"Dek, cepet dong!"
Terdengar teriakan Papa Senja yang sudah menunggu di depan rumah bersama motornya yang sudah menyala. Senja buru-buru memakai sepatunya dan menghampiri Papa lalu naik ke atas motor. Akibat semalam tidak bisa tidur, Senja telat bangun pagi ini.
Terngiang suara Fajar semalam, ditambah Senja balik mengirim voice note pada Fajar, rasanya campur aduk. Mau baper tapi pacar orang. Gak baper, mana mungkin!
"Kenapa aku harus baperan sih?!" Gumam Senja pelan.
"Apa, dek? Gak kedengeran," terdengar sahutan dari Papa yang sedikit berteriak melawan suara angin.
"Bukan apa-apa, Pah." Jawab Senja ikut mengencangkan suaranya.
Sepuluh menit kemudian Senja sampai di sekolah. Setelah mencium tangan Papa Senja terburu-buru masuk gerbang yang hampir ditutup sepenuhnya.
"Senja!"
Suara panggilan itu membuat Senja menghentikan langkahnya dengan jantung berdegup kencang. Senja buru-buru mengecek atribut sekolah yang dipakainya karena mengira guru yang memanggilnya untuk razia atribut.
"Telat juga?" Senja menghela napas lega ketika menengok ke kanan dan ternyata teman sekelasnya, Bumi, yang memanggil.
Bumi ini, Ketua Murid di kelas. Dia juga ketua esktrakurikuler Pramuka. Orangnya tinggi, pokoknya Senja makin keliatan pendek deh kalo jalan di samping Bumi.
"Kaget ya aku sapa?" Tanya Bumi karena Senja tak menjawabnya dan terlihat menghela napas.
"Dih.. Bukan! Aku kira guru yang manggil,"
Bumi tertawa kecil mendengar jawaban Senja. Sedangkan Senja cemberut karena ditertawakan.
"Bum, kok kamu tinggi, sih?" Tanya Senja mengalihkan pembicaraan sambil lanjut berjalan ke kelas. Bumi mengikuti.
"Gak enak didengar ih manggilnya." Protes Bumi.
"Iya, deh. Ngulang nanya-nya,"
"Mi, kok kamu tinggi, sih?" Senja mengulangi pertanyaannya dengan panggilan yang berbeda.
"Jangan gitu, atuh! Da aku teh bukan indomie," Bumi masih protes.
"Bumi Wicaksono yang terhormat," Senja menekankan kata terakhirnya geram.
Bumi tertawa sebelum balik bertanya, "kenapa tiba-tiba nanyain itu?"
"Suka aja nanya gitu ke orang-orang yang punya badan tinggi,"
"Siapa tau dapet trik biar tinggi ya? Hahaha..."
"Ngeledek ya, mas nya.."
Obrolan itu terhenti ketika sampai di kelas.
Dipikir-pikir, lucu juga ya kalo jalan bareng Bumi.
Tolong, jangan baper lagi Senja!
*
fajar alfauzi: Hai tembem!
fajar alfauzi: Lagi apa nihh?
senjaputri: makan
fajar alfauzi: Bagus makan terus
fajar alfauzi: Biar tambah tembem
senjaputri: eh, dibilang aku tirus
fajar alfauzi: Gpp dong tembem juga
fajar alfauzi: Lucu
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Sunrise!
Ficção AdolescenteSenja Putri Ayudia. Sangat menyukai senja tentunya, siluet jingga keemasan di penghujung hari. Kehidupannya yang datar berubah ketika dia mulai mengagumi Fajar, yang sudah terikat Mentari. Ditambah dengan kehadiran Bumi dan Langit menghiasi. Semesta...