Daffa merenggangkan otot-ototnya lalu mendesah pelan. Hari yang cukup melelahkan, lalu dia berbaring menyamping sambil menatap sendu pintu kamarnya, kemudian ia put menutup mata perlahan.Beberapa detik kemudian, suara derap langkah dengan lebar melangkah mendekati kamarnya
"Daffa!" Bersamaan dengan suara pintu yang dibuka, muncul lah Anisa, mama Daffa dengan wajah yang terlihat khawatir. Daffa menatap mamanya dengan terkejut juga.
"Kenapa ma?" Tanyanya sambil berangsung duduk dan bersandar pada sandaran kasur. Mamanya duduk di samping Daffa sambil menatapnya dengan tatapan serius.
"Aisyah sakit."
Daffa terkejut.
"Hah? Sakit apa?" Mama Daffa menghembuskan nafas pelan.
"Maag-nya kambuh. Terus masuk rumah sakit karna muntah-muntah dan diare. Jadi kekurangan cairan gitu." Jelas Anisa. Daffa terkejut bukan main, Aisyah sakit? Lalu pernikahannya bagaimana?
"Tapi sekarang udah pulang kerumah. Aisyah hanya di infus 3 jam saja tadi kata Fatir." Lanjutnya. Tapi itu tak kunjung membuat Daffa tidak khwatir. Daffa terlihat khawatir sampai dia lemas.
"Ya Allah, tapi mama sudah benar-benar berbicara sama Fatir kan ma? Aisyah sudah baikan atau bagaimana ma? Kayanya Daffa harus ke sana ma." Anisa menahan tangan anaknya itu lalu mengelusnya pelan untuk menguatkan.
"Udah sayang tenang aja, insyaallah Aisyah-mu ngak apa-apa. Sudah ngak usah khawatir. Insyaallah pernikahanmu sama Aisyah besok pagi akan terlaksana." Ucapan Anisa membuat Daffa tersenyum kecil walaupun sebagian hatinya tidak lega mendengar penuturan Anisa, Mama-nya.
Anisa menyentuh pipi Daffa sambil menepuknya pelan.
"Sudah sana istirahat. Ngak usah begadang, besok mulai dari subuh sampai malam kita punya acara yang cukup padat. Aduh, jadi ini malam terakhir anak Mama jadi anak perjaka ya? Ah anak Mama udah besar." Anisa terlihat mellow sambil menahan air matanya, Daffa menarik Mamanya kedalam pelukannya sambil menepuk-nepuk punggung Mamanya penuh kasih sayang.
"Daffa ngak bakalan kemana-mana Ma. Daffa kan masih anak Mama, cuma bedanya Daffa punya tanggung jawab besar yang harus Daffa tanggung dan juga syukuri. Jangan khawatir. Mama itu nomer satu, Aisyah nomer dua. Mama bakalan tetep jadi first love Daffa selamanya." Mendengar penuturan Daffa yang begitu manis dan terdengar gombal Anisa memukul lengan Daffa pelan setelah melepaskan pelukan anaknya itu.
"Bisa aja kamu, udah sana tidur. Mama keluar ya. Jangan coba-coba keluar rumah buat ketemu Aisyah karena ini belum waktunya, cepet tidur." Sahutnya sambil beranjak dari kamar Daffa yang hanya dibalas senyuman tipis dan anggukan pelan oleh Daffa.
Setelah pintu kamar Daffa tertutup, Daffa buru-buru mengambil ponselnya lalu menekan nomer Aisyah.
tuuuuuut..
Suara deringan panjang di sebarang sana, Aisyah tak kunjung mengangkat telponnya. Daffa menghela nafas semakin khawatir. Saat hendak mematikan telponnya, suara yang sudah satu bulan tak didengarnya itu membuat hatinya menghangat seketika.
"Assalamualaikum, iya mas?" Sahutnya lembut sampi Daffa mau terbang sangking bahagianya. Daffa menahan senyumannya walaupun rasa khawatir masih membaluti hatinya.
"Waallaikumsalam, Aisyah kok belum tidur? Kata Fatir Aisyah sakit ya?" Daffa langsung bertanya. Aisyah berdehem dan terkekeh pelan diseberang sana.
"Iya mas, tapi Alhamdulilah sekarang sudah enakkan." Daffa tak kunjung yakin, mendengar suara Aisyah yang lemah benar-benar membuatnya tak percaya bahwa Aisyahnya itu sudah tidak apa-apa.
"Beneran ngak apa-apa? Kalau masih ngak fit kita nikahnya pas Aisyah udah sembuh aja." Aisyah tertawa mendengar penuturan Daffa, membuat Daffa bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Skinny Husband
RomanceDaffa Ramadha Syah laki-laki gendut yang pernah Aisyah patahkan giginya saat duduk di bangku sekolah dasar itu tiba-tiba melamarnya, Aisyah malah berpikir bahwa mungkin saja Daffa ingin balas dendam padanya karena dulu telah mematahkan giginya. Ia s...