Keiko duduk melamun sambil mengaduk-aduk es jeruk yang ada didepannya.
"Itu es jeruk tinggal es batu. Mau lo apain lagi? Gue mau balik," kata Andine setelah menghabiskan 2 mangkok bakso.
"Bosen gue di kelas".
Andine bangkit dari duduknya,"Kalau gitu gue mau cari minuman di koperasi dulu. Mau nitip nggak?" Andine menawarkan.
"Teh Puc*k satu," sahut Keiko dengan memperlihatkan satu jarinya.
Andine pun berlalu meninggalkan Keiko yang masih mengaduk-aduk es jeruknya yang sisa es batu itu.
"Anjir lo dir. Itu gue duluan yang pesan!"
Keiko menoleh ke arah sumber suara seorang yang lagi-lagi membuat jantungnya berdebar kencang. Ia tak dapat mengalihkan pandangannya dari Maren. Ia terus menatap punggung Maren hingga akhirnya ia mengalihkan pandangannya saat Maren melihatnya. Spontan ia langsung meminum es jeruknya yang tersisa es batu dan langsung memeletkan lidahnya saat menyadari es jeruknya tak berasa lagi,"Damn! Nggak manis lagi!" Geramnya sendiri.
Saat Keiko meluruskan pandangannya ke depan,ia melihat Maren berdiri di depannya dengan membawa segelas es teh.
"Masih haus? Ini gue beliin," ucapnya menyodorkan segelas es teh dan langsung berjalan ke arah Dirda yang memperhatikannya dari jauh dengan wajah menggoda. Maren pun langsung meninju pelan punggung Dirda yang sekarang malah tertawa. Sedangkan Keiko masih tak menyangka hal ini terjadi. Wajahnya terasa panas. Rasanya ia ingin sekali berteriak sekarang. Andai Andine ada di sebelahnya,mungkin ia sudah memukul-mukul Andine sebagai pelampiasan bahagianya.
Tak lama setelah itu,Andine muncul dengan pesanan Keiko ditangannya. Ia mengerutkan alisnya bingung,"Loh ini barusan lo nitip teh Puc*k. Kenapa lo malah beli es teh?" Tanyanya menginterogasi.
Keiko tak menjawab,ia hanya menatap pupil mata temannya itu sambil tersenyum. Terlihat jelas bahwa ia sangat senang sekarang. Andine langsung duduk disamping Keiko dan menatapnya lekat-lekat,"Kenapa? Ada something yak?" Tanyanya lagi dengan salah satu alis terangkat.
"Es teh dari Maren," bisik Keiko ke telinga Andine sangat pelan.
Andine melotot dan tertawa keras,"Haha! Nggak mungkin,nak!" Andine masih tertawa keras,"serius lo?" Lanjut Andine dengan suara pelan. Keiko mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum memamerkan gigi.
"Kurang ajar!" Andine mengepalkan tangannya. Respon yang tidak diinginkan Keiko. Sekaligus cukup membingungkannya.
"Loh kenapa?"
"Kenapa lo terima? Paling dia begitu cuma mau buat lo baper kei. Terus nanti buat lo jatuh! Lo itu gimana sih? Mau move on apa nggak sih?! Harusnya lo ngehindarin hal-hal yang kayak gini. Lo nyuruh gue buat bantuin lo move on dari Maren tapi,lo malah baper cuma karena segelas es teh dari dia!" Sarkasme Andine.
Keiko terdiam. Awalnya ia sangat-sangat senang. Tetapi,kali ini hatinya sangat sakit. Ia tak menyangka,sahabatnya akan berkata seperti itu padanya. Matanya mulai berkaca-kaca. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan suara tangisnya.
"Kok lo jadi kasar banget sih din? Salah ya kalau gue seneng? Sumpah din,gue nggak nyangka lo ngomong sekasar ini ke gue."
"M-maaf," kata Andine tersadar akan ucapannya.
Air mata yang awalnya masih bisa ia bendung kini menetes. Keiko segera menghapusnya dan langsung meninggalkan Andine yang terdiam menatapnya.
***
"Playboy beraksi!" Teriak Dirda saat Maren baru saja memberikan segelas es teh pada Keiko. Spontan Maren langsung berjalan cepat ke arahnya dan langsung meninju punggung Dirda.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Do You Want? [END]
أدب المراهقين"Gampang banget lo minta balikan sama gue. Dasar playboy tingkat akut, mata keranjang. Pacaran sono sama bekantan!" - Keiko. "Sumpah gue masih sayang sama lo. Gue mutusin lo karena..karena.. Please maafin gue dan balikan sama gue!" - Maren. "Jangan...