2. Keputusan Aisyah

9.5K 471 6
                                    

Cuaca siang ini begitu terik, Aisyah terlihat sangat cerah dengan jilbab tosca yang membuatnya begitu cantik itu. Tangannya sibuk membubuhi cream diatas cake yang dibuatnya itu.

"Mira, jam berapa cake-nya mau diambil?" disela-sela kesibukannya Aisyah bertanya pada Mira, sahabatnya sekaligus temannya membuka toko kue ini. Toko kue sederhana impian Aisyah. Dia sangat menikmati pekerjaannya.

"Jam 9 Ca, masih ada waktu satu jam lagi." Aisyah menganguk dan mempercepat pekerjaannya. Kemarin dia mendapat pesanan dari sebuah perusahaan baru. Cake dengan bentuk yang lumayan besar itu Aisyah hias begitu sederhana namun sangat memukau.

Aisyah tersenyum melihat hasil cake-nya. Setelah selesai dia membawa cake tersebut kedalam lemari pendingin.

"Mira, pesanan dari Pak Gery untuk nanti malam bahannya sudah siap kan?" Mira menghentikan kegiatannya mengatur kue-kue cantik yang ia dan Aisyah buat. Dia melangkah mendekati Aisyah yang masih berdiri sambil menatapnya di dekat lemari pendingin.

"Buat pesanan itu biar aku, Juliana sama Tantri yang ngerjain. Tadi Ibumu nelfon bahwa kamu harus pulang sebelum sore hari ini." nama-nama yang Mira sebutkan tadi adalah nama dari pegawai mereka. Toko sederhana yang mereka buka begitu disukai banyak orang karena rasa kue dan harga yang murah.

"Ah, Mira. Harusnya kamu bilang aku tadi, aku udah berusaha menghindari pembicaraan yang tidak ada ujungnya itu dengan Ibu." keluh Aisyah. Mira mengeleng sambil mendekati Aisyah dan memukul lengan sahabatnya itu pelan.

"Inilah masalahmu, selalu menghindar."

"Karena aku belum siap, Mira dan semua orang tidak pernah mengerti itu." Mira sangat paham kenapa Aisyah sampai segitu takutnya untuk masalah yang satu ini karena kakaknya, Fatir sudah bercerai dari istrinya. Istrinya pergi meninggalkan anak laki-laki mereka dengan Fatir. Aisyah takut membuat suatu hubungan serius dengan seseorang. Dia tidak akan pernah siap, bisa dibilang ini adalah traumanya dimasa lalu. Padahal sudah empat tahun yang lalu Fatir bercerai tapi ingatannya masih begitu rapi menyimpan kepingan ingatan tentang betapa sedihnya kakak laki-lakinya itu.

"Ca, kamu ngak akan pernah siap sebelum kamu merasakannya. Kamu harus menikah untuk menghilangkan rasa traumamu itu." Mira yang pasalnya sudah menikah sedikit mengerti akan kekhawatiran Aisyah. Dia paham betul kenapa sahabatnya itu membuat dinding tebal untuk sebuah pernikahan.

"Menikah itu adalah sunnah RasulAllah yang harus kamu lakukan." lanjut Mira, dia masih berusaha meyakinkan Aisyah yang begitu kekanakan di usianya yang sudah dua puluh lima tahun. Dia sudah tidak muda lagi namun pemikiran dewasanya tentang pernikahan terhalau akan masalah masa lalu kakaknya.

"Aku pasti akan menikah, Mira. Aku mengerti. Tapi, tidak sekarang." Mira menarik tangan Aisyah untuk duduk di kursi panjang yang tersedia di toko mereka. Untung saja toko belum buka, memang kalau banyak pesanan seperti ini Toko kue mereka buka pada pukul 10 pagi.

"Setiap pernikahan memiliki cerita yang berbeda-beda. Seperti aku yang sudah dua tahun menikah namun belum memiliki momongan. Cerita pernikahanmu akan berbeda dengan cerita pernikahan orang lain. Permasalahnnya akan berbeda, Allah telah mengatur yang terbaik untuk ummatnya. Jadi, apa yang kamu takutkan? Skenario Allah-lah yang terbaik, Aisyah. Kita hanya perlu mengikutinya kan?" hal terbaik setelah mendapat nasehat dari Mira adalah membuat Aisyah merasa tenang. Dia merasa tak harus menanggung beban berat sendirian walaupun dirumah masih ada orang tempatnya berbagi namun tetap saja dia takkan pernah tega menceritakan mengapa dia setakut ini berkomitmen dalam hubungan pernikahan. Itu hanya akan menambah beban orang saja.

"Cobalah dulu, minta petunjuk pada Allah. Ini belum meminta petunjuk sudah mundur duluan. Jika tidak sekarang kapan lagi? Pernikahan itu perkara baik, bukankah yang baik-baik harus disegerakan?" Perkataan Mira benar. Tapi tetap saja keraguan dalam diri Aisyah membuatnya tak berdaya.

My Skinny HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang