-Part 3-

659 63 0
                                    

"..."

"Supir gue lagi jemput
mami ke bandara."

"..."

"Kak, gue tunggu
di pos sekolah ya?"

"Tutt... Tutt... Tutt.."

"Kak Vino? 
Hallo? Kak?"

***

Sementara itu di sekolah

"Yah, kok dimatiin sih?" -Stella menatap layar ponselnya,- "Duh minta jemput siapa ya?"

Beberapa menit kemudian, sebuah lampu mobil menyorot ke wajahnya yang membuat Stella bergumam kesal. Dia melihat Vino keluar dari dalam mobil tersebut dengan wajah yang panik.

"De! Ini elu kan? Serius ini elu? Astaga," tanya Vino dengan muka yang pucat dan tangan yang bergetar.

"Iya kak, ini gue. Lo kenapa? Mabok lo? Kok gemeteran gitu?" tanya Stella heran.

"Sembarangan lu! Serius ini elo? Ceritanya panjang de. Please lo yang ngendarain, gue lemes parah," pinta Vino sambil memberikan kunci mobilnya kepada Stella. 

Mereka berdua segera masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan sekolah. Di perjalanan, Vino terus memegang dada bidangnya dengan sesekali menoleh ketakutan ke arah Stella.

"Lo dari kapan di situ?" tanya Vino.

"Sejam yang lalu," jawab Stella.

"Serius?" Kedua bola mata Vino membulat.

"Lo pikir gue bercanda kak? Sebelum magrib gue udah nunggu di situ. Mau bareng sama June, tapi dia dijemput sama abangnya naik motor. Masa iya gue bertiga? Nanti malah kena tilang. Lo kenapa sih? Kayak orang ketakutan gitu?" tanya Stella heran.

Vino hanya terdiam dan masih terbayang jika orang yang bersamanya tadi, sudah pasti bukan Stella. Ketika memasuki komplek rumah Stella, Vino terus memperhatikan jalanan tersebut secara teliti.

"Loh, bukannya belok kanan?" tanya Vino heran ketika Stella terus mengendarai lurus.

Stella tertawa mendengar ucapan dari mulut Vino, "Apa sih kak? Itukan ada portal, nah sebelah sana itu kuburan. Lo pikir gue udah mati? Rumah gue tuh masih lurus terus, nah abis itu belok kiri."

Stella memberhentikan mobil Vino tepat di samping rumahnya. Dia menyuruh Vino untuk masuk ke dalam rumahnya terlebuh dahulu, tetapi Vino menolak dan memilih untuk pulang ke rumah.

"Gausah de, gue langsung pulang aja," ucap Vino.

"Yakin?" tanya Stella.

Vino memgangguk perlahan. Stella segera keluar dari dalam mobil tersebut dan berdiri di samping kaca mobil Vino.

"Makasih tumpangannya." -Stella tersenyum ke arah Vino,- "Oh iya kak, kalo ada orang sini yang minta tumpangan, pura-pura ga liat aja ya."

Vino menangguk dan tersenyum kikuk. Dia langsung pergi meninggalkan Stella yang masih berdiri di depan pagar rumahnya. Stella melihat rumahnya dalam keadaan gelap. Dia segera memasuki rumahnya dengan sangat berhati-hati karena takut guci kesayangan maminya pecah. Stella berteriak memanggil orang rumah, tapi tak satupun dari mereka yang menjawab.

"Ctek..."

Stella menyalakan lampu ruang tamu dan melihat maminya tengah duduk di atas sofa sambil menatapnya, "Bagus ya pulang jam segini."

[Completed] A LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang