-Part 9-

489 53 0
                                    

"Sukurlah dia pergi," ucap Stella lega. 

"Pergi?" Tania mengernyitkan dahinya.

***

"Slurppppp...

"Jujur, tadi lo liat siapa?" tanya Tania yang masih penasaran sambil meminum es teh manis di plastik dan mengikuti langkah kaki Stella. 

Stella berhenti di sebuah gerobak siomay dan memutuskan untuk membeli satu bungkus siomay. 

"Stella!" teriak Tania.

Stella membalikkan badannya ke arah Tania, "Kenapa?"

"Tau ngga? Lo udah bikin gue parno! Cepet jawab, tadi lo liat apaan? Sekolah kita berhantu?" tanya Tania penasaran. 

"Semua tempat juga berhantu kali," ucap Stella pergi meninggalkan Tania. 

Tania yang ketakutan, segera berlari mengejar Stella yang berjalan menuju kelasnya. 

"Dap Dap Dap Dap."

Suara langkah kaki mereka berdua terdengar ketika menaiki anak tangga yang sepi, Tania terus menggenggam erat tangan Stella.

"Tania, lepasin. Ini masih siang, lo gausah gelantungan gitu. Kayak bayi monyet aja," pinta Stella.

"Gue parno, sumpah!" ucapnya.

"Parno kenapa sih? Serius ini masih siang, baru setengah sepuluh," seru Stella. 

Tania langsung melepaskan genggamannya dari tangan Stella dengan mulut yang bergumam. Stella tertawa kecil melihat tingkah temannya itu. Mereka berdua kembali ke kelas dan berhenti pada ambang pintu kelas mereka.

"Loh? Siapa yang nulis di papan tulis? Stella buruan ke sini!!!!" Tania begitu terkejut melihat ada seseorang yang menulis tulisan tersebut.

"Stella! Patuhi ucapanku tadi atau
kamu akan melihat mereka sengsara!"

Badan Stella terpaku tapi mulutnya terus mengunyah siomay, "Apus aja."

"Aaa... aaapus?" Kedua bola mata Tania membulat.

"Yaudah biar gue yang ngapus." Stella mengambil penghapus papan tulis dan menghapusnya hingga bersih. Dia kembali ke tempat duduknya dengan berjalan santai. Saat Tania menghampiri Stella dan ingin duduk di sampingnya, Stella langsung mencegah. Tania yang terkejut segera duduk di hadapan Stella.

"Kenapa gue ga boleh duduk di samping lo? Orangnyakan ga ada," tanyanya.

"Ga ada yang boleh duduk di sini kecuali Stevie," jawab Stella.

Tania memaklumi ucapan Stella. Dia segera bertanya kepada Stella yang sama sekali terlihat santai sewaktu membaca kalimat ancaman tersebut. Saat Stella akan menjawab, bell istirahat telah usai. Semua anak kembali masuk ke dalam kelas.

"Stella, kamu keluar aja... Bawa sekalian tasmu," pinta bu Siti.

"Loh, bu? Saya salah apa?" jawab Stella heran.

***

Stella keluar kelas dengan tas yang sudah dia bawa, ia berjalan menuju ke ruang aula yang terletak di lantai 3. 

"Kak Vino bilang, kumpulnya abis pulang sekolah. Kenapa jadi abis bell istirahat begini?" gumam Stella dalam hati. 

Stella menginjak anak tangga secara perlahan dan sama sekali tidak terlihat bergairah. Begitu ia memasuki ruang aula, kedua bola matanya langsung membelalak.

"Surprise!!!" seru mereka serempak.

"Happy birthday Stella," ucap Vino yang menghampiri Stella dengan memberikan sebuah kado. 

"Ultah? Gue aja ga inget. Gimana mereka bisa tau?" seru Stella dalam hati. 

Vino tersenyum ke arah Stella sambil mengelus kepalanya, "Ayo masuk."

Mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan sangat meriah. Seluruh pasang mata dan suara tepukan tangan berhasil menghiasi ruang aula setelah Stella meniup lilin bernomor 17 di atas kue ulang tahun tersebut.

"Jadi ini kejutan?" tanya Stella pada Vino. 

Vino mengangguk sambil memotong kue untuk diberikan kepada Mr. Andre. Jam menunjukkan pukul 11:00 pagi, Stella berjalan menuju luar aula dengan kado yang masih digenggamnya.

Dia melihat sekolah begitu sepi dan berpikir kalau sepertinya siswa dan siswi di sekolahnya sudah dipulangkan lebih awal.

"Stella," sapa Vino yang berjalan menghampiri dirinya.

"Kak, lo tau darimana kalo gue ulang tahun? Gue sendiri aja ga inget. Jangankan gue, nyokap bokap gue aja ngga inget," ucap Stella.

"Gue nandain hari lahir lo di hp gue de. Anyway itu kadonya di buka dong," pinta Vino yang menyender pada tiang penyanggah.

Stella membuka bungkusan kado dengan perlahan. Wajahnya memerah setelah melihat isi dari kado tersebut.

"Suka?" tanya Vino. 

Stella mengangguk dengan tersenyum manis, "Makasih kak."

Vino mengajak Stella untuk masuk kembali ke dalam ruang aula.

"Mantab lahhh, kenyang. Sering-sering ya Stella ulang tahun kayak gini, biar Mr kenyang," Ledek Mr. Andre.

"Nanti saya tambah tua Mr." jawab Stella. 

Setelah acara kejutan untuk Stella selesai, mereka segera beralih untuk membahas acara jerit malam. 

Mr. Andre sengaja mempertemukan EC dan Osis untuk persiapan acara yang hanya tinggal 1 hari lagi karena Mr. Andre menjabat sebagai seorang pembina Osis. Dia memberikan photocopy denah sekolah untuk lebih mempermudah pendejalasannya. Semua anak memperhatikan dengan jelas bagian sekolah mana saja yang boleh digunakan untuk acara tersebut.

Tidak terasa hari sudah semakin sore. Mr. Andre meminta kepada seluruh anak muridnya untuk bekerja dengan professional dan berharap acaranya akan lancar.

[Completed] A LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang