Disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Rated:T/M?
Pairing: NaruSasu Sligh NaruFemIta (FemaleItachi)
Warn:FemItachi, Yaoi, Mpreg, boyslove, genderswith, typo(s), au, oc, ooc, abal
****"Hei, Teme. Temani aku beli cincin."
"Cincin?"
"Yaps! Lets goo! Temanin aku, Teme."
"Untuk apa kau membeli cincin, Dobe? Ingin memakainya, dan mencoba hal baru? Itu bukan gayamu, Dobe."
"Bukan untukku."
"So?"
"Kakakmu. Aku ingin melamarnya."
Saat itu tidak ada yang tahu, jika hati seseorang tengah remuk seperti dileburkan dengan batu besar berton-ton.
***
"Kau serius ingin melamarnya?"
"Tentu saja, Teme. Aku sangat mencintainya."
Sakit.
Hati itu kembali sakit tanpa ada yang menyadarinya.
"Kau tidak menyesal?"
Nada suara itu terdengar bergetar, berusaha menghilangkan rasa sakit yang kembali menyerang hatinya.
"Untuk apa aku menyesal? Tidak ada yang harus kusesali."
Dia tidak menyadari jika lawan bicaranya tengah berusaha untuk tidak mengeluarkan butiran bening yang berlomba keluar dari mata beriris onyx gelap sekelam malam.
"Well, aku hanya takut kau tidak bisa membahagiakan Kakakku, Dobe."
Bohong! Dia berbohong. Bukan itu maksudnya. Sadarlah.
"Hahaha. Kau boleh membunuhku jika itu terjadi, Teme."
Ya, aku akan membunuhmu! Membawamu pergi bersamaku ke alam baka. Sekarang!
"Aku akan benar-benar melakukan itu."
"Hahahaha."
Sial! Tidak bisakah kau memahami perasaanku?
****
"Dia menerima lamaranku, Teme! Oh, senangnyaaaa!"
"Ohh."
Tuhan, kenapa hati ini harus kembali sakit?
"Pernikahannya akan dilakukan kurang dari satu bulan lagi. Aku tidak sabar menunggunya."
Senyum cerah yang terpatri indah itu seharusnya ia berikan untukku, kenapa harus orang lain?
"Dobe."
Sakit. Kau tahu?
"Aku ingin kau yang menjadi pedamping priaku, Sasuke. Mengatarku ke Altar─ ke tempat di mana aku akan mengucapkan janji suci."
Bolehkah aku berharap jika aku yang menjadi pendamping masa depanmu?
"Hm? Kau terlihat pucat. Apa kau sakit?"
Iya. Aku sakit karena kau, idiot!
"Dobe, kau ingat kita pernah melakukan sexs?"
"Ohh. Itu hanya kesalahan, Teme."
Kesalahan? Karena kau mabuk? Lalu, menyentuhku sesuka hatimu ... begitu? Aku ingin bertanya ... di mana letak hatimu?
"Jika aku hamil, apa kau akan membatalkan pernikahanmu dengan Kakakku, dan menikahiku?"
Tolong katakan 'iya'.
"Hah? Kepalamu terbentur sesuatu?"
Tidak!
"Jawab!"
Bisakah kau menjawab, Dear?
"Kau tidak bisa hamil. Karena kau laki-laki."
Iyakah? Jika kenyataannya demikian, apa kau akan menikahiku?
"Bagaimana jika aku bisa hamil?"
"Aku rasa kepalamu benar-benar terbentur sesuatu sehingga membuat otakmu bergeser, Suke."
Hn? Aku baik-baik saja! Bisakah kau sedikit mengerti aku? Pada perasaanku? Hatiku sakit, idiot!
"Dobe...."
"Hentikan tingkah konyolmu! Dan ... lupakan yang pernah terjadi di antara kita."
"Baiklah. Semoga kau bahagia."
"Tentu saja."
+++
Kenapa kau tidak bisa melihat jika hatiku saat ini sedang terluka? Ke mana otak jeniusmu, Naruto? Bisakah kau sedikit saja lebih perhatiaan padaku? Bisakah sedikit saja kau membuka hatimu untukku? Untuk baby yang sedang ku kandung? Bisakah?
Andai kau tahu jika aku memang benar-benar bisa mengandung. Mengandung anakmu, darah dagingmu, tapi kau ... tidak akan pernah tahu. Karena semua pikiranmu dan hatimu hanya untuk Kakakku. Tanpa menyisakan sedikit saja untukku, untuk anakmu.****
Pada hari itu, satu akta pernikahan disahkan.
Dan, pada hari yang sama, badai mengamuk─seolah ikut manangis seperti seseorang yang berada di belakang altar. Hatinya remuk tak tersisa.
+
++
Lihat Tuhan ... hatiku sakit juga dia tidak akan pernah menyadarinya. Sanggupkah aku menghadapi hidupku ke depannya?
Katakan, Tuhan ... apa yang harus ku lakukan?
Aku juga ingin bahagia.
Bisakah kau mengabulkan permintaanku?
Aku ingin bersamanya....
Hidup bahagia....
Menjalin keluarga yang begitu sempurna....
Apa permintaanku terlalu sulit, Tuhan?
***
TBC
Kyaaaaa.... Hahahaha, aku bikin cerita baru, semoga suka^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Love Me. (DONE)√
Fanfiction"Aku selalu memperhatikanmu, aku selalu mencari perhatian darimu, dan aku selalu berusaha membuatmu sadar jika selama ini aku mencintaimu. Di akhir keputusanku, aku ingin mengatakan perasaanku padamu. Tapi, aku terlambat, dan aku pun sadar sela...