1. Bertemu kembali

20K 554 13
                                    

Mata almond indah milik Aisyah masih menatap album foto saat dirinya masih duduk di sekolah dasar. Sesekali ia tertawa melihat ekspresi dirinya atau-pun teman-temannya yang belum siap di foto atau-pun tak sadar ada yang memfoto mereka.

Aisyah masih sangat ingat, Ayahnya lah orang yang gemar mengabadikan tiap momen tentang dirinya. Aisyah tersenyum melihat itu, lalu matanya jatuh pada salah satu foto dirinya bersama tiga orang anak laki-laki berbadan subur. Yatuhan, lucu sekali.

Aisyah tak ingat nama mereka. Beberapa kali Aisyah mencoba mengingatnya tapi dia tak bisa. Dia lupa.

"Ini pasti karena aku udah ketuaan." gerutunya pelan.

"Aisyah, kesini sebentar!" Suara nyaring milik Kaira membuat Aisyah semakin menggerutu. Ugh, kakaknya itu memang suka teriak-teriak.

"Aisyah, cepet." panggilnya lagi sekali, dengan nada memerintah. Aisyah menghela nafas, lantas beranjak dengan langkah gontai ia menghampiri sang kakak.

"Kenapa sih mbak? Panggilnya jangan kenceng-kenceng, anaknya Mas Fatir ntar bangun kan kita juga yang repot." lagi-lagi Aisyah mendumel. Kaira mengeleng pelan sambil membuang nafas cepat.

"Kebiasaan kamu tuh, ngak baik mendumel seperti itu. Mbak kan manggil kamu beralasan, ini juga penting." Aisyah hanya menganguk, sedikit menyesali perbuataannya yang tak bisa di kontrolnya itu.

"Yaudah, aku minta maaf mbak." Kata Aisyah tulus. Kaira diam, memperhatikan wajah cantik adiknya itu. Tangan Kaira menarik Aisyah agar gadis itu duduk di sampingnya.

"Ca, mbak mau ngomong sesuatu." Kaira terlihat taku-takut untuk berbicara membuat Aisyah penasaran.

"Apaan sih mbak? Ya kalau mau ngomong, ngomong aja." Aisyah gemas sendiri dengan kegugupan yang kentara tak bisa di tutupi Kaira.

"Kamu mau nikah nggak, ca?"

Aisyah langsung tertawa begitu mendengar pertanyaan Kaira. Kaira mengernyitkan keningnya melihat respon Aisyah yang di luar dugaannya.

"Ya jelas mau-lah mbak. Siapa orang yang nggak mau nikah? Semua orang ingin menikah mbak. Termasuk Caca, tapi kalau sekarang sih Caca belum siap, Mbak." Jawaban Aisyah membuat Kaira tegang.

"Tapi, gimana kalau calonnya adalah orang yang baik, soleh, punya pekerjaan tetap, berbakti kepada orang tua, dan tampan?" Pertanyaan Kaira sedikit membuat Aisyah curiga. Jangan-jangan, Kaira kembali melancarkan aksinya menjodoh-jodohkan Kaira dengan teman-temannya? Ah, Kaira ini. Aisyah sangat tidak suka jika sudah membahas masalah pernikahan dengan Kaira karena pembicaraan mereka pasti akan berakhir dengan paksaan Kaira agar Aisyah cepat menikah.

"Siapa yang tidak ingin memilikki suami seperti itu mbak? Menurut aku, cukup dia orang yang baik, berbakti pada orang tua dan soleh saja aku sudah pasti akan sangat senang. Tapi, sekali lagi aku belum siap kalau untuk sekarang ini."

Kaira diam. Mengamati adiknya dengan jelas. Dia menatap pancaran mata Aisyah yang terlihat penuh keraguan. Kaira menyentuh tangan Aisyah.

"Dengerin mbak, Ca. Kamu nggak akan pernah siap sebelum kamu merasakannya. Kamu harus mencobannya dulu." bujuk Kaira kembali. Aisyah mendegus lantas menggeleng.

"Pernikahan bukanlah perkara mudah mbak, pernikahan itu bukan di dasari atas dasar coba-coba. Pernikahan juga bukan permainan yang sewaktu-waktu jika aku bosan atau sudah tak sanggup aku bisa meninggalkannya. Pernikahan itu ikatan yang terlalu sakral yang saat ini belum berani kulakukan." Jelasnya membuat Kaira termenung.

"Bukan begitu maksud mbak Ca. Maksud mbak itu-"

"Mbak, maaf. Terakhir kali kita membicarakan ini kita menjadi beredabat tanpa mendapatkan ujungnya. Caca rasa cukupi saja pembicaraan ini." Aisyah memotong dengan sopan. Kaira menggeleng.

My Skinny HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang