Prolog

127 18 27
                                    

Selamat membaca!


Senja tertawa melihat wajah cowok di hadapannya yang dipenuhi colekan es krim akibat ulahnya. Cowok itu menunjukkan ekspresi kesalnya yang sangat lucu menurut Senja.

"Udah ah, gak lucu!" Ucap cowok itu kesal.

Senja tertawa semakin kencang. Kemudian tangan Senja terulur membersihkan es krim dari wajah cowok itu menggunakan tisu, masih dengan tawanya. Si cowok hanya diam memperhatikan Senja tertawa.

Cowok itu tersenyum jenaka, mencolekan es krim ke beberapa bagian wajah Senja sebagai bentuk pembalasan.

"Kena! Hahahaha.." tawanya meledak. Bukannya marah, Senja ikut tertawa. Kebahagiaan yang sangat sederhana di waktu tenggelamnya matahari, hal yang paling Senja suka.

Senja berlari menghindari colekan es krim selanjutnya. Cowok itu mengejarnya. Sesekali Senja menengok ke belakang untuk memastikan dia berada jauh dari cowok itu.

"Ayo! Tangkep kalo bisa!" Senja berteriak sambil masih berlari.

"Lo gak bakal bisa nangkep g-

Brukk..

e-eh sori sori gak sengaja." Senja meringis.

Karna keasyikan berlari sambil menengok ke belakang, Senja menabrak punggung seseorang di depannya. Es krimnya jatuh dan mengotori seragam putih abu-abunya, juga baju bagian belakang orang itu. Orang itu berbalik.

Senja terdiam mematung.

Mereka saling tatap, dalam diam.

Memori itu terputar lagi. Tanpa terlewat satu adegan pun.

Senja ingat persis siapa orang ini. Seseorang yang pernah menjadi cahaya untuknya.

Namun pada akhirnya berhasil mematahkan hatinya.

Fajar-nya yang pernah membawa bahagia. Fajar-nya yang memberi luka. Fajar-nya yang pamit, kini kembali. Menampakan dirinya di hadapan Senja.

Fajar yang hilang dan pulang, di senja hari.

Tiba-tiba seseorang memeluk leher Senja dari belakang.

"Dapet!"

Ternyata cowok yang tadi mengejarnya berhasil menangkapnya, dan memeluknya di hadapan Fajar.

Kebahagiaan sederhananya akan terusik.

Oh, Sunrise!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang