8. Malu

29 4 6
                                    

"Bumi," Panggil Senja.

Bumi menoleh. Memperhatikan Senja yang terlihat lesu. Bumi dan Senja sedang berjalan menuju angkot untuk pulang. Kebetulan hari ini Caca ada urusan mendadak dengan ekskulnya, jadi mereka hanya berdua.

"Kamu suka kangen Bella gak?" Tanya Senja, tanpa menatap Bumi.

"Gak usah ditanya, kamu tahu jawabannya." Jawab Bumi pasti. "Kenapa, Senja kangen doi?"

Pertanyaan Bumi membuat Senja dengan refleks mengangguk. Senja langsung menggeleng cepat ketika menyadarinya.

"Kagak punya doi gue," Senja tertawa hambar.

"Bumi, pernah lihat sunrise?" Tanya Senja lagi.

"Pernah, beberapa kali. Aku seringnya lihat sunset."

"Di rumah Bumi bisa lihat sunset?" Senja langsung bersorak heboh. Wajah lesunya hilang dalam hitungan sedetik.

"Nih, di depan aku, sunset."

Senja mencebikkan bibirnya kesal.

"Kalau di rumah gak bisa lihat, kan jauh. Pake teropong juga gak bisa,"

"Sa ae lu gantungan kunci" Senja tertawa pelan. "Bumi, bumi bulat atau datar?"

Sekarang Bumi yang kesal, "Please, deh, Senja! Kamu udah nanya kayak gitu lima juta kali,"

"Berarti kamu juga harus jawab lima juta kali, seimbang."

"Aku tinggi dan cungkring!" Dan jawaban Bumi selalu sama.

Sebelum naik angkot, Bumi beli cilok dulu. Senja bikin capek, katanya. Soalnya nanya-nanya terus kerjaannya.

Di angkot, Bumi dibikin pusing karena Senja ngoceh terus.

"Bumi, bumi itu luas,"

"Bumi, bumi paru-parunya hutan,"

"Bumi, senja indah dengan jingganya,"

"Bumi, fajar juga tak kalah indahnya,"

"Bumi, bumi punya matahari,"

"Bumi, seharusnya bumi dan mentari menyatukan fajar dan senja."

"Bumi, fajar dan senja itu terikat mentari. Atau mentari hanya milik fajar? Atau fajar hanya milik mentari?"

"Bumi, Senja suka senja,"

"Bumi, senja suka fajar."

Semua ocehan Senja itu akhirnya hanya dibalas, "Senja, kamu lagi bikin puisi?"

Ah, Bumi tidak mengerti.

*

M

alamnya, Senja coba mengirim pesan pada Fajar, di Whatsapp. Tapi ceklis satu. Hingga malam-malam selanjutnya Senja tetap mengirimkan pesan pada Fajar. Banyak sekali. Senja curahkan keluh kesahnya. Senja mengucap banyak kata rindu. Senja beraninya di Whatsapp aja, karena kemungkinan Fajar udah hapus aplikasi itu. Jadi Senja bebas mengeluarkan semua rasa di situ.

Hampir sebulan tidak ada kabar dan balasan dari Fajar, tiba-tiba di penghujung bulan Maret, ketika Senja dalam perjalanan ke sekolah dan menyalakan data seluler ponselnya, ada dua puluh notifikasi dari Whatsapp.

Dan, itu dari

Fajar.

Dang!

Oh, Sunrise!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang