-Part 12-

464 49 0
                                    

Suara keran air Stella berbunyi kencang, dia merendamkan dirinya pada sebua bath-up untuk beberapa menit dan berusaha setenang mungkin, sebelum berangkat ke sekolah.

Semalam, Stella tidak tertidur dengan pulas, karena seperti merasakan hal-hal aneh setelah membaca surat beberapa hari yang lalu.

Kedua bola mata Stella terpejam untuk beberapa menit agar bisa merasakan hangatnya air di pagi hari.

"Mami nyuruh sarapan," seru Stevie yang tiba-tiba berdiri di dalam pintu kamar mandi Stella.

Stella langsung membuka matanya, "Bisa ga, kalo mau masuk itu ketuk pintu dulu?"

"Ngga ada waktu buat itu," jawab Stevie yang langsung berjalan keluar kamar mandi.

Stella segera membersihkan diri dan berganti pakaian. Dia berjalan keluar kamarnya menuju meja makan. 

"Papi? Kapan pulang?" tanya Stella yang melihat papinya tengah meminum segelas kopi.

"Semalam," jawab papinya. 

Stella duduk dan meminum susu hangatnya sedikit demi sedikit dengan mata tertuju ke arah papinya.

"Oh iya, papi ada oleh-oleh nih buat kamu," ucap papi Stella yang langsung mengambil sebuah bingkisan di samping tempat duduknya.

"PI, STOP!" teriak Stella. 

"De? Kamu kenapa?" tanya mami Stella heran. 

"A.. aku.. aku berangkat sekolah dulu," jawab Stella yang segera berlari keluar rumah. 

"Non, mobil udah siap," ucap pak Maman.

Stella meminta maaf kepada supirnya kalau hari ini dia ingin naik taksi. Stella segera membuka pintu gerbang dan berjalan menuju depan kompleks rumahnya. 

"Dreet ... Dreet ... Dreet ..."

"Hello June? Wah kebetulan. Ayolah, gue tunggu tempat biasa ya," Stella mengakhiri panggilannya dari June dan menunggu di depan pos kompleksnya. 

"Nunggu siapa de?" tanya satpam kompleks. 

"Temen pak," jawabnya. 

Tidak lama kemudian, Junepun datang dan Stella langsung memasuki mobil tersebut.

"Brakk!!" 

"Muka lo kusut banget." -June yang menoleh ke arah wajah sahabatnya itu,- "Ada apa sih?"

"Gue harus cerita dari mana? kalo gue cerita, gue ga yakin June bakal percaya," ucap Stella dalam hati. 

"Yakin ga mau cerita? Ah iya, semalem gue mimpi aneh," kata June. 

"Mimpi apaan?" tanya Stella penasaran.

June menceritakan kejadian yang ia alami semalam. Kejadian tersebut sama persis dengan kejadian yang Stella alami pada malam itu.

Stella merogoh tas miliknya dan berharap surat tersebut masih berada di dalam tas. Mereka berduh telah sampai di parkiran sekolah dan masih berdiam diri di dalam mobil.

"Lo pasti ga percaya kalo gue nemuin ini di tas gue," ucap Stella dengan memberikan sebuah surat kepada June. 

"Dan gue yakin, lo pasti kaget kalo baca ini. Sebentar." June merogoh sesuatu dari dalam tasnya. 

Dia memberikan sebuah surat yang telah sedikit usang dan kotor kepada Stella. Stella langsung membaca surat tersebut dengan kedua bola mata yang membelalak.

Mereka memang cantik dan berbakat. Tetapi kenapa sifat mereka tidak sama dengan otaknya? Maksudku, mereka lebih liar dari binatang. Menindas orang yang berada di bawahnya, mempermalukan seseorang di depan orang banyak hanya utnuk mendapatkan kesenangan mereka. Sepertinya asik menjadi orang jahat. Aku juga tidak mungkin tinggal diam melihat nasib teman-temanku seperti itu. Rasanya ingin sekali melawan, tetapi apa dayaku yang melihat tanpa bantuan kaca mata saja aku tidak mampu. Aku bersumpah akan membalas perbuatan mereka padaku dan juga teman-temanku.

Melanie Agustina

"Liatkan?" tanya June.

Stella tercengang membaca surat tersebut. Dia yakin itu bukan hanya sekedar surat, tetapi itu adalah sebuah buku diary

"Lo dapet ini dari mana?" tanya Stella. 

"Kamar mandi sekolah yang ada di lantai 3," jawab June. 

"Kayaknya kita harus cari tau, apa yang sebenarnya terjadi," ucap Stella.

Bell masuk terdengar berbunyi, June dan Stella segera keluar dari mobil dan berlari menuju kelas mereka. Suara napas Stella memburu ketika harus menaiki anak tangga dengan cepat.

"Gue ga kuat..." ucapnya. 

Ia berjalan perlahan menuju kelas dan melihat Stevie sudah berada di kursinya. Stella mendekati Stevie dan duduk di sebelahnya.

"Nih..." ucap Stevie yang memberikan sebuah amplop kepada Stella. 

Stella segera mengambil dan hendak membukannya.

"Bukanya malem aja," seru Stevie.

Taklama kemudian, guru mereka datang dan pelajaranpun segera dimulai.

***

"Oper woy oper..." teriak Junet kepada Vino saat pelajaran olahraga berlangsung. 

Vino melempar dengan kuat bola basket tersebut ke arah Junet. Bukan tangkapan yang ia dapat, malah hantaman bola basket yang keras mengenai wajahnya. Junetpun langsung pingsan seketika dengan hidung yang mancung itu, kini mengeluarkan darah.

"Dia mimisan," seru Tomi; teman sekelas Junet dan Vino.

Junet segera dibawa ke ruang UKS yang berada dekat dengan ruang Perpustakaan.

"Bola basket lagi?" tebak Suster UKS sekolahnya. 

"Tepat sekali sus," jawab Vino. 

"Junet ga bisa main basket, tapi sok-sokan bisa," tambah Tomi. 

Suster itu hanya tertawa. Vino dan Tomi diminta untuk meninggalkan Junet sendiri di ruang UKS, karena Junet butuh istirahat. Mereka berdua keluar dan berjalan kembali menuju lapangan. 

"Vino..." teriak Alex; ketua osis kelas XII yang sebentar lagi jabatannya akan digantikan dengan ketua osis yang baru. Vino membalikkan badannya. 

"Semua udah siap?" tanya Alex.

"Sudah kak, tinggal dipasang aja. Acara jam 7 kan? Keburu kok," seru Vino. 

"Bagus. Sampe ketemu nanti di ruang aula ya," ucap Alex sambil menepuk pundak Vino.

[Completed] A LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang