-Part 14-

427 45 0
                                    

"Ternyata kalian di sini. Udah bell tau, ayo masuk." June manarik tangan Tania dan Stella mengikuti mereka dari belakang bersama dengan Stevie. 

"Isinya apa ?" tanya Stevie ketika melihat Stella menggenggam sebuah kertas. 

"Ngga tau, belum gue buku," jawabnya.

"Hari ini ada acara--"

"Udah tau."

"Mau ikut?"

"Untuk apa?"

"Uji keberanian, mungkin."

"Gue udah cukup berani untuk itu."

"Stella buruan. Keburu pak Joko masuk," teriak June. 

Hari ini adalah pelajaran komputer, semua anak kelas Stella langsung memasuki ruang lab komputer. Stella menahan dirinya dengan tangan kanan yang masih menggenggam sebuah kertas pada tembok lab komputer untuk membuka ikatan tali sepatunya.

"SINI LO MASUK!"

Stella mendengar suara seorang wanita yang menyuruh paksa seseorang untuk masuk kedalam lab tersebut. Stella mencoba untuk menutup kedua bola matanya.

"Tolong jangan jambak rambut gue... Sa.. Sakit."

"GAUSAH BANYAK OMONG! MASUK CEPET! GUE GAADA WAKTU BUAT DENGER--"

"Stella?" -Pak Joko menepuk pundak Stella,- "Wajah kamu pucat sekali. Kalo kamu sakit, ga usah ikut kelas saya. Biar June yang antarkan kamu ke ruang UKS."

Stella menggeleng. Dia berpikir jika dirinya ditinggalkan sendiri di dalam ruang UKS, akan membuat Stella semakin merasa ketakutan. Stella segera masuk ke dalam lab tersebut dan duduk di samping June.

"Gue... gue flashback," ucap Stella. 

"Flashback?" tanya Tania heran. 

Stella menceritakan kejadian yang barusan dia alami dan June menyuruh Stella untuk membuka surat tersebut.

Kalau saja aku orang kaya, mungkin aku ngga bakal susah-susah untuk mematuhi perintah mereka. Aku bisa saja melanggar peraturan yang membuat aku risih. Jika mereka memarahiku, aku bisa menutup mulut mereka dengan uang. Seperti gadis lemah yang selalu saja berteriak dan kini tengah berdiri dipojokkan pintu masuk lab dengan gunting yang berada ditangannya. Menunggumu untuk melihat ke arahnya.

Setelah membaca surat tersebut, mata Stella tertuju pada sudut ruang pintu lab. Dia melihat seorang wanita tengah berdiri memperhatikan dirinya, wanita itu membuka mulutnya begitu lebar dengan lidah yang menjulur. Tangan kiri wanita itu memegang lidahnya tersebut.

"Trekkkk..."

Wanita itu menggunting lidahnya sendiri. Stella langsung berteriak histeris dengan menutup wajahnya menggunakan telapak tangan. June dan Tania berusaha untuk menenangkan Stella, pak Joko beserta teman-teman Stella terlihat kebingungan. Kemudian pak Joko menyuruh Tania dan June untuk membawa Stella keluar dari lab. Tania mengambil kertas tersebut dan ikut keluar.

Di lapangan...

"Lo tadi kenapa teriak-teriakan?" tanya June. 

"Gue nyesel," ucap Stella sambil menangis. 

Stella menceritakan kejadiannya tadi pada June dan Tania. Mereka berdua menatap dengan amat serius.

"Tadi, lo baca surat yang mana?" tanya Tania. 

Stella menunjuk kesalah satu surat yang berada di tangan kanan Tania. Tania membuka surat tersebut, kemudian membacanya.

Hari ini aku merasa bahagia, aku beruntung bisa dekat dengan dia. Pria yang selama ini aku incar, kini memberikanku sebuah kado di hari yang bahkan aku sendiri lupa.. Yup sebuah boneka teddy bear berukuran sedang, cukup untuk menemani malamku...

Melanie Agustina

"Isi suratnya ga sama ama yang lo alamin tadi," ucap Tania.

"Ja.. jadi lo pikir gue bohong?" tanya Stella.

"Gue ga bilang lo bohong kok. Tapi emang bener--"

"Coba, mana sini..." June merampas surat tersebut dari tangan Tania, kemudian membacanya. June juga membenarkan ucapan Tania.

"Stella...!" Stevie berteriak memanggil namanya dari lantai dua.

 Segera Stella bangkit dan berlari meninggalkan kedua temannya yang berada di tepi lapangan.

"Mau ke mana?" teriak June. 

"Sebentar," ucap Stella sambil terus menaiki anak tangga. 

Dia melihat Stevie tengah berdiri di depan kelas mereka.

"Ga masuk lab?" tanya Stella.

"Ngga..." jawabnya.

"Kenapa?" tanya Stella kembali.

"Gapapa... Gue abis dari toilet. Sebentar lagi pulang, jadi gue ga masuk lab," jelas Stevie.

"Oh gitu. Kenapa manggil gue?" tanya Stella heran.

"Kenapa sih lo ga biarin aja pergi? Kenapa harus lo tahan? Aktivitasnya sekarang udah beda sama lo. Lo bisa aja dibilang kayak orang gila, kalo tiap hari kerjaannya--"

"Stop Stevie! Gue ga mau denger lagi," teriak Stella sambil menutup kupingnya.

Stevie berhenti berbicara dan berjalan menuju lantai 3, meninggalkan Stella yang masih berdiam diri.

[Completed] A LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang