-Part 7-

500 58 0
                                    

"Whusss whusss whusss..."

Suara hembusan kipas sate terdengar jelas, bau aromanyapun mulai tercium melalui kedua lobang hidung milik Stella. Dia masih tetap berdiri menyaksikan tukang sate tersebut menyelesaikan pesanannya.

"Tinggal sendiri neng?" tanya tukang sate itu.

"Oh, ngga bang. Sama keluarga saya," jawab Stella dengan tatapan terfokus pada sate yang tengah dibakar.

Tukang sate itu pun kembali bertanya, "Udah lama tinggal di sini?"

Stella hanya mengangguk dan memberikan uang sejumlah Rp. 20,000 kepada tukang sate tersebut. Dua buah piring sudah berada ditangannya, Stella menelan air ludah ketika ia tak sabar ingin menyantab sate tersebut.

"Wow... Wangi banget..." seru Stella berjalan saat memasuki rumah.

Ia melihat Stevie sedang duduk di ruang tv dan sepertinya ia tengah menunggu pesanan satenya datang. 

"Siapa yang pasang pengharum?" tanya Stella dengan meletakkan sebuah piring di hadapan Stevie. 

"Bi inem," jawab Stevie yang mulai menyantab sate tersebut dengan lahap. 

Stella berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air mineral dan kembali menemui Stevie. Stella menyalakan tv dan mencari siaran yang menarik untuk ditonton. 

"Itu aja," seru Stevie yang memilih film horror.

Stella meletakkan kembali remote tv di atas meja dan ikut menyaksikan film tersebut, "Ini wangi pengharum apa sih?"

"Melati sama lavender," jawab Stevie.

"Btw, kepsek ngadain acara jerit malam," ucap stella.

"Bagus dong," ujar Stevie.

"Kok bagus?" tanya Stella.

"Iya bagus. Bakal rame nanti di kerjain," katanya dengan tertawa kecil.

"Oh iya bener juga ya," ucap Stella.

Stella memakan satenya sedikit demi sedikit sambil sesekali mengelap keringat yang berada di dahinya. 

"Gue udahan, mau tidur." Stevie segera bangkit dan berjalan menuju kamar, meninggalkan Stella yang masih berada di ruang tv. 

Setelah selesai, Stella membereskan piring dan gelas yang habis mereka gunakan dan segera mematikan televisi. Ia berjalan menuju dapur dengan suasana yang begitu hening. 

"Cklek...

Stella mendengar ada seseorang yang membuka pintu depan rumahnya. Dia segera menghampiri pintu tersebut dan mendapati pintunya terbuka tanpa ada satu orangpun yang berada di depan rumah Stella. Dia kembali mengunci pintu rumahnya dan hendak berjalan menuju kamar.

"Knock knock knock..."

"Loh mami?" Stella mengintip dari jendela dan ia terkejut melihat maminya yang berada di depan pintu.

"Kamu belum tidur de?" -Mami Stella berjalan memasuki rumahnya,- "Wangi apa ini?"

"Aku abis makan mii, kirain mami nginep di hotel. Ini bi Inem masang pengharum rumah" jelas Stella.

Mami Stella hanya merespon dengan anggukan kepala dan langsung berjalan menuju lantai dua rumahnya.

Stella kembali mengunci pintunya dengan rapat karena satpam yang menjaga rumahnya telah mengundurkan diri beberapa bulan yang lalu. Saat ia berjalan menuju kamar, pendengarannya teralihkan pada sebuah aktivitas yang berada di dapur rumahnya.

"Bi Inem?" tanyanya dalam hati. 

Stella berjalan mengendap-endap ke arah dapur dan melihat sosok seorang wanita dengan rambut yang panjang sedang mencari sesuatu di dalam dapurnya.

"Darah?" Stella melongo melihat wanita itu sedang meminum segelas darah segar. 

"Uwekkk...

Tanpa sadar, Stella mengeluarkan suara seperti orang mau muntah. Wanita itu dengan cepat menoleh ke arah Stella dengan muka yang setengah rusak, kuku yang hitam panjang dan mata kanannya yang melotot mencoba untuk mengejar Stella. Sontak, Stellapun berteriak ketakutan. Dia mencoba untuk masuk ke dalam kamar, tetapi kamar tersebut terkunci. Dia berteriak memanggil nama Stevie, tetapi Stevie tidak kunjung membukakan pintu kamarnya.

"JANGAN GANGGU!!!!" teriak Stella saat hantu itu ingin mencekiknya.

***

Stella membuka kedua matanya dengan tubuh yang penuh keringat, "Apa? Jadi? Cuma mimpi?"

Dia melirik ke arah jam yang menunjukkan pukul 3:00 pagi. Stevie masih terlelap tidur membelakangi Stella. 

"Makin stress gue lama-lama," ucapnya. 

Dia berjalan menuju meja belajar dan membuka laptop yang berada di atas meja. Stella segera memasuki sebuah situs sekolahnya untuk mencari tahu tentang nama Melanie. 

"Tek tek tek tek..." Suara keyboard laptop milik Stella terdengar di sela-sela keheningan malam. 

Matanya tetap terfokus pada layar tersebut dengan tangan kanan yang sibuk menggerakkan sebuah mouse, "Banyak yang namanya Melanie, tapi gue udah cek tahun ini sama tahun lalu kok ngga ada ya?"

"Nyari Melanie ya?" tanya seorang wanita dari arah belakang.

"I...." Stella menoleh ke arah kiri tetapi Stevie masih berada di atas kasurnya. 

"Mampos, siapa ini?" tanyanya dalam hati.

Tubuh Stella terasa kaku, mulutnyapun tidak bisa mengucapkan kalimat apapun. Hanya kedua bola matalah yang masih bisa bergerak, "Jangan ganggu gue, jangan ganggu gue, please."

Dia menutup rapat kedua matanya untuk menahan rasa takut.

"Tek...

Stella membuka kembali matanya begitu mendengar suara keyboard-nya berbunyi. Dia langsung menatap layar laptop dengan kedua bola mata yang membelalak.

Melanie Agustina

7 January 1996
-
19 Agustus 2015

Hanya itu yang bisa ia lihat dari serangkaian biodata milik Melanie. 

"Kriiingggg kriiinggg kriingggg..."

Jam weker Stella berbunyi dengan kencang yang membuatnya terbangun dari meja belajarnya. Dia melihat laptop-nya juga masih menyala. Stella segera membuka situs web semalam, tetapi ia tidak menemukan apapun di sana. Dia mencari di kotak history dan hasilnyapun sama.

"Loh? Ga mungkin gue mimpi lagi," katanya heran.

"De, Sarapan dulu." Teriakan mami Stella terdengar dari kamarnya.

[Completed] A LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang