sita. Ujian udah di depan mata. Nggak ada lagi yang namanya main-main" jelas mama yang membuat jiwa gue serasa hilang. Tidakkk. Demi kolor atlas,gimana hari-hari gue tanpa barang kecil itu?! Oke mah aku kalah. Aku lah lelaki yang paling salah didunia ini! Gue nggak bisa ngelawan,karena ngelawan orang tua itu nggak baik.

What Do You Want? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang